Oleh : Umi Nashikatul Zahro
Mahasiswi IKIP Bojonegoro
Mungkin masyarakat sudah tak asing lagi dengan kata bullying, karena di kalangan pelajar banyak yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari sesama teman ataupun masyarakat.
Secara umum Bullying ialah sebagai suatu tindakan yang mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal, atau emosional. Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih ”kuat”.
Menurut saya tindakanbullying terjadi karena kecemburuan sosial. Selain itu tindakan bullying bisa terjadi akibat rasa sok berkuasa suatu golongan terhadap golongan lainnya. Misalnya, perlakuan kakak kelas terhadap adik kelasnya.Seringkali kita jumpai banyak anak yang baru masuk sekolah menengah mereka menjadi bahan bulian karena yang membuli adalah kakak kelas (yang lebih tua) bisa juga dari sesama teman sekelas, mereka tidak tahu hal apa yang akan terjadi kepada si anak yang di-buli, dan bahkan banyak anak yang ikut-ikutan membuli agar mendapatkan teman. Untuk mengatasi hal tersebut seharusnya pihak sekolah lebih menggiatkan pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku.
Patti Criswell (2009) dalam bukunya, menjelaskan Stand up for Yourself and Your Friends, memberikan beberapa tips agar anak sebagai korban terlihat kuat dan dapat bertahan menghadapi pelaku.
Pertama, bertindak percaya diri: tegakkan kepala dan bahu, tataplah mata pelaku tanpa bermaksud menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat berbicara. Bertindak percaya diri akan membantu anak merasa lebih percaya diri. Kedua, beristirahat: jika rasa percaya diri anak memudar, minta anak menjauh dari situasi tersebut.
Ketiga, usahakan tetap tenang: anak dilatih untuk mencoba berekspresi terganggu atau bosan. Jangan biarkan si pelaku tahu dia berhasil mengganggunya. Keempat, mendinginkan diri: dengan minum atau memercikkan air di wajah untuk membantu menenangkan perasaan panas. Kelima, bernapas dalam-dalam. Menarik napas untuk memasukkan rasa percaya diri dan kekuatan, dan mengeluarkan perasaan stres dan khawatir.
Keenam, lepaskan saja: berpikir tentang orang dewasa di sekolah yang dapat mendengarkan dan membantu jika anak mengalami hari yang berat. Jika tidak ada, tuliskan perasaan sehingga anak dapat membicarakannya ketika sampai di rumah. Ketujuh, latih anak agar tidak mencoba untuk membalas dendam, karena dua kesalahan tidak membuat menjadi benar. Tidak meminta orang lain untuk berpihak, karena hanya akan terus melanjutkan pertengkaran. Tidak tinggal di rumah untuk menghindari si pengganggu di sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari berteriak, merengek, dan kehilangan control. (*)
Mahasiswi IKIP Bojonegoro
Mungkin masyarakat sudah tak asing lagi dengan kata bullying, karena di kalangan pelajar banyak yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari sesama teman ataupun masyarakat.
Secara umum Bullying ialah sebagai suatu tindakan yang mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal, atau emosional. Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih ”kuat”.
Menurut saya tindakanbullying terjadi karena kecemburuan sosial. Selain itu tindakan bullying bisa terjadi akibat rasa sok berkuasa suatu golongan terhadap golongan lainnya. Misalnya, perlakuan kakak kelas terhadap adik kelasnya.Seringkali kita jumpai banyak anak yang baru masuk sekolah menengah mereka menjadi bahan bulian karena yang membuli adalah kakak kelas (yang lebih tua) bisa juga dari sesama teman sekelas, mereka tidak tahu hal apa yang akan terjadi kepada si anak yang di-buli, dan bahkan banyak anak yang ikut-ikutan membuli agar mendapatkan teman. Untuk mengatasi hal tersebut seharusnya pihak sekolah lebih menggiatkan pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku.
Patti Criswell (2009) dalam bukunya, menjelaskan Stand up for Yourself and Your Friends, memberikan beberapa tips agar anak sebagai korban terlihat kuat dan dapat bertahan menghadapi pelaku.
Pertama, bertindak percaya diri: tegakkan kepala dan bahu, tataplah mata pelaku tanpa bermaksud menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat berbicara. Bertindak percaya diri akan membantu anak merasa lebih percaya diri. Kedua, beristirahat: jika rasa percaya diri anak memudar, minta anak menjauh dari situasi tersebut.
Ketiga, usahakan tetap tenang: anak dilatih untuk mencoba berekspresi terganggu atau bosan. Jangan biarkan si pelaku tahu dia berhasil mengganggunya. Keempat, mendinginkan diri: dengan minum atau memercikkan air di wajah untuk membantu menenangkan perasaan panas. Kelima, bernapas dalam-dalam. Menarik napas untuk memasukkan rasa percaya diri dan kekuatan, dan mengeluarkan perasaan stres dan khawatir.
Keenam, lepaskan saja: berpikir tentang orang dewasa di sekolah yang dapat mendengarkan dan membantu jika anak mengalami hari yang berat. Jika tidak ada, tuliskan perasaan sehingga anak dapat membicarakannya ketika sampai di rumah. Ketujuh, latih anak agar tidak mencoba untuk membalas dendam, karena dua kesalahan tidak membuat menjadi benar. Tidak meminta orang lain untuk berpihak, karena hanya akan terus melanjutkan pertengkaran. Tidak tinggal di rumah untuk menghindari si pengganggu di sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari berteriak, merengek, dan kehilangan control. (*)
0 comments:
Post a Comment