Suasana Kopi Darat (Kopdar) Majelis Cyber Duta Islam (MaCDI) ke 1 di Pondok Pesantren Putra Putri Al-Asror, Jalan Kauman 1 Patemon, Gunungpati, Kota Semarang, Minggu malam (3/9/2017). |
Sebab, selama ini munculnya NU Garis Lurus dengan beberapa kiainya justru melemahkan NU dan dompleng kebesaran NU, padahal mereka hakikatnya adalah wahabi, bukan penganut yang benar-benar mengamalkan Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah.
“Fenomena NU Garis Lurus itu juga ASRABI, Aswaja rasa Wahabi,” beber Savic Ali dalam kegiatan Kopi Darat (Kopdar) Majelis Cyber Duta Islam (MaCDI) ke 1 di Pondok Pesantren Putra Putri Al-Asror, Jalan Kauman 1 Patemon, Gunungpati, Kota Semarang, Minggu malam (3/9/2017).
Ia mengatakan, bahwa ASRABI itu selalu bernada keras dan intoleran sama seperti wahabi pada umum ya. Padahal, menurut dia, kiai-kiai NU yang paling konservatif saja masih nasionalis. "Bukan tenggelam dalam Asrabi itu, Aswaja Rasa Wahabi," beber pria yang pernah nyatri di Kajen, Pati itu.
NU Garis Lurus sebenarnya bukan Aswaja beneran, namun justru wahabi yang mengaku Aswaja yang selalu nyinyir terhadap NU.
Kalau pesan Mbah Wahab Chasbullah itu, kata dia, jangan keras-keras nek ora due keris.
Jadi orang NU itu, kata dia, tak perlu galak-galak. "Biarkan saja orang yang menfitnah. Namanya anak kecil, tapi mereka tidak merasa kecil,” lanjut aktivis reformasi 1998 tersebut.
Orang NU itu jumlahnya banyak, kalau gerak, pasti kalau. "Gak gerak saja medeni, apalagi gerak. Makanya Gus Dur ketika diturunkan jadi presiden, beliau diam. Wis barke wae. Tapi kalau Gus Dur merespon, kondisi saat itu pasti kacau. (red-HB11/HI).
0 comments:
Post a Comment