Blora, Harianblora.com - Kabupaten Blora memang memiliki kekayaan budaya. Selain dikenal dengan sebutan Kota Sate, Kota Barongan dan Kota Jati, Blora tidak lama lagi akan dikenal sebagai Kota Sastra. Bukan tidak mungkin, Blora akan disebut sebagai Kota Sastra karena disinilah lahir sastrawan besar dunia yang telah banyak mengeluarkan karya.
Karya yang tidak hanya dikenal secara nasional, namun juga internasional sampai diterjemahkan di berbagai bahasa negara besar dunia. Sastrawan itu adalah Pramoedya Ananta Toer yang lahir di sebuah rumah sederhana di Jl.Sumbawa nomor 40 Kelurahan Jetis Blora, 93 tahun yang lalu.
Berkat karya pria kelahiran Blora, 6 Februari 1925 ini, kini Blora dikenal luas melalui beberapa novelnya. Salah satunya novel yang terkenal berjudul Cerita dari Blora. Namun sayang, tokoh besar ini sudah meninggal pada tanggal 30 April 2006 karena menderita sakit.
Untuk mengenang jasa beliau, tepat 12 tahun sepeninggalnya, Senin malam, 30 April 2018 kemarin digelar Sarasehan Budaya bertema “Blora Menuju Kota Sastra” di halaman rumah masa kecil Pram yang kini ditinggali oleh adik kandungnya, Soesilo Toer.
Meskipun dilaksanakan secara sederhana, sarasehan berhasil menggugah rasa kecintaan warga Blora terhadap kebesaran Pramoedya Ananta Toer. Puluhan warga duduk lesehan di halaman rumah dengan disinari lampu temaram, menyimak arahan dari para narasumber.
Beberapa puisi karya Pramodeya juga dibacakan dengan penuh penjiwaan oleh beberapa pelajar yang sebelumnya telah memenangi lomba baca puisi. Suasana semakin khidmat dan hangat, ketiga sesi tanya jawab dilontarkan oleh narasumber.
Tiga nara sumber yang dihadirkan mengupas karya-karya sastra dan biografi Pram serta rencana revitalisasi rumah masa kecil Pram sebagai kawasan budaya sastra yang mengedukasi publik.
Ketiga nara sumber sarasehan yaitu Gatot Pranono dari Yayasan Mahameru, Soesilo Toer adik kandung Pramoedya dan Sugeng Widodo dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Prambanan.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Drs. Kunto Aji menyatakan bahwa sarasehan ini dilaksanakan dengan tujuan merintis Blora sebagai Kota Sastra dan menyambut program Indonesiana 2018 yang akan mengangkat nama Pramoedya Ananta Toer.
“Selain itu kegiatan ini sebagai apresiasi dan penghomatan kepada tokoh sastrawan Kabupaten Blora, yakni Pramodeya Ananta Toer. Bertepatan dengan haul nya yang ke 12 hari ini (kemarin-red),” ucapnya.
Menurutnya Blora adalah kota budaya, termasuk di dalamnya adalah sastra dan Pramoedya Ananta Toer adalah buktinya,situsnya ada di sini, masih ada. Untuk program Indonesiana, akan di gelar dengan tajuk Cerita dari Blora.
Sugeng Widodo nara sumber dari BPCB Prambanan, menyampaikan bahwa tahun ini Blora ditunjuk sebagai salah satu tuan rumah program Indonesiana dari Kemendikbud RI. Ada delapan lokasi yang lolos ke tingkat pusat untuk festival budaya Indonesiana. Salah satunya adalah Blora, terkait dengan Sastrawan Prameodya Ananta Toer dan busaya lainnya.
“Terkait rumah Pram, memang belum terdaftar sebagai cagar budaya. Prosesnya sebuah bangunan disebut cagar budaya harus melalui proses kajian dan diusulkan oleh Tim Ahli Cagar Budaya. Tetapi perlu saya sampaikan juga, bahwa tahun ini pemerintah pusat akan melakukan revitalisasi rumah Pramoedya dan penataan perpustakaan,” ujarnya.
Berkaitan dengan perpustakaan, Soesilo Toer, adik kandung Pram, menyampaikan bahwa dibentuknya perpustakaan atas idenya setelah Pram meninggal dunia.
“Setelah melalui pertimbangan, jadilah Perpustakan Pramoedya Anak Semua Bangsa,” ujar Soesilo Toer, adik ke delapan Pram, sambil mengenang masa-masa hidup dan perjuangan kakaknya di hadapan peserta sarasehan.
Ia juga mengajak kepada peserta sarasehan, khususnya generasi muda agar gemar membaca dan menulis.
“Mulailah gemar membaca dan menulis dari keluarga,” tandasnya.
Di tengah-tengah suasana sarasehan berlangsung, Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, Msi hadir dan mengapresiasi pelaksanaan sarasehan. Menurutnya Blora mempunyai tokoh sastrawan yang luar biasa yaitu Pramodya Ananata Toer, sehingga perlu untuk diteladani dan dikenang.
“Hampir setiap kami bertugas atau ada acara ke luar kota, kalau bilang dari Blora. Pasti mereka langsung teringat Pramoedya. Salah satu yang khas dikatakan mereka, kamu punya Pramoedya ya ?. Jadi, entah itu di luar pulau atau dimana pun, karya Cerita dari Blora ini sangatlah terkenal,” kata Arief Rohman.
Oleh karena itu, ketika dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI akan konsen mengangkat nama Pramoedya Ananta Toer dan menata rumahnya, menurutnya bisa menjadi gayung bersambut. Karena disaat bersamaan Pemkab Blora juga ingin menjadikan rumah Pramoedya sebagai objek wisata sastra.
“Kami berharap dalam acara Indonesiana di Blora nanti Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayan serta Dirjen bisa hadir. Kami berharap peninggalan karya dan sosok Pram akan terus kita gaungkan menjadi salah satu ikon Blora,” lanjutnya.
Pihaknya yakin kalau semuanya kompak, maka apa yang menjadi cita-cita bersama akan terwujud. Dan terus akan kawal. Kemudian untuk napak tilas Cerita dari Blora bisa dikemas wisatanya agar menarik untuk dikunjungi.
Diketahui bersama, sudah banyak tamu dari berbagai daerah yang ingin berkunjung ke rumah masa kecil Pramoedya. Hanya saja karena rumah itu masih tampak seadanya sehingga pemerintah ingin ikut melakukan penataan sebagai salah satu potensi Blora. (hb44/hms).
0 comments:
Post a Comment