Purwokerto, Harianblora.com – Presiden Jokowi harus lengser dan sadar diri secepatnya. Hal itu diungkapkan Prof M Yudhie Haryono, Ph.D Direktur Eksekutif Nusantara Centre, Senin (6/4/2015). Kepada Harianblora.com, mantan Penasihat Mendagri ini menilai bahwa saat ini Jokowi butuh sesuatu yang menyadarkan.
“Ini tentang kesadaran sejarah yang harus dipahami Jokowi,” beber penggagas Komisi Ideologi Negara tersebut.
Tuan Jokowi, kata pakar politik UMP Purwokerto tersebut, coba dihitung ulang. Jangan-jangan tuan bekerja hanya untuk konsumsi (kerja sebulan buat hidup dua minggu). Maka hasilnya bukan untuk aktualisasi, produksi apalagi rekreasi. Jika tuan dalam posisi bekerja buat konsumsi maka layaklah melawan.
Tanpa kesadaran itu, lanjutnya, tuan dan kita semua sdng menjadi sekrup kecil mapannya penjajahan baru yang dulu sempat ditikam mati tepat di jantungnya oleh Bung Karno dan kawan-kawan.
Jokowi dinilai jika tak mampu melanjutkan tugas negara, lebih baik mundur dengan tegas dari jabatannya daripada terus menyengsarakan rakyat.
“Kini, kita harus kembali bergerak, berperang, angkat pena dan senjata. Demi panggilan sejarah nusantara krn kita punya segalanya. Sedumuk bathuk sanyari bumi, pecahing dada wutahing ludira, sun labuhi tekan pati. Rawe-rawe rantas malang-malang putung,” ujar alumnus program doktor Duke University tersebut.
Saat ini, menurut Yudhie yang dibutuhkan adalah menghancurkan mental-pikiran-laku kolonial lokal-internasional. “Menegakkan harga diri yang makin tak berarti di tengah naiknya harga barang-barang. Dirimu, diriku dan diri kita semua lebih tak berharga dibanding barang-barang yang kita konsumsi,” tandas penulis buku Merebut Mimpi Bangsa tersebut.
Kapitalisme memang luar biasa, kata dia, kita dikerjain sampai batas-batas irasional menjadi nyata, masuk akal dan lumrah. “Maka, tak ada kejahatan terbesar di dunia ini yang melebihi kejahatannya. Tak ada perjuangan lebih besar kecuali menikam mati persis di jantungnya yang greedy, serakah dan licik itu. Dan, akulah sang mustafa, dipilih Tuhan, hantu dan hutan untuk membariskan perlawanan,” pungkas pria yang pernah mengajar di UI tersebut. (Red-HB20/Foto: Kompas).
0 comments:
Post a Comment