Suasana makam di Desa Tambahrejo, Kecamatan Tunjungan, Blora. |
Tradisi nyadran, merupakan salah satu tradisi ziarah ke makam leluhur dengan membawa kembang tujuh rupa dan mendoakan dengan membaca tahlil, yasin dan ayat-ayat suci lainnya di makam.
Tidak hanya saat menjelang Idul Fitri, biasanya umat Islam di Jawa khususnya Blora juga melakukan ziarah ke makam para leluhur saat menjelang bulan suci Ramadan atau bulan puasa.
Pantauan Harianblora.com, Selasa (5/7/2016) sore, banyak sekali warga Tambahrejo dari Dukuh Pendem, Dukuh Triteh dan sekitarnya mendatangi makam yang tak jauh dari Masjid Jami’ Attaqwa tersebut.
“Biasanya nyadrannya dilakukan tanggal 29 Ramadan, dan juga 30 Ramadan sebelum Idul Fitri,” ujar Sumardjan, SPd M.MPd tokoh masyarakat setempat.
Dikatakan dia, bahwa tradisi songolikuran (29), menurut dia sudah dilakukan sejak dulu kala. “Ya kan tujuannya mendoakan orang tua, saudara yang sudah tidak ada. Karena menjelang hari Lebaran, sudah sepatutnya kita juga minta maaf sekaligus mendoakan orang tua, termasuk yang sudah mati,” beber dia.
Sementara itu, Kardi warga Tambahrejo yang lain, mengakui bahwa kalau menjelang Idul Fitri, peziarah meningkat. "Soalnya yang merantau juga sudah pulang, jadi mereka juga ziarah karena lama tidak di kampung," beber dia. (Red-HB99/Foto: Harian Blora).
0 comments:
Post a Comment