Indra Bagus
Kurniawan saat membuat barongan di rumahnya, Jumat (6/1/2017).
|
Blora, Harianblora.com – Selain
menjadi seniman, tampaknya membuat barong juga mulai dilirik sebagian pecinta
seni barong di Blora. Sebagai salah satu kekayaan lokal, Barongan Blora menjadi
salah satu ikon di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Oleh karena itu, menekuni seni
lokal khas Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yaitu barongan atau barong, selain
menanamkan jiwa primordialisme dan menghargai budaya leluhur, sebenarnya bisa
menggairahkan ekonomi lokal dan memberantas pengangguran.
“Menekuni di sini maksud saya bukan
hanya bergerak di keseniannya dengan ikut bermain dan mendirikan sanggar
barong. Tapi juga ikut promosi, jualan dan juga membuat barongan secara fisik,”
beber Indra Bagus Kurniawan, pemimpin Sanggar Sardulo Krida Mustika sekaligus
pengrajin Barongan Blora, Jumat (6/1/2017).
Mahasiswa FISIP Undip itu juga
mengatakan, awalnya ia bergabung dan belajar di grup seni barong Risang Guntur
Seto (RGS) sebagai salah satu grup senior di Kabupaten Blora. Kemudian, ia
berinisiatif menggas sanggar sendiri dengan membeli segala bentuk peralatan dan
mengumpulkan anak-anak muda setempat untuk menjadi pemainnya.
“Sanggar saya baru terbentuk tahun
kemarin. Alhamdulillah, kalau secara grup, kita sudah pentas di sejumlah acara,
termasuk HUT Risang Guntur Seto. Tapi kalau secara personal, saya sudah pentas
di mana-mana, termasuk di Semarang, Solo, Rembang, dan juga di even Festival
Barong Nusantara,” lanjut dia.
Sekadar diketahui, di Kabupaten
Blora, hampir tiap desa memiliki grup barong, baik itu yang tercatat di
pemerintah maupun yang belum. “Makanya Blora itu disebut Kota Barongan.
Anak-anak muda di sini, hampir semuanya cinta barongan. Kalau diseriusi, bisa
menghasilkan uang kok. Ya dari honor manggung, sampai dengan keuntungan menjual
atau membuat barong itu sendiri,” lanjut dia.
Kalau saya pribadi, kata dia,
sebenarnya sejak dari SMA sudah menekuni dunia barong. “Saya juga pernah
menulis Karya Tulis Ilmiah tentang peran barong dalam meningkatkan ekonomi
Blora. Jadi sudah membuktikan secara teori dan sudah praktik,” jelas dia.
Dilanjutkan dia, bahwa hal paling
mendasar dalam barong Blora sebenarnya tidak hanya secara fisik. “Namun juga
dari segi pementasan, secara lakon atau drama, iringan musik serta nilai
mitologi itu berbeda dengan Reog Ponorogo,” papar dia.
Ia berharap, para pemuda Blora
serius menggarap kesenian lokal itu dengan cara mencintai dang nguri-nguri. “Ya tidak hanya cinta tok,
tapi kalau bisa ya mempromosikan, agar budaya lokal ini tidak hilang. Karena
kalau di sekolah SMA, sudah ada muatan lokal Barong, mungkin sebagian ada yang
masih jadi ekstra. Tapi meskipun demikian, barongan Blora perlu dilestarikan
dan dimasukkan dalam pendidikan,” harap dia. (Red-HB99/HJN).
0 comments:
Post a Comment