Tunjungan, Harianblora.com – Bagi
warga Tunjungan, Blora, musim padi adalah musim yang menyibukkan. Setelah padi
diambil dari sawah, agar mereka dapat uang, mereka harus mengerikan padi.
Sebab, harga padi kering lebih bagus daripada padi basah.
Akan tetapi, bagi warga Blora yang tak punya halaman rumah,
warga Blora keringkan padi di jalan. Warga Blora keringkan padi di jalan
agar ikuti harga padi kering yang saat ini berlaku di Blora.
Sutiyani (39) salah seorang warga Tunjungan, Blora, mengakui
bahwa halaman rumahnya yang sempit, membuat dirinya harus mengeringkan padi
basah di jalan yang berada di depan rumahnya.
“Kalau tak dikeringkan ya nanti repot. Apalagi beberapa hari
ini di Blora hujan,” beber dia, Sabtu (4/4/2015).
Mengeringkan di jalan, bagi Yani sudah menjadi hal wajar.
Namun risikonya, jika banyak motor atau mobil yang lewat harus rela padi
(gabah) nya diinjak-injak.
“Mau gak mau ya di jalan seperti ini agar padinya cepat
kering dan saya bisa menjual padi yang sesuai harga padi kering,” jelas
perempuan tersebut.
Kepada Harianblora.com, ia mengakui bahwa harga padi kering
di Blora lebih bagus daripada harga padi basah. Jika dibandingkan, harga padi
kering di Blora, tak jauh beda dengan harga padi kering di Pati, harga padi
kering di Rembang, harga padi kering di Demak, harga padi kering Jepara dan
sebagainya.
Diketahui, saat ini harga padi kering di wilayah Jateng mulai naik dan turun. Sampai Maret 2015, harga padi kering di Jateng mencapai Rp 3.900-Rp 4.000 per kg. Harga ini masih lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.300 per kg GKP di tingkat petani dan Rp 4.150 per kg GKG di tingkat penggilingan.
Untuk mencapai harga-harga tersebut, padi warga harus dikeringkan. Mereka lebih memilih menjual padi kering daripada padi basah. (Red-HB14/Foto: Harianblora.com).
Diketahui, saat ini harga padi kering di wilayah Jateng mulai naik dan turun. Sampai Maret 2015, harga padi kering di Jateng mencapai Rp 3.900-Rp 4.000 per kg. Harga ini masih lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.300 per kg GKP di tingkat petani dan Rp 4.150 per kg GKG di tingkat penggilingan.
Untuk mencapai harga-harga tersebut, padi warga harus dikeringkan. Mereka lebih memilih menjual padi kering daripada padi basah. (Red-HB14/Foto: Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment