Blora, Harianblora.com – Pramoedya Ananta Toer cocok jadi Bapak
Sastra Indonesia. Hal itu diungkapkan Direktur Utama Forum Muda Cendekia
(Formaci) Jawa Tengah Hamidulloh Ibda saat mengunjungi Perpustakaan PATABA
Blora, Sabtu (28/3/2015) bersama beberapa aktivis dan pecinta sastra dari
Jakarta, Kudus, Banyumas dan Semarang serta Blora.
Pengagum Pramoedya Ananta Toer saat berfoto dengan Susilo Toer adik Pram di Perpustakaan PATABA Blora. |
Menurut Ibda, Pram adalah sosok yang tidak terlalu dikenal masyarakat
Blora, namun namanya sangat terkenal di kalangan sastrawan di tingkat nasional
bahkan internasional. “Memang Pram hanya tamat SD, namun Pram banyak
menerjemahkan karangan ke dalam berbagai bahasa asing,” ujar dia.
Peneliti Bahasa Indonesia dan Sastra dari Program Pascasarjana Unnes
itu mengakui, Pram merupakan sosok Bapak Sastra Indonesia. “Selain punya Bapak
Pers Nasional, Blora juga punya Bapak Sastra Nasional ataupun Bapak Sastra
Indonesia,” ujar warga Blora tersebut.
“Banyak karya Pram yang saya sukai. Sepeti Arus Balik, Bumi
Manusia, Rumah Kaca, Sang Pemuda, Anak Semua Bangsa, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu
dan sebagainya,” ujar Ibda.
Selain karya yang mengguncang dunia, kata Ibda, alasan Pram
jadi Bapak Sastra Indonesia adalah ia adalah sosok yang menginspirasi. “Selain
unik, kontroversial, sosok Pram bagi saya adalah sosok revolusioner dan
menginspirasi,” tandas pria dari satu anak tersebut.
Pramoedya, kata Ibda, sudah banyak melahirkan karya yang sangat luar
biasa. “Kan Pram sudah jelas menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan
ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Ini prestasi dunia, tingkat internasional,
sangat logis dan rasional jika Pram itu disebut Bapak Sastra Indonesia,” tukas
penulis buku Demokrasi Setengah Hati tersebut.
Saya bukan Pramis atau penganut Pram Is Me, kata Ibda, namun saya
menilai Pram dari dalam sesuai kata Pak Susilo Toer. “Pokoknya, Pramoedya
Ananta Toer adalah Bapak Sastra Indonesia,” pungkas dia.
Tak sendirian, dalam kunjungan tersebut, hadir juga mantan Penasihat Menteri
Dalam Negeri RI Prof M Yudhie Haryono, M.Si, Ph.D, Tajudin perwakilan dari
Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) UIN Walisongo Semarang, Ali Zainul
Sofan fungsionaris Forum Muda Cendekia (Formaci) Jateng, Presiden BEM Fakultas
Ushuludin UIN Walisongo juga Pak Puji pecinta sastra dari Banyumas dan mahasiswa
UIN Walisongo Semarang dan Indra Bagus Kurniawan Pemimpin Umum Harian Blora.
Dalam kesempatan tersebut, Susilo Toer juga menyampaikan bahwa orang
boleh menilai Pram dari mana saja. “Pram itu satu, tapi tafsirannya bisa
seribu, jadi mau mengatakan Pram itu PKI, sastrawan, pemberontak bahkan
pahlawan sekalipun, Anda punya hak sendiri,” ujar dia.
Para aktivis dan pecinta satra yang berkunjung ke Perpustakaan PATABA
atau Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa tersebut juga membeli buku-buku
Pak Sus, yaitu Pram dari Dalam dan Pram dalam Kelambu yang baru saja dirillis
beberapa waktu lalu. (Red-HB12/Foto: Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment