Oleh Putra
Marenda
“Cit
cicit cit cicit cit citt cicicit ?” “aku dengar kerajaan
sepakbola tikus kita punya ketua baru ya?”
“Cit
cicict cit cicit” “Raja sepakbola tikus kita sekarang
adalah militer”
Kerajaan Sepakbola Tikus. Adalah sebuah
kerajaan yang berada disuatu negara. Penuh polemik dan intrik. Dua tahun lalu
kerajaan ini di bekukan oleh kerajaan tikus sepakbola dunia yang mengatur
segala hal bidang sepakbola di dunia. Akibatnya persepakbolaan lokal dinegara
tikus menjadi mati suri. Perlu perjuangan yang sangat kuat untuk
membangkitkannya. Lalu muncul lah pahlawan tikus. Pahlawan ini duduk sebagai tangan
kanan Raja tikus di kerajaan tersebut. Pahlawan tersebutlah yang sebenarnya
membuat sepakbola tikus menjadi mati suri. Dengan semboyan yang selalu ia
dengungkan ke masyarakat tikus yaitu “Revolusi Sepakbola tikus”. Akibatnya
mafia-mafia tikus yang sering memberi pindang ke tikus-tikus berdasi lain mulai
bergelimbungan, dan ada yang lari keluar negeri dan sampai sekarang tak ada
kabar saking takutnya.
Sekarang setelah sekiranya revolusi
mulai mencapai titik terang, pahlawan tikus mulai mendekati panitia
penyelenggara untuk mengadakan semacam suatu turnamen. Hasilnya turnamen
seperti obat dahaga bagi pencinta sepakbola tikus. Namun tidak sampai disitu
ada tuntuan untuk membuat suatu liga kompetisi. Pahlawan tikus pun merespon,
dibuatlah liga yang akhirnya berdampak baik pada sepakbola tikus untuk
membangkitkan atmosfer sepakbola dikerajaan. Masalah tidak sampai disitu, dalam
upaya untuk revolusi sepakbola tikus diperlukan suatu raja baru untuk mengatur
segala hal supaya menjadi lebih baik dan terstruktur. Sampai akhirnya revolusi pun
terjadi kemarin. Ketua sepakbola tikus baru akhirnya terpilih.
“Cit
citcit cicicit?” “Dia bisa bermain sepakbola?”
Dua mafia sepakbola tikus sedang berdiskusi.
“Cicit? citcit cicicit cit?” “Menurutmu
? Apa dia seperti sebelum-sebelumnya?”
“Cit cit cit cicicitcit cit” “Kalau
seperti sebelumnya berarti dia kiper”
“Citcit citcit cicicitcit cicit?” “Akan
lebih mudah untuk membobolnya bukan?”
“Cit cit cicit” “Kalo
dia striker bagaimana?”
“Cit citcit cicicit” “Cukup
bilang, jangan cetak gol”
“Cit cit” “Apa bisa?”
Di
balik
suka citanya sepakbola tikus yang telah mendapatkan raja sepakbola dari
kalangan militer, ada senyum licik yang siap mengintai. Mafia-mafia dinegara
tikus ini sangat licik. Bahkan persepakbolaan yang melibatkan elang saja bisa
disuap dan membuat permainan antara klub elang dan klub asal ibukota daerah
tengah menjadi banjir gol bunuh diri. Tantangan tersendiri buat mafia untuk
menyuapi sang raja tikus dengan baret berwarna hijau hitamnya.
“Cit citcit cicicitcit cit cict cicicicict
cicicit cicicicittictcict, citcict cit cit cit” “Kalau
sebelumnya hanya kita bisiki dengan umpan pindang saja, si raja tikus sudah
membiarkan gawangnya terbobol, harusnya yang raja sekarang bisa seperti itu”
“Cicitcit
cit” “Tapi raja tikus ini berbeda”
“Cicitcit cicit, cit citcitcit cicicit cici
cicit citcit cit cit cicicicict” “Sama saja, hanya saja
dia bawa pistol dengan baret dikepalanya warna hijau hitam, bedanya sama yang
kemarin ialah dipenampilan saja, kalau yang kemarin kan tikus berdasi”
“Cit citcit cicicit cittcitt” “Tapi
sepertinya pindang saja tidak cukup”
“ci cicit cicit ccit cii” “Ya
perlu tikus betina yang membawa pindang supaya cukup”
“cicit ?” “Tikus betina?”
“cicit cicit cicitcit citcit cicicit”” “Ya,
tikus betina nya masih ada dikerajaan terdahulu yang sekarang masih dipakai
dijajaran kerajaan sepakbola tikus”
“Citcitciiiit citcit cicicitcicict ciiiittcitt
citt?” “Hanya perlu bisikan kata pindang ke mereka, dan
mereka akan bergerilya dengan si Raja, menarik bukan?”
“Citcicit citcit cicicit?” “Lalu
apa tujuan kita selanjutnya?”
“Cicicict citcicicit cici cit cicicit,
ciiiiiiiiiiiiiii” “Kita uji si Raja, beruntung kalau Raja
mau makan pindangnya dan seperti biasa kita akan ada pesta digot-got kerajaan
ini, hahahaha”
“Ciiiiit
cicicit ciiiiiii cicit cit” “Raja uji coba ya haha
sejauh mana militer akan bertahan”
Di
sudut
lain didaerah kerajaan tikus juga terdapat diskusi masyarakat dimulai dari
tikus penjual pisang busuk, tikus penjual tulang ayam dan lain-lain. Diskusinya
pun sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu mengomentari terpilihnya raja baru
sepakbola tikus. Ada harapan yang muncul dari benak mereka.
“Cicit citcit citcitcit” “Timnas
bakalan maju sepertinya”
“Cit citcit cicicit” “Militer
susah dijatuhkan”
“Cicicitcit cit cicicit” “Mafia
akan hilang dengan sendirinya”
“Cicicit cicicit!” “Semoga
sepakbola ini benar-benar revolusi!”
Di
sudut
lain pula, ada harapan yang muncul dari pemain-pemain yang mencari nafkah di
persepakbolaan tikus ini. Berharap polemik yang terjadinya tidak terulang lagi.
Dan sebagai pemain, harapannya sederhana, sepakbola tikus dikerajaan ini bisa
seperti dulu lagi, dapat mencapai tingkatan yang paling tinggi di kancah
internasional.
“Cicit cicicitcit cicicit cicicit cit cit
cicicit ci cicict cicicicit citcitcict cicict cit” “Harapan
saya terhadap raja sepakbola baru tentu saja semoga dapat memperhatikan nasib
pesepakbola dikerajaan ini, Tim nasional dapat berprestasi lagi. Saya rindu
sepakbola ini mencium tropi”
-ucap mantan kapten timnas sepakbola
tikus nomor 20, ketika diwawancarai oleh salah satu warta terkenal dikerajaan
yaitu Harian Tikus Nasional.
Selesai.
Putra
Marenda adalah
penulis yang sudah
mengeluarkan buku dengan judul “Jejak Langkah yang Kau Tinggal” yang terbit
pada Agustus 2016 oleh penerbit Ellunar. Penulis sekarang sedang menempuh
kuliah di UPN “veteran” Yogyakarta jurusan teknik Geofisika.
0 comments:
Post a Comment