Buku Hamidulloh Ibda Berjudul Stop Pacaran Ayo Nikah ajak
pemuda nikah tanpa pacaran. Buku ini merupakan buku kedua yang Ibda tulis
secara pribadi. Buku Hamidulloh Ibda pertama adalah Demokrasi Setengah
Hati yang diterbitkan Kalam Nusantara.
Buku Hamidulloh Ibda yang berjudul Stop Pacaran Ayo Nikah
ini juga sudah dibedah di berbagai tempat, di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
Unnes, di Forum Muda Cendekia (Formaci), juga dibedah Gerakan Pemuda Nusantara
(GPN) Cabang Pati dan sebagainya.
Prinsip utama menurut penulis, pacaran tanpa nikah atau
nikah tanpa pacaran adalah pilihan masing-masing individu. Masing-masing,
memiliki pertanggungjawabannya sendiri. Semua ada dampak, efek jangka panjang
dan pendek atas semua perbuatan yang diperbuat. Uniknya, buku ini menjadi
spirit pribadi penulis yang dijadikan mahar pernikahan yang dilaksanakan pada 1
Juni 2014 lalu.
Pacaran dan
nikah, menurut Ibda sangat kontradiksi. Pacaran selama ini dimaknai sebagai
hubungan antara laki-laki dan perempuan di luar nikah dengan berbagai aktivitas
dan dinamika percintaan. Sedangkan nikah dimaknai sebagai hubungan sah secara
agama dan negara sesuai aturan dan syarat yang sudah ditentukan. Namun,
kenyataannya masih banyak pemuda memilih pacaran.
Mengapa? Jawabannya sepele, karena
tak mengeluarkan banyak modal, ongkos, perjuangan, tapi bisa melakukan
pelampiasan nafsu. Itulah kira-kira motivasi pacaran di kalangan kawula muda
dewasa ini.
Dalam buku
ini, ditulis kesalahan manusia yang paling mendasar bukan hanya ketakutannya
untuk menikah, tapi juga pada kesalahpahaman dalam memaknai nikah dan pacaran.
Nikah itu bahasa agama, yang seharusnya tidak ditakuti, tapi harus dijalankan,
karena dengan menikah, seorang manusia akan sempurna. Banyak laki-laki memutuskan
hubungan dengan pacarnya, karena diajak nikah pasangannya, dia tak berani.
Inilah fenomena sering terjadi saat ini.
Menikah, menurut
mahasiswa Pascasarjana Unnes ini adalah alternatif paling nyata untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Tak ada yang perlu ditakuti untuk menikah,
karena Tuhan sudah mengatur jalan dan jalur hidup manusia. Jadi, jika Anda
masih memilih pacaran daripada menikah, penulis yakin kehidupan di dunia hanya
“gitu-gitu saja”.
Hal yang terpenting, bukan rasa takut untuk menafkahi istri
dan memiliki anak. Tapi, yang terpenting adalah perjuangan dan usaha manusia
untuk menjadikan hubungan halal dalam hidup. Bahkan, mati harus dibela untuk
memurnikan hubungan laki-laki dan perempuan dalam bingkai “pernikahan”.
Manusia di
dunia ini harus memiliki prinsip yang harus diperjuangkan. Artinya, di zaman
edan seperti ini sulit membedakan antara hitam dan putih, halal dan haram, dan
sebagainya. Maka, tak heran jika banyak pacaran-pacaran yang “rusak dan konslet”.
Rusak karena tidak diklambeni dengan baju nikah, dan konslet
karena banyak pasangan yang LKMD (lamaran kari, meteng dipek). Apakah, Anda
mau menjadi korban LKMD? Anda sendiri yang tahu jawabannya.
Dalam buku
ini, penulis sengaja hanya mengambil materi tentang pacaran dan munakahat,
meskipun tidak sempurna, karena bab munakahat sangat banyak sekali. Sehingga,
penulis sengaja mengambil materi substansial dan berhubungan dengan judul buku.
Pada bab pertama, penulis menyinggung makna epistemologi pacaran, hukum
pacaran, dan manfaat serta kerugian pacaran.
Bab kedua, penulis menegaskan
tentang urgensi pernikahan, karena selama ini banyak orang memilih dan berani
pacaran, tetapi takut menikah. Bab terakhir, penulis menyinggung tentang konsep
ideal keluarga sakinah mawaddah warahmah (Samara) dengan niat menyempurnakan
tujuan nikah.
Banyak
kesalahan dan kekurangan yang pasti tertulis dalam buku ini, baik secara
redaksional dan substansial. Penulis mengharap kritik membangun untuk
kesempurnaan ke depan. Bahasa dalam buku ini juga tak terlalu “ndakik-ndakik”
dan ilmiah. Sebab, bahasa buku ini sederhana, renyah dan mengutamakan ketajaman
isi. Dengan membaca buku ini, Anda sedikit banyak akan menemukan motivasi
tinggi untuk menikah, bukan sekadar pacaran. Ku titipkan ide besar untuk
berhenti pacaran, dan mengajak untuk menikah dengan pasanganmu.
Setelah
membaca buku ini, Anda harus mengambil keputusan. Menjadi manusia baru, atau
tetap ikut kekonyolan modern. Berhenti pacaran dan menikah, atau tetap
melampiaskan nafsu dengan pacaran. Anda punya pilihan! Setelah membaca buku
ini, Anda tidak punya waktu lagi, karena ini adalah masalah waktu, this is
about the time, hazal ajal, tidak ada waktu lagi untuk mencari alasan untuk
tidak menikah. Selamat memilih, pacaran atau nikah? Akhirnya, selamat membaca,
semoga kita termasuk orang yang menemukan kebahagiaan dalam pernikahan. Amin!
0 comments:
Post a Comment