Oleh Dasti Fitriana
Pun jelaga-jelaga perutku masih kempis.
Mengendus selaput kulit tipis. Piring putih menumpuk. Satu persatu di sudut
ruang tamu. Mereka berisik berbisik, aku lajang papa. Memang iya. Memanggul
kemelut kabut dalam jala-jala rerindu.
Paruh baya. Aku tak jadi memuntahkan
sapa bunda. Tinggalkan abu terbawa nyiur angin tanpa suara. Hampa. Harus
terluka?
Air mukaku memang begitu. Mengasah
sendu. Namun, bibirku merona menggulung haru. Aku tak hendak terburu-buru
menantimu. Merogoh saku. Mengulurkan kuku dalam sekap kasih bisu.
Meriah. Aku merah larut dalam deru ombak
bahagia. Ku tanggalkan kau dalam ingatan.
Hendak kemana? Meniti jejakmu yang
terhapus usia. Jelas alpa. Harusnya kau merawat raga dalam jiwaku. Menyuap tawa
dengan nasi bulir demi bulir. Bukan mendaki kursi yang tak mungkin kau bawa
mati.
Aku anakmu yang kau sudutkan dalam sepi.
Blora, 07 April 2015
Penulis adalah perempuan kelahiran
Blora, puisi ini ditulis dalam rangka Hari Kartini 2015.
0 comments:
Post a Comment