Oleh Putra Marenda
“Apa ada nabi yang sudah turun?”
Perkataan tersebut keluar begitu saja dari mulut tahanan berbaju rapi dengan peci yang digunakan dikepalanya. Perkataan tersebut hanya dianggap selintingan saja bagi penjaga sel tahanan.
“Hey, apa ada nabi yang sudah turun?”
“Bisa diam tidak! Apa yang kamu harapkan dari nabi itu?! Ada dan tidak ada dia, orang baik selalu dihukum, dunia ini milik orang jahat kawan!”
Mendengar perkataan penjaga sel, para tahanan hanya menanggapi dengan suara : “yang sabar”. “sholat dulu biar tenang”, “Allah bersama kita”. Penjaga sel yang mendengar sayup-sayup kata itu hanya tertawa geli sambil melanjutkan menghisap Marijuana nya.
“Daripada sholat, mending hisap, ingat hari ini hari apa kawan?!”
“Selasa Hisap!”
Penjaga sel tertawa tanpa ampun sambil melanjutkan hisapannya terhadap benda “suci” itu.
Selasa Hisap. Benar adanya. Julukan untuk hari Selasa di negeri Inversi ini ialah Selasa hisap. Akan beda lagi untuk hari-hari yang lain, semisal Senin bercinta, Rabu melacur, Kamis merampok, Jumat berbohong, Sabtu mencaci dan hari yang paling ditunggu dalam seminggu tentunya hari minggu yang memiliki julukan Minggu membunuh. Semua hari terdengar keji. Memang benar, negeri Inversi merupakan negeri dengan perilaku baik menjadi minoritas, dan perilaku buruk menjadi dominan. Hal ini sudah diatur oleh seorang raja dinegeri Inversi.
“Bagi yang berbuat jujur akan dikenakan denda minimal 10 euro.” –Pasal 9 ayat 3 Undang-undang dasar negeri Inversi.
.........
Hidup di negeri Inversi mengingatkan tentang masa kebodohan. Hanya yang menggunakan fisik lah yang akan bertahan. Hal ini membuat Upik Qolbu, pemuda yang bersusah payah untuk bertahan hidup dinegeri kelahirannya, berusaha untuk terus bertahan hidup. Total ia sudah membunuh 4000 orang lebih disetiap hari minggunya. Qolbu juga sudah memperawani gadis hampir 1000 gadis. Dan Qolbu sangatlah kaya. Kekayaannya didapatkan dari kebohongan yang dibuatnya setelah mendapatkan jabatan sebagai Wakil presiden di negeri Inversi.
“Marijuana” ucap Upik Qolbu sambil menghisap dengan kepala ia sandarkan dikursi yang sangat nyaman bagi kepalanya.
“Sekarang selasa hisap ya, besok rabu melacur. Apa masih ada lobang yang sempit?”
“Marijuana” Upik Qolbu merancau lagi setiap menghisap benda suci itu.
“Setelah rabu melacur, lalu kamis merampok, merampok siapa lagi? Presiden?”
“Marijuana....nikmat sekali” Upik Qolbu merancau lagi.
“Hari setelah kamis, ada jumat, jumat berbohong, berbohong sama siapa? Presiden?”
“Sialan Marijuana!Srupppp!” Hisapan Upik Qolbu makin kuat ke benda suci.
“Selesai jumat berbohong, aku akan mencaci presiden, yaya! Setelah itu minggu kan, aku akan membunuh presiden, dan aku akan naik ke tahta tertinggi di negeri Inversi!”
“Srupppppp!” Hisapan makin kuat dan Marijuana terhabiskan seketika dengan tubuh ambruk dengan mulut terus merancau. “Yaya, membunuh presiden”
.........
Presiden Negeri Inversi namanya Upik Iblisa. Dari namanya saja sudah benar-benar memberikan kesan ramah untuk segala penjuru negeri inversi. Tak ayal Iblisa menjadi presiden. Trek record nya cukup baik, ia telah membunuh hampir 1 juta orang, dan memperawani gadis hampir seribu gadis. Iblisa sangat tegas. Dan asal usul julukan hari, adalah karya pemikiran Iblisa.
“Benda suci keparat, ini nikmat sekali” kembali Marijuana menjadi primadona dihari selasa, tak terkecuali bagi Presiden.
