Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Thursday, 29 March 2018

Cerita Pramudya, Pemuda Blora yang Melancong di Negeri Belanda


Harianblora.com -Berkesempatan melanjutkan jenjang pendidikan hingga pasca-sarjana merupakan impian banyak orang. Apalagi jika jenjang pendidikan tersebut ditempuh di luar negeri. Pram menjadi salah satu orang yang beruntung mendapat kesempatan untuk menempuh program master di Belanda mulai tahun 2016.

Baca: Pramoedya Ananta Toer Jadi Maskot Pameran Buku di Gedung Wanita 
Baca: Masih Adakah Tempat Untuk Pram?
Baca: Pramoedya Ananta Toer Diwacanakan Jadi Pahlawan Nasional

Pram lahir pada 19 November 1990 di Blora, sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Kota tempat kelahiran Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis besar yang kebetulan bernama sama dengannya. Pram lahir dan besar di Desa bajo, Kedungtuban, sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota. Sekitar 46km dari Kota Blora. Tak ayal, Pram pun sudah mulai merantau sejak SMA untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Pram menempuh pendidikan SD-SMP nya di sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Baru, ketika menginjak SMA, dia mulai merantau dan melanjutkan ke SMA N 1 Blora. Nah, saat SMA lah kepercayaan dirinya mulai terbentuk. Pram aktif berorganisasi sejak dari SMA. Pram pernah tergabung dalam 3 organisasi sekaligus dalam 1 tahun, Rohis, OSIS, dan Pramuka. Bahkan Pram juga sempat berjualan nasi bungkus di sekolah waktu kelas 3 SMA.

Semangat mendobrak mainstream dari orang tuanya lah yang mempengaruhi Pram hingga berniat untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pram dilahirkan dari keluarga besar yang belum begitu memprioritaskan pendidikan. Mayoritas paman dan bibinya adalah petani atau pedagang yang hanya lulusan sekolah menengah. 

Baca: Pramoedya Ananta Toer Adalah Bapak Sastra Indonesia
Baca: Kecerdasan Pramoedya Ananta Toer Dinilai Sekelas Stephen William Hawking
Baca: Diana dan Visian Angkat Soesilo Toer Adik Pramoedya Ananta Toer dalam Film Tinta Perajut Bangsa 

Alhamdulillah, kedua orang tua Pram berhasil menempuh jenjang pendidikan Guru dan menjadi pengajar di sekolah setempat. Pun juga dengan lingkungan di sekitarnya. Dari teman SD-nya, hanya 2 orang saja yang melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Bahkan tidak sedikit teman-teman SMP nya yang langsung menikah selepas Ujian Nasional waktu SMP.

Ketika kelas 3 SMA, Pram bingung ingin melanjutkan kemana. Di dalam hati, Pram ingin melanjutkan kuliah di UGM. Namun, prestasi akademik nya terlalu pas-pasan, bahkan cenderung turun dari tahun ke tahun. Pram juga khawatir jika saat kuliah nanti akan membebani keuangan keluarga. 

Namun, alhamdulillah, pihak keluarga sangat mendorong Pram untuk kuliah. “Masalah biaya tak perlu dipikirkan, yang penting, kamu rajin belajar.” Begitu nasehat dari Ibunya. Pram pun belajar keras. Pram fokus mengejar targetnya agar diterima di UGM. Dan alhamdulillah, Tuhan mengabulkan keinginan Pram. Pram pun diterima di Teknik Elektro, UGM.

Selama kuliah, selain aktif dengan aktivitas akademik, Pram juga masih aktif berorganisasi. Pram juga aktif di FASMABA, Forum Alumni SMA N 1 Blora, yang sering mengadakan kegiatan sosial di Blora. Kekhawatiran biaya yang dulu ditakutkan, sedikit terbantu karena Pram juga beberapa kali mendapatkan beasiswa selama kuliah.

“Niat melanjutkan kuliah S2, sebenarnya sudah ada sejak kuliah. Namun, sedikit permasalahan di akhir masa-masa kuliah, memutuskan saya untuk bekerja.”

Selesai kuliah, Pram sempat menjadi di sebuah perusahaan swasta. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa oil and gas yang berbasis di Amerika. Pram juga sempat merasakan 2 bulan di Negeri Paman Sam tersebut untuk mengikuti training dari perusahaan tersebut.

“Lama-lama kerja akhirnya jenuh juga kan. Apalagi kalo kerjanya jadi kuli gini. Envy banget rasanya liat yang bisa sekolah di luar negeri. Enak ya kayanya kalo punya kesempatan kuliah ke luar negeri?”

Awalnya Pram hanya iseng mengungkapkan keinginannya. Namun, Allah ternyata menjawab doa tersebut. Gejolak harga minyak di penghujung tahun 2014, berdampak langsung padanya. Pram diberhentikan sebagai pegawai pada akhir kuarter pertama 2015.

Pram justru mengaku bahagia pasca diberhentikannya dirinya sebagai pegawai. Banyak capaian baru yang dia dapatkan. Salah satunya adalah berhasil mencapai puncak tertinggi di Malaysia, Gunung Kinabalu yang setinggi 4095mdpl. Hal yang belum tentu bisa dia capai kalau saja masih berstatus karyawan. Dan yang paling penting, Pram bisa melanjutkan mimpinya untuk kembali sekolah.

“Waktu itu kebetulan banget. Lagi ada bukaan beasiswa LPDP. Langsung lah saya daftar. Alhamdulillah, langsung diterima.”

Pram adalah satu dari ribuan penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Beasiswa yang dialokasikan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas SDM dengan menyekolahkan mereka baik di dalam maupun luar negeri. Tiap tahun selalu ada seleksi.

Kendati sudah mendapatkan beasiswa, Pram belum diterima di universitas manapun. Pram mencoba ke beberapa kampus di Eropa. Ada yang ditolak, ada yang diterima. Pram pun menjatuhkan pilihannya ke TU Delft, salah satu kampus teknik terbaik di Belanda.

Gefeliceterd, Pram. Sukses di Belanda. Semoga didekatkan dengan mimpi-mimpinya. (Hb44/hms).
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Cerita Pramudya, Pemuda Blora yang Melancong di Negeri Belanda Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora