Kesenian barongan Blora saat dipentaskan. Foto: indra/harianblora.com. |
"Mau lewat kerajinannya bisa, mau lewat seninya bisa, jadi semua pengangguran di Blora bisa dilatih melalui pelatihan berkala, bisa pelatihan seni atau pentasnya dan juga cara membuat dan memasarkan barongan Blora," ujar Hamidulloh Ibda, peneliti barongan Blora dalam diskusi Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah, Senin (2/11/2015).
Menurut dia, kalau melalui jangka panjang, seni barong dinilai cocok dimasukkan ke dalam muatan lokal Blora.
"Kalau di Brebes kan ada muatan lokal cara membuat telur asin. Di Blora saya kira cocok untuk diterapkan muatan lokal barongan Blora. Selain nguri-nguri budaya, pelajar secara praktis juga bisa mengembangkan potensi dan seumpama lulus sekolah, mereka tidak bisa kuliah, maka setidaknya punya bakat main barongan yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah," jelas peneliti pendidikan Pascasarjana Unnes tersebut.
Muatan lokal yang dimaksud, kata Ibda, adalah memasukkan barongan Blora sebagai kurikuler wajib di semua jenjang pendidikan. "Mulai dari SD, SMP dan SMA, semua bergantung penelitian yang dilakukan jika memang benar-benar diterapkan," papar dia.
Oleh karena itu, katanya, ini adalah proyek jangka panjang. "Soalnya butuh diskusi para expert, para sejarawan barong, seniman, dinas terkait dan juga pelaku bisnis serta perajin barong, dan lupa akademisi," ungkap dia.
Kalau sudah ada blueprint yang mata, lanjut dia, ke depan muatan lokal barongan Blora secara tentatif universal bisa menjadi solusi pengangguran.
"Jadi lokal wisdom jalan, pelajar cinta budaya dan karakter Blora serta tidak ada lagi yang nganggur setelah lulus sekolah, karena sudah dibekali soft skill yang rapi tentang barongan Blora, bukan yang otodidak dan kurang terarah," jelasnya.
Menurut dia, yang perlu ditata dan disiapkan adalah SDM yang matang. “Kalau jadi mulok, maka perlu guru seni atau yang ahli dan paham detail secara teori dan praktiknya,” ungkap dia.
Jika hal itu terlaksana, ungkap dia, maka slogan Blora Kota Barongan tidak lagi sekadar slogan. "Namun memang benar-benar terwujud, riil, nyata dan bisa dibuktikan secara kualitatif maupun kuantitatif," ungkap dia. (Red-HB44/Foto: Indra/Harian Blora).
0 comments:
Post a Comment