“Selasa benar-benar nikmat, tapi setelah Selasa adalah hari Rabu, hari melacur, aku ingin bermain dengan tiga pelacur sekaligus!” Marijuana benar-benar membuat Iblisa melayang tak keruan.
“Kamisnya akan ku rampok si wakil Presiden, aku muak dengan wajahnya, aku mau wakil Presiden baru, setelah itu aku berbohong, dan mencaci. Lalu puncaknya ku tebas kepala wakil Presiden dan kepalanya akan kujadikan hiasan diatas televisi”
“Sruppppppp!” Hisapan Iblisa makin kuat, disertai teriakan setelah itu.
.........
Qolbu dan Iblisa kini punya rencana yang sama. Intinya dihari minggu nanti siapakah yang akan menjadi bangkai terlebih dahulu. Hari mulai berjalan. Dan dihari rabu mereka benar-benar ingin bersenang-senang dulu sebelum mereka akan saling membunuh. Lalu dihari kamis Iblisa merampok ruangan Qolbu dan Qolbu merampok ruangan Iblisa. Dan seketika ketika mereka mengecek barangnya, mereka menyadari barang mereka berpindah. Barang Iblisa akhirnya dimiliki Qolbu dan Qolbu akhirnya memiliki barang Iblisa. Hari setelah kamis merampok, lalu jumat berbohong. Qolbu dan Iblisa saling berbohong bahwa berkata hari minggu nanti ia akan mengajak satu sama lain untuk melihat pertunjukan pembunuhan padahal hari minggu nanti mereka akan saling membunuh. Lalu dihari Jumat masuk hari mencaci. Iblisa mencaci Qolbu dan Qolbu mencaci Iblisa, mereka saling mencaci, saling mengatai.
“Hei Iblisa, aku mau merasakan rasa darahmu besok!”
“Sepertinya aku juga tertarik untuk mendapatkan kepalamu, buat hiasan diatas televisi”
Ejekan-ejekan seperti itu sebagai pemanasan untuk pembunuhan besok, dan segala hal yang mendukung pembunuhan telah disiapkan baik dari wakil presiden ataupun presiden. Gergaji, kapak, dan benda tajam lain siap untuk menghilangkan nama mereka dari dunia Inversi.
.........
Minggu membunuh. Seolah menjadi pesta dinegeri Inversi. Darah seperti cat tembok warna merah yang berceceran disembarang jalan. Lalu potongan kepala tertancap dipagar juga darah yang menjadi minuman favorit sebagai peneman waktu makan. Dan hal itu yang dinantikan oleh dua pejabat dinegeri Inversi. Iblisa dengan kapaknya untuk menebas kepala Qolbu. Serta Qolbu dengan gergajinya untuk menggergaji leher Iblisa untuk mendapatkan minuman yang segar.
“Minggu membunuh ya Qolbu” senyum Iblisa dengan kapak yang ia timang-timang.
“Siapa yang akan kamu bunuh Iblisa?” senyum serupa pula yang ditunjukan Qolbu.
“Bagaimana kalau kepalamu buat hiasan televisiku?” Alis Iblisa naik turun.
“Aku juga lagi haus sekarang iblisa, boleh aku meminum darahmu?” lidah Qolbu seperti ingin menjilat gergaji yang sedang ia bawa.
“Crak!!!”
“Cretttt!”
“Mati kau Iblisa!!”
Suara tebasan begitu merdu terdengar diantara kapak gergaji wakil Presiden dan Presiden, serta darah yang begitu syahdu mengalir begitu saja dilantai istana negara.
........
“Hey” ucap lelaki berbaju rapi dan berpeci putih menyambut orang yang baru dimasukan di sel tahanan negeri Inversi.
“Kenapa disini? Kebaikan apa yang kamu lakukan?”
“Aku memberi, menolong dan merantai seluruh orang yang ingin membunuh dihari Minggu kemarin”
“Bagaimana bisa?”
“Aku bersama pembimbingku”
“Siapa?”
“Seorang Nabi telah turun”
......
