Harianblora.com -Berkesempatan melanjutkan jenjang
pendidikan hingga pasca-sarjana merupakan impian banyak orang. Apalagi jika
jenjang pendidikan tersebut ditempuh di luar negeri. Pram menjadi salah satu
orang yang beruntung mendapat kesempatan untuk menempuh program master di
Belanda mulai tahun 2016.
Baca: Pramoedya Ananta Toer Jadi Maskot Pameran Buku di Gedung Wanita
Baca: Masih Adakah Tempat Untuk Pram?
Baca: Pramoedya Ananta Toer Diwacanakan Jadi Pahlawan Nasional
Baca: Pramoedya Ananta Toer Jadi Maskot Pameran Buku di Gedung Wanita
Baca: Masih Adakah Tempat Untuk Pram?
Baca: Pramoedya Ananta Toer Diwacanakan Jadi Pahlawan Nasional
Pram lahir pada
19 November 1990 di Blora, sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Kota tempat
kelahiran Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis besar yang kebetulan bernama sama
dengannya. Pram lahir dan besar di Desa bajo, Kedungtuban, sebuah desa kecil
yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota. Sekitar 46km dari Kota Blora. Tak
ayal, Pram pun sudah mulai merantau sejak SMA untuk mendapatkan pendidikan yang
terbaik.
Pram menempuh
pendidikan SD-SMP nya di sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Baru,
ketika menginjak SMA, dia mulai merantau dan melanjutkan ke SMA N 1 Blora. Nah,
saat SMA lah kepercayaan dirinya mulai terbentuk. Pram aktif berorganisasi
sejak dari SMA. Pram pernah tergabung dalam 3 organisasi sekaligus dalam 1
tahun, Rohis, OSIS, dan Pramuka. Bahkan Pram juga sempat berjualan nasi bungkus
di sekolah waktu kelas 3 SMA.
Semangat
mendobrak mainstream dari orang
tuanya lah yang mempengaruhi Pram hingga berniat untuk melanjutkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Pram dilahirkan dari keluarga besar yang belum begitu
memprioritaskan pendidikan. Mayoritas paman dan bibinya adalah petani atau
pedagang yang hanya lulusan sekolah menengah.
Baca: Pramoedya Ananta Toer Adalah Bapak Sastra Indonesia
Baca: Kecerdasan Pramoedya Ananta Toer Dinilai Sekelas Stephen William Hawking
Baca: Diana dan Visian Angkat Soesilo Toer Adik Pramoedya Ananta Toer dalam Film Tinta Perajut Bangsa
Alhamdulillah, kedua orang tua Pram berhasil menempuh jenjang pendidikan Guru dan menjadi pengajar di sekolah setempat. Pun juga dengan lingkungan di sekitarnya. Dari teman SD-nya, hanya 2 orang saja yang melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Bahkan tidak sedikit teman-teman SMP nya yang langsung menikah selepas Ujian Nasional waktu SMP.
Baca: Pramoedya Ananta Toer Adalah Bapak Sastra Indonesia
Baca: Kecerdasan Pramoedya Ananta Toer Dinilai Sekelas Stephen William Hawking
Baca: Diana dan Visian Angkat Soesilo Toer Adik Pramoedya Ananta Toer dalam Film Tinta Perajut Bangsa
Alhamdulillah, kedua orang tua Pram berhasil menempuh jenjang pendidikan Guru dan menjadi pengajar di sekolah setempat. Pun juga dengan lingkungan di sekitarnya. Dari teman SD-nya, hanya 2 orang saja yang melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Bahkan tidak sedikit teman-teman SMP nya yang langsung menikah selepas Ujian Nasional waktu SMP.
Ketika kelas 3
SMA, Pram bingung ingin melanjutkan kemana. Di dalam hati, Pram ingin
melanjutkan kuliah di UGM. Namun, prestasi akademik nya terlalu pas-pasan,
bahkan cenderung turun dari tahun ke tahun. Pram juga khawatir jika saat kuliah
nanti akan membebani keuangan keluarga.
Namun, alhamdulillah, pihak keluarga
sangat mendorong Pram untuk kuliah. “Masalah
biaya tak perlu dipikirkan, yang penting, kamu rajin belajar.” Begitu
nasehat dari Ibunya. Pram pun belajar keras. Pram fokus mengejar targetnya agar
diterima di UGM. Dan alhamdulillah, Tuhan mengabulkan keinginan Pram. Pram pun
diterima di Teknik Elektro, UGM.
Selama kuliah, selain
aktif dengan aktivitas akademik, Pram juga masih aktif berorganisasi. Pram juga
aktif di FASMABA, Forum Alumni SMA N 1 Blora, yang sering mengadakan kegiatan
sosial di Blora. Kekhawatiran biaya yang dulu ditakutkan, sedikit terbantu
karena Pram juga beberapa kali mendapatkan beasiswa selama kuliah.
“Niat melanjutkan kuliah S2, sebenarnya sudah ada
sejak kuliah. Namun, sedikit permasalahan di akhir masa-masa kuliah, memutuskan
saya untuk bekerja.”
Selesai kuliah,
Pram sempat menjadi di sebuah perusahaan swasta. Sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang jasa oil and gas
yang berbasis di Amerika. Pram juga sempat merasakan 2 bulan di Negeri Paman
Sam tersebut untuk mengikuti training
dari perusahaan tersebut.
“Lama-lama kerja akhirnya jenuh juga kan. Apalagi kalo
kerjanya jadi kuli gini. Envy banget rasanya liat yang bisa sekolah di luar
negeri. Enak ya kayanya kalo punya kesempatan kuliah ke luar negeri?”
Awalnya Pram
hanya iseng mengungkapkan keinginannya. Namun, Allah ternyata menjawab doa
tersebut. Gejolak harga minyak di penghujung tahun 2014, berdampak langsung padanya.
Pram diberhentikan sebagai pegawai pada akhir kuarter pertama 2015.
Pram justru
mengaku bahagia pasca diberhentikannya dirinya sebagai pegawai. Banyak capaian
baru yang dia dapatkan. Salah satunya adalah berhasil mencapai puncak tertinggi
di Malaysia, Gunung Kinabalu yang setinggi 4095mdpl. Hal yang belum tentu bisa
dia capai kalau saja masih berstatus karyawan. Dan yang paling penting, Pram
bisa melanjutkan mimpinya untuk kembali sekolah.
“Waktu itu kebetulan banget. Lagi ada bukaan beasiswa
LPDP. Langsung lah saya daftar. Alhamdulillah, langsung diterima.”
Pram adalah satu
dari ribuan penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Beasiswa
yang dialokasikan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas SDM dengan
menyekolahkan mereka baik di dalam maupun luar negeri. Tiap tahun selalu ada
seleksi.
Kendati sudah
mendapatkan beasiswa, Pram belum diterima di universitas manapun. Pram mencoba
ke beberapa kampus di Eropa. Ada yang ditolak, ada yang diterima. Pram pun
menjatuhkan pilihannya ke TU Delft, salah satu kampus teknik terbaik di
Belanda.
Gefeliceterd,
Pram. Sukses di Belanda. Semoga didekatkan dengan mimpi-mimpinya. (Hb44/hms).
0 comments:
Post a Comment