Semarang,
Harianblora.com – Hamidulloh Ibda,
editor penerbit Formaci dan juga penulis buku menegaskan jangan sampai ada
mahasiswa Undip “abal-abal”. “Ya, semua mahasiswa pasti mahasiswa, namun tidak
hanya punya KTM dan jas almamater saja, dan tidak semuanya bisa melakukan
kegiatan wajib mahasiswa, yaitu diskusi, aksi dan publikasi,” beber dia dalam
Ngaji Jurnalistik, Minggu petang (28/5/2017).
Dijelaskan
dia, bahwa mahasiswa sejati itu yang bisa menulis ilmiah, tidak sekadar tulisan
di media sosial. “Saya dulu mahasiswa S1 belum lulus saja sudah punya buku satu
dan ratusan artikel di media. Masak Anda hidup di zaman modern, uang ada, kos
dijamin orang tua, uang semeteran dijatah, kalau tidak mau dan bisa nulis itu
ya abal-abal namanya,” tukas penulis buku Demokrasi Setengah Hati tersebut.
Dosen
STAINU Temanggung itu juga menegaskan akan memfasilitasi output dari kegiatan tersebut. “Inikan ada puluhan peserta, kalau
mau menulis tiap satu orang satu artikel, bisa jadi buku nanti berupa bunga
rampai artikel. Saya gratisi untuk penerbitan ISBN, KDT dan Barcode dari
Perputakaan Nasional, yang penting naskahnya segera jadi,” ujar dia.
Ngaji
Jurnalistik bertajuk “Gerakan Literasi Melawan Radikalisme dalam Bingkai
Kebhinekaan” itu digelar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip)
Undip Semarang bekerjasama dengan penerbit Formaci Press, HJ Network, dan juga
Nusantara Writing School (NuWs). Selain Ngaji Jurnalistik, kegiatan juga
dirangkai dengan buka bersama.
Dalam
kesempatan itu, dibahas juga beberapa materi mulai dari wawasan jurnalistik,
trik menulis dan dimuat di media massa, bahasa jurnalistik, literasi antihoax
dan antiradikalisme, dan juga berbagai pengalaman kepenulisan pemateri serta praktik
menulis.
“Yang
paling penting itu konsisten, istikamah dan kontinu menulis. Sebanyak apapun
Anda mengikuti training, seminar, lokakarya maupun sekolah jurnalistik, kalau
tidak pernah dan tidak konsisten menulis ya akan jadi percuma,” beber Ibda.
Ngaji
Jurnalistik tersebut juga menghadirkan
Wahid Abdurrahman dosen FISIP Undip. Peserta kegiatan berasal dari sejumlah
kampus, selain dari Undip juga hadir dari Unnes, UIN Walisongo, Udinus dan
lainnya.
Kegiatan
tersebut digelar pada 27-28 Mei 2017 yang dilatarbelakangi kegundahan mahasiswa
karena belakangan ini gerakan radikalisme sudah masuk di bangku perkuliahan.
Apalagi, beberapa waktu lalu kampus mereka digegerkan dengan adanya poster
bertuliskan “Garudaku Kafir” yang mengakibatkan pelakunya dikeluarkan dan
diberi sanksi.
Dalam
rangka melawan radikalisme itu, sekelompok mahasiswa FISIP Undip menggelar
Ngaji Jurnalistik tersebut. “Kami fokusnya pada literasi yang tidak hanya untuk
melawan hoax dan fake news, namun juga melawan radikalisme, karena saat ini
penyebarannya melalui dunia cyber,”
kata Lukman, ketua panitia pelaksana kegiatan. (Red-HB99/Hms).
0 comments:
Post a Comment