Dahulu kala negeri Inversi merupakan negeri yang damai dan tidak semengerikan saat. Hal yang mendasari sifat buruk menguasai negeri ini ialah dahulu ada 6 juta orang tak puas dengan kepemimpinan Presiden saat itu. Mereka meyakini bahwa pemimpin dinegeri Inversi tidak menjalankan kewajibannya dengan baik. Presiden membiarkan satu juta penduduk mati perharinya karena kasus pembunuhan dan seribu perawan kehilangan keperawanannya karena tidak ada kepedulian dari pemerintahan. Hukum dibiarkan longgar. Akhirnya ke 6 juta orang tersebut tidak tahan dengan perilaku Presiden. Mereka memustuskan untuj membunuh Presiden dan setelah membunuh presiden, mereka juga membunuh antek-antek Presiden. Karena sifat membunuh yang merajalelas, akhirnya sifat dasar baik dari 6 juta orang hilang. Berganti dengan sifat membunuh tang sudah menjadi candu, Negeri inversi pun kalang kabut dan tidak ada yang bisa menghentikan hal ini sampai sekarang. Sampai suatu ketika sebuah cahaya turun ke bumi dan memborgol semuanya. Termasuk presiden dan wakil presiden yang saat itu sedang saling membunuh. Presiden dan wakil presiden sekarang belum mati. Mereka terborgol oleh besi yang amat kuat dibawah bumi. Dan kedua presiden itu berjanji akan hadir lagi dinegeri Inversi yang sekarang berubah nama menjadi negara “Dunia Nyata”, apabila mendengarkan suara pembunuhan yang merajalela dimuka bumi.
.....
Negeri Dunia Nyata 200 tahun kemudian.
“Namanya siapa bapak? Ada yang bisa saya bantu?”
“Upik Iblisa”
Seketika darah mengalir dari lelaki yang baru saja bertanya tadi dan pada akhirnya kepala lelaki tersebut akan menjadi hiasan di atas televisi.
Selesai.
- Putra Marenda. Penulis cerpen ini merupakan penulis yang sudah mengeluarkan buku dengan judul “Jejak Langkah yang Kau Tinggal” yang terbit pada Agustus 2016 oleh penerbit Ellunar. Penulis sekarang sedang menempuh kuliah di UPN “veteran” Yogyakarta jurusan teknik Geofisika.
“Apa ada nabi yang sudah turun?”
Perkataan tersebut keluar begitu saja dari mulut tahanan berbaju rapi dengan peci yang digunakan dikepalanya. Perkataan tersebut hanya dianggap selintingan saja bagi penjaga sel tahanan.
“Hey, apa ada nabi yang sudah turun?”
“Bisa diam tidak! Apa yang kamu harapkan dari nabi itu?! Ada dan tidak ada dia, orang baik selalu dihukum, dunia ini milik orang jahat kawan!”
Mendengar perkataan penjaga sel, para tahanan hanya menanggapi dengan suara : “yang sabar”. “sholat dulu biar tenang”, “Allah bersama kita”. Penjaga sel yang mendengar sayup-sayup kata itu hanya tertawa geli sambil melanjutkan menghisap Marijuana nya.
“Daripada sholat, mending hisap, ingat hari ini hari apa kawan?!”
“Selasa Hisap!”
Penjaga sel tertawa tanpa ampun sambil melanjutkan hisapannya terhadap benda “suci” itu.
Selasa Hisap. Benar adanya. Julukan untuk hari Selasa di negeri Inversi ini ialah Selasa hisap. Akan beda lagi untuk hari-hari yang lain, semisal Senin bercinta, Rabu melacur, Kamis merampok, Jumat berbohong, Sabtu mencaci dan hari yang paling ditunggu dalam seminggu tentunya hari minggu yang memiliki julukan Minggu membunuh. Semua hari terdengar keji. Memang benar, negeri Inversi merupakan negeri dengan perilaku baik menjadi minoritas, dan perilaku buruk menjadi dominan. Hal ini sudah diatur oleh seorang raja dinegeri Inversi.
“Bagi yang berbuat jujur akan dikenakan denda minimal 10 euro.” –Pasal 9 ayat 3 Undang-undang dasar negeri Inversi.
.........
