Jepara, Harianblora.com - Indonesia, indah negaranya damai orangnya nikmat enak sopan santun Islam agamanya. Pemaknaan huruf-huruf dalam kata "Indonesia" menjadi pembuka ceramah KH. Zamrori Amin, seorang dai dari Pati yang berpenampilan nyentrik, berambut gondrong dan memakai blangkon.
Kiai yang sering dipanggil Ki Rekso Buwono tersebut juga mengingatkan, bahwa pengamalan syariat agama Islam tidak harus tercerabut dari akar budaya. "Orang Jawa jangan sampai lupa pada kejawaannya", tegasnya.
Umat Islam wajib mampu menampilkan kesalehan melalui busananya, menempatkan sikap dan perilaku sesuai peran sosialnya, serta menjadikan Nabi Muhammad saw sebagi suri tauladannya.
Nabi kata dia telah memberi contoh nyata bagaimana hidup di dunia, baik berinteraksi dengan sesama saudara seagama maupun bermasyarakat yang majemuk dan beragam. Yakni, menebarkan kasih sayang pada semua makhluk di muka bumi ini.
Kasih sayang universal pada alam raya dan makhluk penghuninya bahkan terhadap hewan kecil sekali pun. Sebagaimana Hujjatul Islam Imam al Ghozali yang menghentikan sejenak pena untuk menulis karena melihat lalat sedang minum tinta agar tidak terganggu dan terbang.
Kiai yang sering dipanggil Ki Rekso Buwono tersebut juga mengingatkan, bahwa pengamalan syariat agama Islam tidak harus tercerabut dari akar budaya. "Orang Jawa jangan sampai lupa pada kejawaannya", tegasnya.
Umat Islam wajib mampu menampilkan kesalehan melalui busananya, menempatkan sikap dan perilaku sesuai peran sosialnya, serta menjadikan Nabi Muhammad saw sebagi suri tauladannya.
Nabi kata dia telah memberi contoh nyata bagaimana hidup di dunia, baik berinteraksi dengan sesama saudara seagama maupun bermasyarakat yang majemuk dan beragam. Yakni, menebarkan kasih sayang pada semua makhluk di muka bumi ini.
Kasih sayang universal pada alam raya dan makhluk penghuninya bahkan terhadap hewan kecil sekali pun. Sebagaimana Hujjatul Islam Imam al Ghozali yang menghentikan sejenak pena untuk menulis karena melihat lalat sedang minum tinta agar tidak terganggu dan terbang.
Seorang
pemimpin lanjutnya juga wajib meniru Nabi dalam hal kasih sayang pada umatnya.
Semasa menjelang wafatnya Nabi dalam kondisi badan yang lemah karena sakit beliau
tidak menghawatirkan istri tercinta, putri tersayang, menantu ataupun para
sahabat. Akan tetapi Nabi selalu bertanya, "Umatku... Umatku...
Umatku...".
Pemimpin
jika lebih mengutamakan rakyatnya maka dia akan rela lapar dan sengsara demi
menjaga rakyat tetap kenyang dan bahagia. Akan tetapi jika pemimpin hanya
berpikir pada dirinya sendiri maka pasti rakyat akan terabaikan dari
hak-haknya. Itulah menjadi asal dari perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme.
Majelis
Maulid Nabi dan pengajian umum tersebut adalah puncak peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw dan sekaligus Harlah Taman Pendidikan Tamrinul Huda ke 38 berlokasi
di halaman Musholla Tamrinul Huda Gang Mbrogo Rejo desa Sowan Lor kecamatan Kedung
kabupaten Jepara, Jumat (15/12/2017).
Rangkaian
kegiatan meliputi Mujahadah Manaqib, Haul Masal, Khotmil Qur'an, Ziarah Makam
Sesepuh dan Pendiri TPTH Jepara, serta ditutup dengan Pengajian Umum yang
dihadiri ratusan jamaah dan masyarakat kaum nahdliyin.
Acara
yang juga dihadiri oleh aparat pemerintah setempat, Mustasyar dan jajaran
Pengurus Nahdlatul Ulama serta seluruh Banom NU ranting Sowan Lor, kemudian di akhiri
dengan pembacaan Maulid Nabi Simtud Duror dan lantunan Sholawat Nabi bersama
group rebana Tikus Pitti.
Sholawat
Nabi yang terus menggema terdengar indah dan menyejukkan hati, jama'ah
pengajian dengan khidmah tenggelam dalam ungkapan mahabbah (kecintaan) pada
kekasih yang dirindukan, Nabi Muhammad saw. Hingga jam menunjukkan pukul 01.00
wib dini hari acara kemudian ditutup dengan doa. (red-HB33/Misbahul Ulum).
0 comments:
Post a Comment