Oleh : Ardinda Kartikaningtyas
Makam Gedong Ageng Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu yang terletak pada 7⁰12’17,3” LS dan 111⁰33’45,7” BT (Surti, 2010). Situs ini terletak di tepi jalan, dekat dengan areal persawahan. Pada areal pemakamn ini terdapat bangunan pagar batu yang telah runtuh berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30 meter x 50 meter. Didalam ruang berpagar tersebut terdapat bangunan pagar bata yang juga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8x6 meter dengan lebar runtuhan sekitar 1 meter. Di dalam ruangan ini terdapat 3 gundukan bata yang memanjang dan pada kedua ujungnya terdapat batu nisan yang terbungkus kain putih. Gundukan bata tersebut menyerupai makam. Bata-bata itu berukuran 33x17x6 cm dan 29x15x6 cm.
Petilasan ini berbentuk makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan bekas pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten Jipang. Di tempat ini bisa ditemukan Petilasan Siti Hinggil, Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, Petilasan Masjid, dan makam kerabat kerajaan waktu itu, antara lain makam Raden Bagus Sumantri, Raden Bagus Sosrokusumo, Raden Ajeng Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Di sebelah utara Makam Gedong Ageng dapat ditemukan Makan Santri Songo. Disebut demikian karena di situ dapat ditemukan sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata pemerintahan Pajang.
Menurut juru kunci Makam Gedong Ageng, Bapak Salekun (50), generasi ketiga dari trah juru kunci makam itu yang telah sebelas tahun lebih mengabdikan dirinya. setiap hari selalu ada pengunjung yang datang ke makam. Tidak saja dari daerah di sekitarnya, tapi juga dari luar daerah, terutama Solo dan Yogyakarta. Banyak juga peziarah dari Surabaya dan Jakarta. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada yang sekadar ingin mengunjungi dan melihat dari dekat peninggalan sejarah zaman Mataram Islam ini, banyak pula yang datang dengan hajat tertentu.
Hadirnya petilasan ini tidak terlepas dari sosok Arya Penangsang, seorang yang sangat disegani dan memiliki kesaktian ini adalah bupati Kadipaten Jipang Panolan. Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin atau Pangeran Sekar, putra Raden Patah raja pertama Kesultanan Demak. Ibu Raden Kikin adalah putri bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya.
Arya Penangsang menggantikan Ayahnya sebagai bupati Jipang Panolan. Kala itu usianya masih anak-anak, sehingga dalam menjalankan pemerintahannya, ia masih dibantu oleh Patih Matahun serta seorang senapati Kadipaten Jipang bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan terletak di pinggir aliran sungai Bengawan sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.
Adipati Jipang Pinolan, Arya Penangsang terkenal sebagai seorang yang sakti mandraguna. Sosoknya tak lepas dari Keris Kiai Setan Kober yang menjadi pusaka andalannya. Ya, keris itu adalah senjata yang dipakai Arya Penangsang saat berperang melawan Pendiri Kesultanan Mataram, Sutawijaya. Namun, keris inilah yang diyakini membunuh Arya Penangsang.
Makam Gedong Ageng Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu yang terletak pada 7⁰12’17,3” LS dan 111⁰33’45,7” BT (Surti, 2010). Situs ini terletak di tepi jalan, dekat dengan areal persawahan. Pada areal pemakamn ini terdapat bangunan pagar batu yang telah runtuh berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30 meter x 50 meter. Didalam ruang berpagar tersebut terdapat bangunan pagar bata yang juga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8x6 meter dengan lebar runtuhan sekitar 1 meter. Di dalam ruangan ini terdapat 3 gundukan bata yang memanjang dan pada kedua ujungnya terdapat batu nisan yang terbungkus kain putih. Gundukan bata tersebut menyerupai makam. Bata-bata itu berukuran 33x17x6 cm dan 29x15x6 cm.
Petilasan ini berbentuk makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan bekas pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten Jipang. Di tempat ini bisa ditemukan Petilasan Siti Hinggil, Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, Petilasan Masjid, dan makam kerabat kerajaan waktu itu, antara lain makam Raden Bagus Sumantri, Raden Bagus Sosrokusumo, Raden Ajeng Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Di sebelah utara Makam Gedong Ageng dapat ditemukan Makan Santri Songo. Disebut demikian karena di situ dapat ditemukan sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata pemerintahan Pajang.
Menurut juru kunci Makam Gedong Ageng, Bapak Salekun (50), generasi ketiga dari trah juru kunci makam itu yang telah sebelas tahun lebih mengabdikan dirinya. setiap hari selalu ada pengunjung yang datang ke makam. Tidak saja dari daerah di sekitarnya, tapi juga dari luar daerah, terutama Solo dan Yogyakarta. Banyak juga peziarah dari Surabaya dan Jakarta. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada yang sekadar ingin mengunjungi dan melihat dari dekat peninggalan sejarah zaman Mataram Islam ini, banyak pula yang datang dengan hajat tertentu.
Hadirnya petilasan ini tidak terlepas dari sosok Arya Penangsang, seorang yang sangat disegani dan memiliki kesaktian ini adalah bupati Kadipaten Jipang Panolan. Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin atau Pangeran Sekar, putra Raden Patah raja pertama Kesultanan Demak. Ibu Raden Kikin adalah putri bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya.
Arya Penangsang menggantikan Ayahnya sebagai bupati Jipang Panolan. Kala itu usianya masih anak-anak, sehingga dalam menjalankan pemerintahannya, ia masih dibantu oleh Patih Matahun serta seorang senapati Kadipaten Jipang bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan terletak di pinggir aliran sungai Bengawan sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.
Adipati Jipang Pinolan, Arya Penangsang terkenal sebagai seorang yang sakti mandraguna. Sosoknya tak lepas dari Keris Kiai Setan Kober yang menjadi pusaka andalannya. Ya, keris itu adalah senjata yang dipakai Arya Penangsang saat berperang melawan Pendiri Kesultanan Mataram, Sutawijaya. Namun, keris inilah yang diyakini membunuh Arya Penangsang.
0 comments:
Post a Comment