Hidup di negeri Inversi mengingatkan tentang masa kebodohan. Hanya yang menggunakan fisik lah yang akan bertahan. Hal ini membuat Upik Qolbu, pemuda yang bersusah payah untuk bertahan hidup dinegeri kelahirannya, berusaha untuk terus bertahan hidup. Total ia sudah membunuh 4000 orang lebih disetiap hari minggunya. Qolbu juga sudah memperawani gadis hampir 1000 gadis. Dan Qolbu sangatlah kaya. Kekayaannya didapatkan dari kebohongan yang dibuatnya setelah mendapatkan jabatan sebagai Wakil presiden di negeri Inversi.
“Marijuana” ucap Upik Qolbu sambil menghisap dengan kepala ia sandarkan dikursi yang sangat nyaman bagi kepalanya.
“Sekarang selasa hisap ya, besok rabu melacur. Apa masih ada lobang yang sempit?”
“Marijuana” Upik Qolbu merancau lagi setiap menghisap benda suci itu.
“Setelah rabu melacur, lalu kamis merampok, merampok siapa lagi? Presiden?”
“Marijuana....nikmat sekali” Upik Qolbu merancau lagi.
“Hari setelah kamis, ada jumat, jumat berbohong, berbohong sama siapa? Presiden?”
“Sialan Marijuana!Srupppp!” Hisapan Upik Qolbu makin kuat ke benda suci.
“Selesai jumat berbohong, aku akan mencaci presiden, yaya! Setelah itu minggu kan, aku akan membunuh presiden, dan aku akan naik ke tahta tertinggi di negeri Inversi!”
“Srupppppp!” Hisapan makin kuat dan Marijuana terhabiskan seketika dengan tubuh ambruk dengan mulut terus merancau. “Yaya, membunuh presiden”
.........
Presiden Negeri Inversi namanya Upik Iblisa. Dari namanya saja sudah benar-benar memberikan kesan ramah untuk segala penjuru negeri inversi. Tak ayal Iblisa menjadi presiden. Trek record nya cukup baik, ia telah membunuh hampir 1 juta orang, dan memperawani gadis hampir seribu gadis. Iblisa sangat tegas. Dan asal usul julukan hari, adalah karya pemikiran Iblisa.
“Benda suci keparat, ini nikmat sekali” kembali Marijuana menjadi primadona dihari selasa, tak terkecuali bagi Presiden.
“Selasa benar-benar nikmat, tapi setelah Selasa adalah hari Rabu, hari melacur, aku ingin bermain dengan tiga pelacur sekaligus!” Marijuana benar-benar membuat Iblisa melayang tak keruan.
“Kamisnya akan ku rampok si wakil Presiden, aku muak dengan wajahnya, aku mau wakil Presiden baru, setelah itu aku berbohong, dan mencaci. Lalu puncaknya ku tebas kepala wakil Presiden dan kepalanya akan kujadikan hiasan diatas televisi”
“Sruppppppp!” Hisapan Iblisa makin kuat, disertai teriakan setelah itu.
.........
Qolbu dan Iblisa kini punya rencana yang sama. Intinya dihari minggu nanti siapakah yang akan menjadi bangkai terlebih dahulu. Hari mulai berjalan. Dan dihari rabu mereka benar-benar ingin bersenang-senang dulu sebelum mereka akan saling membunuh. Lalu dihari kamis Iblisa merampok ruangan Qolbu dan Qolbu merampok ruangan Iblisa. Dan seketika ketika mereka mengecek barangnya, mereka menyadari barang mereka berpindah. Barang Iblisa akhirnya dimiliki Qolbu dan Qolbu akhirnya memiliki barang Iblisa. Hari setelah kamis merampok, lalu jumat berbohong. Qolbu dan Iblisa saling berbohong bahwa berkata hari minggu nanti ia akan mengajak satu sama lain untuk melihat pertunjukan pembunuhan padahal hari minggu nanti mereka akan saling membunuh. Lalu dihari Jumat masuk hari mencaci. Iblisa mencaci Qolbu dan Qolbu mencaci Iblisa, mereka saling mencaci, saling mengatai.
“Hei Iblisa, aku mau merasakan rasa darahmu besok!”
“Sepertinya aku juga tertarik untuk mendapatkan kepalamu, buat hiasan diatas televisi”
Ejekan-ejekan seperti itu sebagai pemanasan untuk pembunuhan besok, dan segala hal yang mendukung pembunuhan telah disiapkan baik dari wakil presiden ataupun presiden. Gergaji, kapak, dan benda tajam lain siap untuk menghilangkan nama mereka dari dunia Inversi.
