Blora, Harianblora.com - Peringatan Hari Kartini 2015 tak
boleh seremonial belaka. Hal itu diungkapkan Kunartiningsih, pengurus
bidang keperempuanan Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Blora, Jumat
(17/4/2015). Menurut dia, selama ini peringatan Hari Kartini hanya numpang
lewat dan terkesan simbolitas saja.
"Bagi kami, yang penting bukan
perayaannya saja. Namun pada substansi perayaan Hari Kartini dan implementasi
ruh Kartini dalam kehidupan sehari-hari," jelas dia kepada wartawan
Harianblora.com. Menurut perempuan tersebut, saat ini sosok Kartini memang
sudah dikenal semua orang, namun masih banyak perempuan hanya mengetahui nama
Kartini saja.
Perayaan Hari Kartini seperti lomba-lomba, seminar, diskusi,
fashion show, maupun lomba menyanyi dan menari selama ini dinilai hanya sekadar
formalitas belaka dan belum menjiwai sampai implementasi dalam kehidupan
sehari-hari. "Bagi saya, setiap hari ya Hari Kartini," beber dia.
Berbicara Kartini, kata dia, berarti kita membicarakan
pendidikan dan hak-hak perempuan. "Saya berharap, di era maju seperti ini,
pemerintah perlu mendorong, membantu perempuan di Kabupaten Blora untuk tetap
sekolah minimal sampai SMA," harap dia. Bahkan, lanjutnya, kalau perlu ya
sampai sarjana.
"Perempuan saat ini bukan hanya urusan dapur, kasur dan
sumur. Namun saat ini sudah banyak perempuan maju, memiliki kesempatan sama
dalam berbagai hal, termasuk pekerjaan, politik dan pendidikan," jelas
dia.
Meskipun Blora dikatakan sebagai daerah pinggiran, ujar dia,
namun bukan berarti perempuan di Blora setelah SMP nikah. "Saat ini
sekolah dari PAUD sampai SMA kan banyak dan ada di desa-desa. Jadi tidak ada
alasan untuk tidak sekolah. Perjuangan Kartini itu ya minimal harus kita
amalkan dengan mendorong perempuan di Blora sekolah sampai perguruan
tinggi," ujar sarjana pendidikan tersebut.
Mau peringatan Hari Kartini di Blora, ujar dia, Hari Kartini
di Grobogan, peringatan Hari Kartini di Kudus, Hari Kartini di Jepara sekalipun
harus mengena dan bersubtansi.
Habis gelap terbitlah terang, menurut aktivis ini tidak
sekadar diucapkan belaka. "Dari penelitian saya, jumlah perempuan yang
nikah di bawah umur di Blora juga masih banyak. Meskipun mereka anak orang yang
punya, namun motivasi untuk sekolah dan kuliah masih rendah. Bahkan banyak yang
milih jadi TKI di luar negeri karena dinilai mendapatkan uang banyak,"
tegas dia.
Mau perayaan Hari Kartini 2015, katanya, perayaan Hari
Kartini 2016, perayaan Hari Kartini 2017 bahkan perayaan Hari Kartini 2020 pun
kalau tidak ada substansi dan gerakan nyata, maka perayaan Hari Kartini 2015
hanya menjadi formalitas belaka. "Setelah acara ya sudah selesai,"
pungkas dia. (Red-HB34/Foto: Kompas).
0 comments:
Post a Comment