Blora, Harianblora.com - Masih hangat berita internasional tentang peringkat budaya literasi Indonesia sangat rendah di dunia. Meski Indonesia telah mampu membuat penduduknya dapat mengenal huruf, ternyata hal ini belum cukup. Pada Maret 2016, Indonesia sempat heboh karena disebut-sebut menduduki peringkat dua terendah dalam tingkat literasi. Tingkat literasi yang dimaksud adalah perilaku yang berkaitan dengan literasi seperti kebiasaan membaca dan menulis.
Studi ini dilakukan oleh John W. Miller, Presiden Central Connecticut State University di New Britain, CT, Amerika Serikat. World’s Most Literate Nations Ranked ini meneliti tingkat literasi pada 200 negara, namun hanya 61 negara yang dirilis. Indikator penilaian yang digunakan ialah jumlah dan ukuran perpustakaan dan tingkat pembaca koran. Negara-negara Nordik (Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark dan Swedia) menduduki lima peringkat teratas sebagai negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia. Sementara itu, Amerika Serikat, di mana penelitian ini dilakukan, justru menduduki peringkat 7. Indonesia tercatat menduduki peringkat 61, setingkat di bawah Thailand dan di atas Botswana.
Selaras dengan hal tersebut dan dengan diluncurkannya UU Desa No 6 th 2014, pemerintah kabupaten/kota sebenarnya telh disediakan solusi dengan mengaktualisasikan dana desa guna pembangunan perpustakaan desa. Melalui regulasi pemerintah pusat tersebut, perpustakaan desa akan merambah keberadaannya hingga ke wilayah pinggiran, di ringkat pedesaan diseluruh penjuru tanah air.
Sejalan dengan amanah UU Desa tersebut, "Kepada Bapak/Ibu yang telah memiliki Perpustakaan Desa diwilayahnya, kami harap selalu diberdayakannya peran dan fungsinya. Harus selalu dioptimalkan sebagaimana wahana belajar sepanjang hayat warga masyarakat setempat, lanjut Arif Chusaeni, Kepala Seksi Pembinaan perpustakaan; (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Blora) dalam mengawali kunjungan Monev di perpustakaan Desa Tamanrejo. Kepada petugas perpustakaan, Arif menuturkan harapan besarnya supaya pelayanan perpustakaan selalu dikembangkan secara; edukatif, informatif, serta rekreatif. Sebab melalui pendekatan tersebut keberadaan perpustakaan menjadi "Hidup" dan menghidupkan potensi pemustakanya.
Dikecamatan yang sama, Desa Adirejo, Sukasmi yang mengelola perpustakaan desa menyatakan bahwa keberadaanya sangat membantu warga, tak hanya pengurus PKK bahkan pelajar di sekolah terdekat SD Adirejo 2 juga menggunakannya sebagai sarana memperoleh buku dan informasi. "Perpustakaan ini sangat berarti oleh sebab itu di desa kami tahun depan akan ada pengembangan, khususnya jumalh rak dan koleksinya" , lanjut rekan cantiknya Bu Puji kepada PRIYADI, Kasi Layanan Perpustakaan dan informasi DPK Blora. Semakin berartinya perpustakaan sebagai sarana belajar masyarakat, maka budaya literasi warga desa akan mengarahkan menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat yang seutuhnya. Terdapat pepatah mengatakan, "perpustakaan adalah cendela dunia" ,maksutnya dengan kualitas pengetahuan yang baik tentulah membuahkan peradaban yang baik pula. Interprestasinya tentulah kesejahteraan berbading lurus dengan tingkat budaya gemar membaca-menulis /literasi; paparnya menjelaskan kepada dua petugas perpustakaan desa tersebut.
Kegiatan ini yang dilaksanakan sejak tanggal 12 Juni 2017 di 49 lokasi. Terdiri 39 perpustakaan binaan dan 10 perpustakaan rintisan. Program ini diharapkan R. Gundala Wejasena (Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Blora) supaya mampu memotivasi Pemdes di Kabupaten Blora yang belum memiliki, supaya segera membangun perpustakaan. Sebab semakin banyaknya perpustakaan desa terbangun di kabupaten Blora, maka kelak akan memudahkan tercapai visi kabupaten Blora "Terwujudnya Masyarakat Blora yang lebih sejahtera dan bermartabat" pungkas Bapak kelahiran jogjakarta ini. (Red-HB99).