.........
Minggu membunuh. Seolah menjadi pesta dinegeri Inversi. Darah seperti cat tembok warna merah yang berceceran disembarang jalan. Lalu potongan kepala tertancap dipagar juga darah yang menjadi minuman favorit sebagai peneman waktu makan. Dan hal itu yang dinantikan oleh dua pejabat dinegeri Inversi. Iblisa dengan kapaknya untuk menebas kepala Qolbu. Serta Qolbu dengan gergajinya untuk menggergaji leher Iblisa untuk mendapatkan minuman yang segar.
“Minggu membunuh ya Qolbu” senyum Iblisa dengan kapak yang ia timang-timang.
“Siapa yang akan kamu bunuh Iblisa?” senyum serupa pula yang ditunjukan Qolbu.
“Bagaimana kalau kepalamu buat hiasan televisiku?” Alis Iblisa naik turun.
“Aku juga lagi haus sekarang iblisa, boleh aku meminum darahmu?” lidah Qolbu seperti ingin menjilat gergaji yang sedang ia bawa.
“Crak!!!”
“Cretttt!”
“Mati kau Iblisa!!”
Suara tebasan begitu merdu terdengar diantara kapak gergaji wakil Presiden dan Presiden, serta darah yang begitu syahdu mengalir begitu saja dilantai istana negara.
........
“Hey” ucap lelaki berbaju rapi dan berpeci putih menyambut orang yang baru dimasukan di sel tahanan negeri Inversi.
“Kenapa disini? Kebaikan apa yang kamu lakukan?”
“Aku memberi, menolong dan merantai seluruh orang yang ingin membunuh dihari Minggu kemarin”
“Bagaimana bisa?”
“Aku bersama pembimbingku”
“Siapa?”
“Seorang Nabi telah turun”
......
Dahulu kala negeri Inversi merupakan negeri yang damai dan tidak semengerikan saat. Hal yang mendasari sifat buruk menguasai negeri ini ialah dahulu ada 6 juta orang tak puas dengan kepemimpinan Presiden saat itu. Mereka meyakini bahwa pemimpin dinegeri Inversi tidak menjalankan kewajibannya dengan baik. Presiden membiarkan satu juta penduduk mati perharinya karena kasus pembunuhan dan seribu perawan kehilangan keperawanannya karena tidak ada kepedulian dari pemerintahan. Hukum dibiarkan longgar. Akhirnya ke 6 juta orang tersebut tidak tahan dengan perilaku Presiden. Mereka memustuskan untuj membunuh Presiden dan setelah membunuh presiden, mereka juga membunuh antek-antek Presiden. Karena sifat membunuh yang merajalelas, akhirnya sifat dasar baik dari 6 juta orang hilang. Berganti dengan sifat membunuh tang sudah menjadi candu, Negeri inversi pun kalang kabut dan tidak ada yang bisa menghentikan hal ini sampai sekarang. Sampai suatu ketika sebuah cahaya turun ke bumi dan memborgol semuanya. Termasuk presiden dan wakil presiden yang saat itu sedang saling membunuh. Presiden dan wakil presiden sekarang belum mati. Mereka terborgol oleh besi yang amat kuat dibawah bumi. Dan kedua presiden itu berjanji akan hadir lagi dinegeri Inversi yang sekarang berubah nama menjadi negara “Dunia Nyata”, apabila mendengarkan suara pembunuhan yang merajalela dimuka bumi.
.....
Negeri Dunia Nyata 200 tahun kemudian.
“Namanya siapa bapak? Ada yang bisa saya bantu?”
“Upik Iblisa”
Seketika darah mengalir dari lelaki yang baru saja bertanya tadi dan pada akhirnya kepala lelaki tersebut akan menjadi hiasan di atas televisi.
Selesai.
- Putra Marenda. Penulis cerpen ini merupakan penulis yang sudah mengeluarkan buku dengan judul “Jejak Langkah yang Kau Tinggal” yang terbit pada Agustus 2016 oleh penerbit Ellunar. Penulis sekarang sedang menempuh kuliah di UPN “veteran” Yogyakarta jurusan teknik Geofisika.
0 comments:
Post a Comment