Oleh Siti Ulfaati
Penulis adalah Ketua BADKO HMI Jateng D. I Yogyakarta, mahasiswi Pascasarjana UIN Walisongo Semarang
Indonesia akan memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (Asean Economic Communty)
Desember 2015. Dengan
tujuan yang baik itu diharapkan mampu membawa perubahan untuk pertumbuhan
ekonomi di Indonesia agar lebih baik. Tujuan dibuatnya ekonomi ASEAN 2015 yaitu untuk
meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN yang mampu
mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN.
Menurut pengamat ekonomi, Hendri Saparini,
selama ini, Indonesia memiliki peran cukup strategis di Asean terhadap
pertumbuhan ekonomi ASEAN dikarenakan Indonesia merupakan negara ekonomi
terbesar keenam di Asia.
Senada dengan Hendri, Serian Wijatno dan Dr
Ariawan Gunadi, SH, MH, disela- sela peluncuran buku "Perdagangan Bebas
Dalam Perspektif Hukum Perdagangan Internasional" dan dalam siaran persnya
di Jakarta, Selasa (15/7/2014) mengungkapkan bahwa Indonesia dapat menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan strateginya. Pertama, manfaatkan hambatan perdagangan untuk mengerem banjirnya produk dan
jasa asing. Kedua, ciptakan sumber daya
pengusaha yang kompeten melalui pendidikan dan pelatihan. Ketiga, bentuklah forum sengketa perjanjian perdagangan
bebas dengan prosedur yang sederhana dan jelas.
Pertumbuhan
ekonomi bisa benar-benar menjadi baik ketika sumber daya manusia, sumber daya
alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya dan modal bisa dikelola
dengan benar dan tepat. Jika melihat Indonesia, kita harus akui bahwa sampai sekarang
ini pemerintah masih belum mampu memaksimalkan kelima hal tersebut baik di sektor industri, perdagangan, pertanian dan kelautan.
Padahal, bila keseimbangan lima elemen di atas dapat berjalan akan mampu
menghasilkan karya yang memiliki asas manfaat yang luar biasa baik untuk warga negara
Indonesia ataupun orang lain. Telisik punya telisik membangun kelima elemen
tersebut sangat lah membutuhkan peran aktif pemerintah.
Salah satu aspek penting yang perlu
disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah SDM yang kompeten yang merupakan
faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga
kerja dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi,
tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi
di dalam MEA.
SDM yang siap berdaya saing bisa dihasilkan
dari proses pendidikan yang berkualitas dan merata. Hal ini akan membuat SDM
mampu mengolah, mengelola dan melestarikan sumber daya alam yang ada sehingga
mampu menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang
berkualitas dan unggul karena mengusai iptek, akan berpengaruh terhadap
struktur industri di masa depan. Apabila sasaran di atas bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis
industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada
gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.
Selain itu budaya yang menjunjung tinggi adat ke Timur an, gotong
royong menjadikan individu yang tidak individualistik dan mau besar dan sukses
secara bersama-sama.
Selain itu modal yang memadai juga menjadi
faktor pendukung dalam menjadikan usaha lebih maju dan besar. Kelima elemen
tersebut membutuhkan stimulan dan peran penting pemerintah dalam memacu
masyarakat dalam menghadapi MEA. Dengan demikian, kita harus berusaha dengan
keras dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga bisa mengejar
ketertinggalan dari negara-negara ASEAN lain.
Akan tetapi melihat keadaan pemerintah saat
ini yang memang tidak sehat menjadikan konsentrasi pemerintah menjadi terpecah.
Lihat saja fenomena yang terjadi akhir- akhir ini. Kita masih saja disibukkan
dengan permasalahan- permasalahan birokrasi yang memang tidak kunjung
selesai. Perang pendapat antar pemangku
kebjakan baik DPR atau lembaga lainnya, Pilkada, korupsi dan peristiwa yang
masih hangat adalah persetruan antara KPK dan POLRI. Hal ini menjadikan
pemerintah menjadi terkungkung dan pada akhirnya mengabaikan hal- hal penting
termasuk MEA. Sementara negara lain sudah lebih siap untuk menghadapi MEA.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan Indonesia butuh bersiap diri
menghadapi ASEAN Economic
Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN pada
2015. Menurut dia, selama ini tak terlihat persiapan pemerintah Indonesia
maupun pengusaha untuk menghadapi AEC. Menurutnya, AEC harus bisa dihadapi oleh
pemerintah bersama pengusaha, juga masyarakat.
Contoh konkret dari ketidaksiapan ini salah
satunya adalah ketidak tahuan masyarakat tentang MEA. Para pelaku ekonomi di
daerah belum tentu mereka mengetahui atau bisa jadi mendengar pun tidak pernah.
Ini artinya pemerintah masih sangat kurang dalam mensosialisasikan. Padahal
dalam mengantisipasi dampak negatif dan positif dapat dilakukan dengan
sosialisasi yang baik, khususnya untuk pelaku ekonomi daerah dan pemerintah
daerah. Sebab, dalam menyongsong MEA ini bukan hanya pengusaha besar saja yang
memiliki andil melainkan para pelaku usaha daerah pun mempunyai peran penting
dalam menghadapi persaingan global. Pengusaha di daerah harus bangkit agar
menjadi pemain utama dan bukan hanya jadi sekedar penonton.
Selain itu contoh lain dari ketidak siapan
Indonesia dalam menghadapi MEA adalah kurangnya kemampuan kita dalam berbahasa
asing dan pola berpikir yang masih tradisional. Masyarakat kita pada umumnya lebih
senang mencari aman di daerahnya masing-masing. Entah, mereka pernah berpikir atau tidak untuk
keluar dari daerah mereka ke daerah lain atau negara lain untuk berkembang dan
menjadikan negara kita tidak tertinggal dengan negara lain. Hal ini disebabkan
karena ketidak tahuan dan ketidak mampuan baik dalam bahasa maupun yang lain.
Lemahnya daya saing sumber daya manusia ini
tercermin dalam rendahnya kualitas SDM di Indonesia. Berdasarkan fakta yang
dirilis Human Development Index
akhir- akhir ini Indonesia masih berada di posisi 121 dari 185 negara.
Seharusnya fakta ini menjadikan pemerintah untuk segera melakukan pembenahan
dalam memaksimalkan daya saing SDM. Hal ini tentunya harus dimulai dari
kualitas pendidikan dan kesehatan. Kualitas SDM sebenarnya hanyalah salah satu
masalah mendasar yang dialami Indonesia. Tanpa SDM yang berkualitas rakyat di
daerah tidak mampu mengolah kekayaan alam yang berlimpah menjadi produk yang
bernilai ekspor. Peningkatan SDM yang masih menjadi pekerjaan rumah bangsa
Indonesia ini tak kunjung usai.
Di tengah ketidaksiapan Indonesia
menghadapi MEA 2015, kita harus tetap optimis dan sadar bahwa semua ini
menuntut kita untuk segera berbenah untuk memperbaiki kualitas SDM melalui mutu pendidikan
yang merata tanpa kesenjangan. Sehingga kita akan percaya diri untuk bersaing
dengan bangsa lain. Jika tidak jangan harap kita
bisa berkontribusi di era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan menjadikan itu
semua sebagai peluang besar, justru akan menjadi musibah yang pada akhirnya
akan menimbulkan masalah lebih besar.
0 comments:
Post a Comment