M Yudhie Haryono |
Penulis merupakan pengajar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Pada 17/08/1945, kita tumbangkan kolonialisme, feodalisme dan fasisme. Pada 20/05/1998 kita tumbangkan otoritarianisme, kroniisme dan militerisme. Tugas kita selanjutnya adalah menumbangkan kapitalisme, kompradorisme dan neoliberalisme. Tetapi pada siapakah
kesadaran sejarah itu kita titipkan?
Kaum muda. Inilah jawabannya. Sebab, hanya di tangan kaum mudalah musuh kapitalisme dan neoliberalisme bisa ditumbangkan. Tancapkan belati tepat di ulu hatinya agar Indonesia merdeka kembali untuk ketiga kalinya. Kaum muda harus tahu bahwa janji proklamasi selalu dilawan dua pihak: musuh eksternal dan pengkhianat internal.
Kaum muda harus tahu bahwa realisasi revolusi selalu dihambat dua musuh: kolonialis dan brokeris. Kaum muda harus tahu bagaimana Indonesia bekerja: 1)Tembak mati semua koruptor dan nasionalisasi asetnya ke APBN. 2)Tembak mati semua komprador asing dan sita kekayaannya ke APBN. 3)Tembak mati semua neokolonialis dan rebut kembali harta rampokannya ke APBN. 4)Tembak mati semua elite predatoris, kartelis, oligarkis, kleptokratis dan sita kekayaannya ke APBN. 5)Tembak mati semua birokrasi fasis, agamawan teroris plus rakyat apatis dan sita semua harta miliknya ke APBN.
Kaum muda harus tahu kondisi ekonomi-politik neoliberal. Ekopolitik yang hilirnya kurs. 99.9% kita tak paham bahwa hilir kolonialisme adalah "kurs." Sedang 0.1% sisanya memanfaatkan kurs sebagai metoda mengkayakan diri dan memiskinkan selainnya. Teori ini berkembang sejak ditetapkan dalam Bretton Woods sebagai cara menstabilisasi kekayaan negerinegeri penjajah. Bagaimana praktek penjajahan ini bekerja? Mari lihat sederhana.
Menurut Salvator (1997:10) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya sehingga uang bukan saja sekedar alat tukar tapi juga berfungsi sebagai "alat ukur, alat tekan, alat dominasi, alat investasi dan alat legitimasi."
Dari sini kita tahu bahwa mata uang asing (valuta asing) adalah alat pembayaran luar negeri (sekaligus nanti berfungsi sebagai alat investasi). Jika kita mengimpor mobil dari Jepang, kita dapat membayarnya dengan yen. Mata uang yen bagi kita merupakan valuta asing. Apabila membutuhkan valuta asing, kita harus menukarkan rupiah dengan uang asing. Perbandingan nilai mata uang asing dengan mata uang dalam negeri (rupiah) disebut kurs. Adapun macam-macam kurs yang sering kita temui di bank atau tempat penukaran uang asing (money changer), di antaranya sebagai berikut: 1)Kurs beli, yaitu kurs yang digunakan apabila bank membeli valuta asing atau apabila kita akan menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah. Atau dapat diartikan sebagai kurs yang diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta asing. 2)Kurs jual, yaitu kurs yang digunakan apabila bank menjual valuta asing atau apabila kita akan menukarkan rupiah dengan valuta asing yang kita butuhkan. Atau dapat disingkat kurs jual adalah harga jual mata uang valuta asing oleh bank. 3)Kurs tengah, yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (penjumlahan kurs beli dan kurs jual yang dibagi dua).
Sesungguhnya tak ada otoritas tunggal yang menentukan harga sebuah mata uang. Harganya liar dan ditentukan oleh banyak hal: nilai ekspor-impor, sensifitas, mis-informasi dan posisi negara. Singkatnya harga mata uang diatur oleh "pasar yang fundamentalis." Artinya siapa kuat dan serakah, ialah yang menentukan. Karena pemimpin kita lemah dan naif maka rupiah akan selalu hancur diterkam macan-macan pasar walau soal ini sudah disadari sejak 1965 oleh Wakil Perdana Mentri Chaerul Saleh dan Presiden Soekarno.
Sayang, setelahnya belum ada presiden yang paham. Sebaliknya presiden-presiden yang ada melakukan rekomendasi neoliberalis yaitu: tambah utang, jual murah BUMN, perbanyak janji-janji, ciptakan kerusuhankerusuhan sebagai pengalihan isu/menutupi ketidakmampuannya.
0 comments:
Post a Comment