Pernah tak lulus SMA karena salah gaul. Cita-citanya jadi pilot kesampaian. Bukan menerbangkan pesawat terbang, tapi mengarahkan anak didiknya.
Pahit manisnya pengalaman hidup, sepertinya, sudah ia rasakan semasa muda dulu. Untuk menjadi seorang guru, butuh perjuangan yang tidak mudah. Dia harus berusaha keras agar cita-cita itu terlaksana hingga seperti sekarang ini.
Dia adalah Heru Budi Setyawan, salah satu nominator Een Sukaesih Awards 2015. Kini, dia tercatat sebagai guru aktif di SMA Pesat Kota Bogor.
Jika melihat rekam jejak karir pendidikan pria kelahiran Blora 19 Mei 1965 ini, memang terbilang orang yang cukup aktif di beberapa organisasi. Utamanya yang ada di ruang lingkup sekolahnya itu.
Lihat saja, saat ia berstatus sebagai siswa SD Jetis 2 Blora Jawa Tengah, Heru kecil sudah aktif di beberapa organisasi seperti OSIS, pramuka, sepak bola, dan lainnya. Soal akademik, dikatakan Heru, biasa-biasa saja. Tak ada mata pelajaran yang nilainya begitu menonjol.
"Dulu saya punya cita-cita jadi pilot. Alasannya kelihatannya keren saja," singkat Heru kepada INILAH.
Beranjak SMP, saat itu Heru yang mengenyam pendidikan di SMP Adi Sucipto Blora, memiliki cita-cita menjadi seorang wartawan. Berkaca dari cita-cita itu, dia mulai gemar membaca buku, koran dan informasi-informasi yang tengah hangat diperbincangkan khalayak umum. Bahkan dia juga kerap mendengarkan informasi dari media radio berita.
Soal akademik, diakuinya selalu masuk dalam tiga besar di kelasnya itu. Beberapa mata pelajaran yang sangat ia sukai antara lain PKN, sejarah, dan ekonomi. "Pokoknya saya selalu dapat nilai terbaik, tapi hanya di kelas," kata dia.
Usai menuntaskan studinya di SMP, dia melanjutkan ke SMA Negeri 1 Blora, Jateng. Pada saat SMA, diakui Heru, dirinya sempat salah gaul. Dia sempat tidak lulus dikarenakan banyak bergaul dengan orang-orang yang kurang cerdas.
"Saya waktu kelas tiga tidak lulus. Karena tidak lulus, saya tambah semangat untuk belajar. Pokoknya waktu SMA 100 persen saya salah gaul," kenang dia.
Hingga pada akhirnya, tepatnya pada 1985, dia lulus dari SMA dan melanjutkan karir pendidikannya di IKIP Yogyakarta dan mengambil D3 jurusan georafi. "Setelah lulus di IKIP, langsung saya jadi guru di SMPN Kunduran Blora, Jateng. Hanya setahun, menjadi guru IPS. Senang saya bisa mengajar, saya berbagi ilmu dengan anak-anak," imbuhnya.
Tepatnya pada 1990 lalu, dia berpindah sekolah dan mengajar di SMA Pesat Bogor. Selang tiga tahun, tepatnya pada 1993 dia berpindah kerja di salah satu perusahaan yang berpusat di Kota Semarang hingga 1995.
"Tepatnya pada 1995 sampai 1997, saya bekerja di PT Tri Utama Inti Perkasa Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah, sebagai wakil pimpinan. Dan pada akhirnya pada 1997, saya kembali lagi di SMA Pesat Bogor sampai sekarang," paparnya.
Selama mengajar, dikatakan Heru, dirinya memiliki pola yang sederhana namun penting. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), setiap harinya selama lima menit, peserta didik ini diberikan tausiah atau cerita-cerita yang inspiratif. Ini dilakukan agar anak-anak didiknya ini tidak merasa bosan ketika belajar dan memiliki semangat yang tinggi.
"Menurut saya pola ini sederhana, tapi penting. Saya itu nggak pernah marah, saya berusaha untuk sabar menghadapi anak-anak ini. Saya ingin anak-anak ini menjadi anak yang saleh tentunya," paparnya.
Diakuinya, selain menjadi seorang pendidik, di luar sekolah dia kerap membuat beberapa artikel untuk dikirimkan ke beberapa media lokal yang ada di Kota Bogor. Ini dilakukan karena hobi menulis semasa sekolah dulu.
Soal Een Sukaesih, Heru menilai, Een adalah sosok guru yang luar biasa. Selain orangnya penyabar, dalam hal mengajar, Een adalah orang yang sangat ikhlas dan tulus. Hal seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi semua guru di Indonesia. "Ciri orang ikhlas itu ada semangat seperti Bu Een," ucapnya.
Selama menjadi guru, dia berharap, ilmu yang diberikan kepada siswa-siswanya ini bisa bermanfaat. "Menjadi guru itu menjadi kepuasan batin," tambahnya. (Red-HB99/Inilah).
Pahit manisnya pengalaman hidup, sepertinya, sudah ia rasakan semasa muda dulu. Untuk menjadi seorang guru, butuh perjuangan yang tidak mudah. Dia harus berusaha keras agar cita-cita itu terlaksana hingga seperti sekarang ini.
Dia adalah Heru Budi Setyawan, salah satu nominator Een Sukaesih Awards 2015. Kini, dia tercatat sebagai guru aktif di SMA Pesat Kota Bogor.
Jika melihat rekam jejak karir pendidikan pria kelahiran Blora 19 Mei 1965 ini, memang terbilang orang yang cukup aktif di beberapa organisasi. Utamanya yang ada di ruang lingkup sekolahnya itu.
Lihat saja, saat ia berstatus sebagai siswa SD Jetis 2 Blora Jawa Tengah, Heru kecil sudah aktif di beberapa organisasi seperti OSIS, pramuka, sepak bola, dan lainnya. Soal akademik, dikatakan Heru, biasa-biasa saja. Tak ada mata pelajaran yang nilainya begitu menonjol.
"Dulu saya punya cita-cita jadi pilot. Alasannya kelihatannya keren saja," singkat Heru kepada INILAH.
Beranjak SMP, saat itu Heru yang mengenyam pendidikan di SMP Adi Sucipto Blora, memiliki cita-cita menjadi seorang wartawan. Berkaca dari cita-cita itu, dia mulai gemar membaca buku, koran dan informasi-informasi yang tengah hangat diperbincangkan khalayak umum. Bahkan dia juga kerap mendengarkan informasi dari media radio berita.
Soal akademik, diakuinya selalu masuk dalam tiga besar di kelasnya itu. Beberapa mata pelajaran yang sangat ia sukai antara lain PKN, sejarah, dan ekonomi. "Pokoknya saya selalu dapat nilai terbaik, tapi hanya di kelas," kata dia.
Usai menuntaskan studinya di SMP, dia melanjutkan ke SMA Negeri 1 Blora, Jateng. Pada saat SMA, diakui Heru, dirinya sempat salah gaul. Dia sempat tidak lulus dikarenakan banyak bergaul dengan orang-orang yang kurang cerdas.
"Saya waktu kelas tiga tidak lulus. Karena tidak lulus, saya tambah semangat untuk belajar. Pokoknya waktu SMA 100 persen saya salah gaul," kenang dia.
Hingga pada akhirnya, tepatnya pada 1985, dia lulus dari SMA dan melanjutkan karir pendidikannya di IKIP Yogyakarta dan mengambil D3 jurusan georafi. "Setelah lulus di IKIP, langsung saya jadi guru di SMPN Kunduran Blora, Jateng. Hanya setahun, menjadi guru IPS. Senang saya bisa mengajar, saya berbagi ilmu dengan anak-anak," imbuhnya.
Tepatnya pada 1990 lalu, dia berpindah sekolah dan mengajar di SMA Pesat Bogor. Selang tiga tahun, tepatnya pada 1993 dia berpindah kerja di salah satu perusahaan yang berpusat di Kota Semarang hingga 1995.
"Tepatnya pada 1995 sampai 1997, saya bekerja di PT Tri Utama Inti Perkasa Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah, sebagai wakil pimpinan. Dan pada akhirnya pada 1997, saya kembali lagi di SMA Pesat Bogor sampai sekarang," paparnya.
Selama mengajar, dikatakan Heru, dirinya memiliki pola yang sederhana namun penting. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), setiap harinya selama lima menit, peserta didik ini diberikan tausiah atau cerita-cerita yang inspiratif. Ini dilakukan agar anak-anak didiknya ini tidak merasa bosan ketika belajar dan memiliki semangat yang tinggi.
"Menurut saya pola ini sederhana, tapi penting. Saya itu nggak pernah marah, saya berusaha untuk sabar menghadapi anak-anak ini. Saya ingin anak-anak ini menjadi anak yang saleh tentunya," paparnya.
Diakuinya, selain menjadi seorang pendidik, di luar sekolah dia kerap membuat beberapa artikel untuk dikirimkan ke beberapa media lokal yang ada di Kota Bogor. Ini dilakukan karena hobi menulis semasa sekolah dulu.
Soal Een Sukaesih, Heru menilai, Een adalah sosok guru yang luar biasa. Selain orangnya penyabar, dalam hal mengajar, Een adalah orang yang sangat ikhlas dan tulus. Hal seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi semua guru di Indonesia. "Ciri orang ikhlas itu ada semangat seperti Bu Een," ucapnya.
Selama menjadi guru, dia berharap, ilmu yang diberikan kepada siswa-siswanya ini bisa bermanfaat. "Menjadi guru itu menjadi kepuasan batin," tambahnya. (Red-HB99/Inilah).
0 comments:
Post a Comment