Studi ini dilakukan oleh John W. Miller, Presiden Central Connecticut State University di New Britain, CT, Amerika Serikat. World’s Most Literate Nations Ranked ini meneliti tingkat literasi pada 200 negara, namun hanya 61 negara yang dirilis. Indikator penilaian yang digunakan ialah jumlah dan ukuran perpustakaan dan tingkat pembaca koran. Negara-negara Nordik (Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark dan Swedia) menduduki lima peringkat teratas sebagai negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia. Sementara itu, Amerika Serikat, di mana penelitian ini dilakukan, justru menduduki peringkat 7. Indonesia tercatat menduduki peringkat 61, setingkat di bawah Thailand dan di atas Botswana.
Selaras dengan hal tersebut dan dengan diluncurkannya UU Desa No 6 th 2014, pemerintah kabupaten/kota sebenarnya telh disediakan solusi dengan mengaktualisasikan dana desa guna pembangunan perpustakaan desa. Melalui regulasi pemerintah pusat tersebut, perpustakaan desa akan merambah keberadaannya hingga ke wilayah pinggiran, di ringkat pedesaan diseluruh penjuru tanah air.
Sejalan dengan amanah UU Desa tersebut, "Kepada Bapak/Ibu yang telah memiliki Perpustakaan Desa diwilayahnya, kami harap selalu diberdayakannya peran dan fungsinya. Harus selalu dioptimalkan sebagaimana wahana belajar sepanjang hayat warga masyarakat setempat, lanjut Arif Chusaeni, Kepala Seksi Pembinaan perpustakaan; (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Blora) dalam mengawali kunjungan Monev di perpustakaan Desa Tamanrejo. Kepada petugas perpustakaan, Arif menuturkan harapan besarnya supaya pelayanan perpustakaan selalu dikembangkan secara; edukatif, informatif, serta rekreatif. Sebab melalui pendekatan tersebut keberadaan perpustakaan menjadi "Hidup" dan menghidupkan potensi pemustakanya.
Dikecamatan yang sama, Desa Adirejo, Sukasmi yang mengelola perpustakaan desa menyatakan bahwa keberadaanya sangat membantu warga, tak hanya pengurus PKK bahkan pelajar di sekolah terdekat SD Adirejo 2 juga menggunakannya sebagai sarana memperoleh buku dan informasi. "Perpustakaan ini sangat berarti oleh sebab itu di desa kami tahun depan akan ada pengembangan, khususnya jumalh rak dan koleksinya" , lanjut rekan cantiknya Bu Puji kepada PRIYADI, Kasi Layanan Perpustakaan dan informasi DPK Blora. Semakin berartinya perpustakaan sebagai sarana belajar masyarakat, maka budaya literasi warga desa akan mengarahkan menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat yang seutuhnya. Terdapat pepatah mengatakan, "perpustakaan adalah cendela dunia" ,maksutnya dengan kualitas pengetahuan yang baik tentulah membuahkan peradaban yang baik pula. Interprestasinya tentulah kesejahteraan berbading lurus dengan tingkat budaya gemar membaca-menulis /literasi; paparnya menjelaskan kepada dua petugas perpustakaan desa tersebut.
Kegiatan ini yang dilaksanakan sejak tanggal 12 Juni 2017 di 49 lokasi. Terdiri 39 perpustakaan binaan dan 10 perpustakaan rintisan. Program ini diharapkan R. Gundala Wejasena (Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Blora) supaya mampu memotivasi Pemdes di Kabupaten Blora yang belum memiliki, supaya segera membangun perpustakaan. Sebab semakin banyaknya perpustakaan desa terbangun di kabupaten Blora, maka kelak akan memudahkan tercapai visi kabupaten Blora "Terwujudnya Masyarakat Blora yang lebih sejahtera dan bermartabat" pungkas Bapak kelahiran jogjakarta ini. (Red-HB99).
0 comments:
Post a Comment