Salah satu akses di Desa Nglebak |
Nglebak. Nama desa di Kecamatan
Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini memang jauh dari peradaban. Susah
sinyal, akses transportasi minim, dan semua kebutuhan domestik didapat dari
Ngawi, Jawa Timur.
Secara administasi, Nglebak terbagi
atas beberapa dukuh. Mulai dari Dukuh Nglebak, Kalikangkung, Plumbun dan Dusun Megeri. Akses antara dukuh tersebut pun relatif jauh dan harus ditempuh
melewati jalur sepi alias hutan lebat dengan jalan yang tak beraspal namun
hanya ditalud dan jalan makadam. Menurut dia, yang diaspal hanya sedikit, itu
pun sudah rusak karena menjadi jalur pengangkut pasir.
Menurut Bambang, Kamituwo Desa Nglebak,
ada sejumlah keunikan tersendiri di Nglebak selama ini. Pertama, wilayah ini berpenghasilan besar di
sektor pertanian, terutama padi dan jagung. “Jika dibandingkan dengan wilayah
Blora lain, ya jauh beda, apalagi di sini dekat Bengawan Solo,” ujar Bambang kepada Harianblora.com,
Jumat (6/1/2016).
Kedua, kualitas jati yang teruji.
“Banyak warga Ngawi mengambil bibit dari jati di sini,” tambah dia.
Selanjutnya, menurut dia, potensi
alam di sana memang sangat menarik. Banyak wana wisata dan wisata sungai yang
dekat Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang bisa digarap menjadi objek wisata
lintas provinsi.
Menurut dia, hanya beberapa tahun
ini Nglebak mulai maju. “Ya sekitar lima tahunan ini, warga sudah mengenal HP.
Meski ada HP, sinyal pun susah,” lanjut dia.
Selain itu, kalau ada warga
setempat yang kerja di luar kota atau di luar provinsi, kebanyakan dari mereka
tak mau kembali lagi ke desanya. “Banyak yang sudah mengenal dunia luar, tapi
mereka ya menetap di Jakarta, Kalimantan, Semarang, Surabaya dan daerah lain,”
ujar dia.
Kalau kegiatan pemberdayaan
masyarakat, kata dia, beberapa tahun ini sudah ada yang menyentuh. “Kemarin
sudah ada mahasiswa KKN dari STAI Khozinatul Umum Blora. Sebelumnya juga ada
KKN dari UGM Jogjakarta dan SMA 1 Blora yang mengadakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat,” beber dia.
Kemudian, keunikan lain menurut
Bambang adalah banyak warga yang umurnya tua alias awet hidup. “Itu mbah saya
sudah 90 lebih, mungkin sudah ada 100 tahun umurnya. Tapi karena lupa tanggal
lahirnya, jadinya kira-kira ya 90 tahunan. Selain mbah saya yang kakung, yang
istri juga masih hidup, umurnya selisih sedikit. Mereka masih bisa beraktivitas
sehari-hari layaknya orang biasa, wong masih anggon wedus (gembala kambing) kok tiap hari,” lanjut dia.
Penyebab umur awet, menurut dia,
mungkin karena banyak mengonsumsi makanan yang orisinil dan jauh dari unsur kimia.
“La gimana lagi, makanannya ya nasi padi, nasi jagung, ketela, cemilannya ya
jagung, kacang, wi, pisang,” papar dia.
Selain itu, di Nglebak juga
terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). “Kalau menurut Pemkab Blora,
PTLS di Nglebak ini cuma sedikit di Indonesia. Ini yang di Nglebak menjadi PLTS
kedua di Indonesia,” lanjut dia.
Menurut Bambang, warga setempat
juga aman dari berbagai jenis kejahatan. “Di sini motor jarang yang dimasukkan
rumah. Karena aman dari curanmor. Kalau beberapa bulan lalu ada curanmor, tapi
itu bukan warga dari sini pelakunya. Tapi sekarang sudah aman,” imbuh dia.
Ia berharap, ke depan ada perhatian
khusus dari pemerintah agar Desa Nglebak bisa semakin maju, baik dari segi
infrastruktur maupun SDM warga setempat. “Di sini yang sarjana itu bisa
dihitung sih, kalau lulusan SMA lumayan, karena kalau sekolah aja di Ngawi
semua, selain SD,” tutup dia. (Red-HB99/HJN).
0 comments:
Post a Comment