Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Sunday, 6 March 2016

Solusi Memecahkan Deindustrialisasi

Oleh M Yudhie Haryono
Penulis adalah Direktur Eksekutif Nusantara Centre

Industrialisasi adalah usaha menggalakkan produk pengindustrian lokal. Tujuannya membuat kemakmuran. Manfaat utamanya adalah memperluas lapangan kerja, menambah devisa negara dan memanfaatkan potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga menggerakkan roda perekonomian menjadi lebih cepat.

Dengan industrialisasi, kita tidak menggantungkan hidupnya hanya pada SDA semata. Tetapi, jika baca dokumen APBN dari zaman lampau sampai sekarang maka yang paling menarik perhatian kita adalah kematian dan pembantaian sumber-sumber industri kita. Dimulai dari industri berbasis kopra, pala, garam, rokok, garmen, padi, jagung, ikan, gandum dan kapas. Sementara industri menengah dan tinggi hanya sempat diimpikan (PT PAL dan PT IPTN). Industri keuangan dan IT sudah terjual murah ke asing. Pelan tapi pasti, industry-industri itu mati walaupun sumbangannya terhadap APBN cukup signifikan. Karena mati, kini semua yang saya sebut tadi diimpor. Dan, kematian mereka terjadi secara sistematis, masif dan terorganisir karena dikerjakan oleh aliansi strategis: negara kolonial-MNC-komprador lokal.

Satu-satunya industri yang masih bertahan hanya industri korupsi yang menghasilkan koruptor. Hebatnya, industri ini berkembang biak di mana saja dan kapan saja: dari istana sampai gubuk derita. Deindustrialisasi ditandai dengan penurunan aktivitas industri manufaktur yang diukur dari penyerapan lapangan kerja dan penurunan unit usaha dalam jangka panjang. Indikator lain mulai terjadinya deindustrialisasi yaitu makin besarnya industri berbasis sumber daya alam dan sebaliknya, industri yang sejatinya manufaktur justru lebih mengecil. Menurunnya kinerja ekspor, melemahnya nilai tukar rupiah, melebarnya defisit neraca transaksi berjalan, penaikan suku bunga, tersendatnya investasi serta perlambatan pertumbuhan menjadi sebab utama deindustrialisasi. Dus, deindustrialisasi adalah menurunnya peran industri dalam perekonomian nasional yang berdampak sangat panjang dan mencekam. Sebab akan menghasilkan jutaan pengagguran dan kegiatan impor produk (apa saja) yang merajalela.

Solusi
Bagaimana kita memecahkan deindustrialisasi? Dalam konteks postkolonial, adalah dengan menajamkan gagasan ekonom strukturalis. Gagasan ekonomi strukturalis adalah paham yang menolak ketimpangan-ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan sosialekonomi. Paham ini mengungkapkan dan mengusut ketimpangan-ketimpangan struktural yang berkaitan dengan pemusatan peguasaan dan kepemilikan aset ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan, produktivitas dan kesempatan ekonomi. Karena itu kaum strukturalisme menolak mekanisme pasar-bebas, karena secara inheren menumbuhkan ketidakadilan sosial ekonomipolitik dan melahirkan kejahatan kemanusiaan. Lalu, sistem yang ditawarkan adalah koperasi.

Dengan koperasi, kleptokrasi-predatori akan habis karena tunduk pada gotong-royong dan nalar bersama serta moralitas publik. Koperasi inilah yang akan melakukan industrialisasi baru dengan semangat strukturatif sehingga sulit dikalahkan.


Beberapa ekonomnya adalah: Thurow, Heilbroner, Galbraith, Hans Singer, Paul Baran, Paul M. Sweezy, Joan Robinson, Gunnar Myrdal, Nicholas Kaldor, Dudley Seers, Jan Tinbergen, Irma Adelman, Michael Lipton, Paul Streeten, Amartya Sen, Douglas North, Joseph Stiglitz, Gustav Ranis, Susan George, Frank Ackerman, Andrew Hurrel, Ngaire Woods, J.W Smith, Kaushik Basu, Andre Gunder Frank, Samir Amin, Theotoneo Dos Santos, Hernando de Soto, Ranjit Sao, C.T Kurien, Vandana Shiva, Yudi Haryono, Celso Furtado, Fernando Henrique Cardoso, Raoul Prebisch, Kwame Sundaram, Suthy Prasartset, Renato Constantino, Soekarno, Mohammad Hatta, Mubyarto, Sritua Arief, Sri-Edi Swasono, Dawam Rahardjo, Subiakto Tjakrawerdaja, Revrisond Baswir, Henry Saparini, Dani Setiawan.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Solusi Memecahkan Deindustrialisasi Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora