Ilustrasi kegiatan pemuda |
Penuls adalah Danramil Kras-Kodim 0809/Kediri
Indonesia sebagai salah satu negara pluralis di dunia memiliki berbagai macam keragaman, baik dalam suku, agama, ataupun ras. Ini bisa menjadi salah satu kelebihan maupun kekurangan Indonesia apabila toleransi tidak dijunjung setinggi-tingginya dalam bermasyarakat. Perbedaan-perbedaan ini yang justru membuat Indonesia berada di antara dua jalan yang saling bertentangan: terkotak-kotak atau melebur menjadi satu. Melebur menjadi satu menjadikan Indonesia sebagai negara yang terbuka dan ini menjadi sebuah kesempatan yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat untuk saling melengkapi dalam keragaman tersebut. Justru yang menjadi ancaman apabila Indonesia terbangun secara terkotak-kotak akibat perbedaan-perbedaan tersebut. Yang terjadi adalah ketakutan dan perbedaan menjadi teror bagi masyarakat.
Kesadaran bahwa Indonesia sudah berafiliasi dengan pluralisme adalah hal yang terutama. Toleransi harus terbangun dari seluruh golongan. Apalagi Indonesia adalah negara dengan penganut lima agama besar di dunia, keterbukaan dan prinsip saling menghormati harus terbangun dari nalar setiap pribadi. Dengan demikian, agama tidaklah menjadi sesuatu yang menakutkan, memecah belah, ataupun sebagai pemicu konflik antara satu dengan lain. Bukan pula menjadikan Indonesia sebagai negara yang hanya mengakui satu agama.
Sebaliknya, keragaman yang sesungguhnya sudah diinsafi oleh pendiri bangsa ini membentuk sebuah pembaruan yang kelak bisa saling mengisi dan melengkapi. Bukan mendirikan negara dengan basis agama, melainkan negara yang mengakui keterbukaan agama. Ini pula yang disadari oleh Johannes Latuharharry ketika mengemukakan keberatannya terhadap rumusan Piagam Jakarta dalam Sidang BPUPKI.
“Berkeberatan tentang kata-kata ‘berdasarkan atas ke-Tuhanan, dengan kewadjiban melakukan sjari’at buat pemeluk-pemeluknja’. Akibatnja mungkin besar, terutama terhadap agama lain. Karena itu diminta supaja didalam Undang-undang Dasar diadakan pasal jang terang; kalimat ini bisa djuga menimbulkan kekatjuan misalnja terhadap adat-istiadat.”
Di dalam keragaman yang tercipta itulah, keterbukaan dan toleransi beragama menjadi suatu hal yang penting. Pemuda, di dalam setiap gerakannya, menjadi salah satu peran yang penting dalam menciptakan toleransi tersebut. Salah satunya melalui dialog lintas agama di mana seluruh pemuda dari berbagai macam agama duduk bersama, membicarakan hal yang bisa saja terkesan tabu di masyarakat. Dialog lintas agama menjadi salah satu saluran bagi setiap pemuda untuk membuka diri terhadap keterbukaan yang ada di sekelilingnya. Ini menjadi hal yang penting apabila didukung dalam berbela rasa dan tidak menjunjung tinggi agama siapa yang paling benar. Melainkan sebaliknya, agama menjadi pendukung untuk mempersatukan perbedaan tersebut. Setiap agama pastilah mengajarkan kebaikan dan tidak akan pernah salah apabila kebaikan tersebut dibagikan dalam dialog lintas agama. Bahkan, apabila setiap orang menyadari betapa pentingnya dialog lintas agama, konflik atas nama agama bisa semakin berkurang. Ini harus didukung bagaimana kita memandang agama kita dan yang lain secara pribadi dan terbuka.
Selain itu, makna ke-Pancasila-an kita tidak akan luput dengan adanya dialog lintas agama. “Persatuan Indonesia” dan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” bisa terjunjung dalam dialog seperti itu. Menjadi kesempatan yang baik sekali apabila digunakan oleh pemuda dalam bangsa yang beragam perbedaannya seperti Indonesia untuk mewujudkan keidentitasan Pancasila tersebut dalam perilaku sehari-hari.
Dialog lintas agama menjadi sarana yang penting dalam menyalurkan pendapat, bukan sebagai ajang untuk unjuk aksi agama siapa yang paling benar. Adalah menjadi kesadaran untuk menciptakan toleransi dan tenggang rasa dalam beragama yang telah dipupuk sejak kecil harus dilibatkan dalam pribadi setiap orang. Sebagai bangsa yang menjunjung demokrasi, dialog lintas agama menjadi sesuatu yang penting untuk diterapkan di kehidupan masyarakat, terutama untuk menangani konflik yang melibatkan agama. Dialog harus dibangun atas dasar sosial, bukan lagi membicarakan konteks agama. Dialog harus bisa menggalakkan bagaimana setiap orang sesuai dengan agamanya masing-masing membangun kehidupan toleransi.
0 comments:
Post a Comment