|
“Buku ini wajib dibaca semua TKI di Hongkong dan umumnya di dunia,” beber Ahmad Ali Zainul Sofan Pemimpin Redaksi Penerbit Formaci, Kamis (3/8/2017).
Launching buku Bukan BMI Biasa beberapa waktu lalu. |
Pihaknya mengatakan bahwa bukunya telah kita kirim ke Hongkong, karena memang diterbitkan di Semarang dan bulan kemarin sudah launching dan mendapat respon positif dari berbagai kalangan. “Semoga menjadi langkah awal para BMI untuk berliterasi,” beber Ahmad Ali Zainul Sofan Pemimpin Redaksi Penerbit Formaci, Kamis (3/8/2017).
Ia menambahkan, bahwa buku tersebut berisi berbagai kisah yang menginspirasi para BMI. “Saya pun baru paham kalau ada istilah yang lebih humanis daripada TKI, yaitu BMI dan PMI. Nah, di buku itu dijelaskan sejumlah kisah inspiratif dan utamanya pengalaman pribadi yang intinya jangan lama-lama menjadi BMI, kalau sudah sukses, penulis mengajak para BMI untuk segera pensiun,” lanjut dia.
Sementara itu, secara terpisah, Dian Marta Wijayanti Direktur Formaci Press menuturkan bahwa buku itu menjadi satu-satunya terbitan Formaci yang ditulis seorang buruh migran. Memang, kata dia, awalnya ada yang mengritik karena ada kesamaan pada judul. “Ya, kami sudah berkonsultasi dengan pihak Perpusnas. Tapi, judulnya tidak persis, karena ada imbuhan kalimat lain. Kalau memang sama, tidak mungkin, karena sudah melalui tahap review oleh petugas Perpustakaan Nasional RI sebelum memberikan International Standart Book Number (ISBN), Katalog Dalam Terbitan (KDT) dan Barcode,” ujar dia.
Seperti diketahui, sebelumnya sudah brand kaset VDC berjudul “Bukan BMI Biasa”. Namun, produk itu berupa kaset, bukan buku. “Ya jelas berbeda antara buku dan kaset. Kan judul yang dipilih penulis berbeda, karena tidak persis dan juga sudah lolos uji review dari internal penerbit dan Perpusnas RI. Mungkin saja idiom ‘Bukan BMI Biasa’ menjadi jargon para BMI untuk berkarya, bangkit dari penindasan. Tapi tidak masalah, asal tujuan baik dan tidak plagiat saja. Karena saya sudah membaca detail bahwa buku itu berisi kisah-kisah pribadi penulis dan memang bahasanya khas bahasa BMI, jadi memang menarik,” beber dia.
Buku ini, kata dia, juga telah dikoleksei Perpusnas RI di Jakarta dan Perpusda Jateng di Kota Semarang. “Jika mau membacanya gratis bisa ke sana langsung,” beber dia.
Secara terpisah, Yanne Karsodiharjo mengucapkan syukur bisa menulis buku dan dibaca teman-temannya. “Alhamdulillah buku Bukan BMI Biasa Kisah Sukses BMI Hongkong sudah sampai di Hongkong pada Minggu kemarin tanggal 28 Juli 2017. Dan mudah mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi dan juga motivasi bagi teman-teman BMI Hongkong,” ujar dia.
Harapanku, kata dia, semoga buku terjual habis dan hasil penjualan aku ingin sumbangkan, donasikan untuk anak-anak yatim piatu di daerah Bojonegoro. Insyaallah semoga berkah.
“Ucapan terimakasih kepada crew YFG atau Yanne Fashion Group new generation. Ada beb Wardah, beb Naina, Kc Leony, Koko Singa dan Koko Henry So. Juga ucapan terimakasih untuk kakak ku Daimah Imah, Chery Chan, juga Crew media penerbit dan wartawan terimakasih atas semua dukungan dan support-nya, meskipun sempat ada sandungan sandungan kecil dari orang-orang yang ingin menjatuhkan saya namun alhamdulillah berkat doa serta dukungan crew penerbit saya semangat untuk berkarya,” ujar Yanne.
Salam BMI Hongkong, kata dia, bukan BMI biasa, srikandi-srikandi hebat pahlawan devisa yang luar biasa berjuang jauh dari keluarga. “Yuk kak, inbok FB aku Yanne Karsodiharjom dan dapatkan buku ini hanya $75 Honkong. Kalau di Indonesia hanya Rp.60.000. Sekian terimakasih atas semua yang mendukung Yanne. I love you all,” pungkas dia. (HB1).
0 comments:
Post a Comment