Oleh Takdir Lela
Penulis adalah Wasekum PU
Badko HMI Jateng D.I.Yogyakarta,Lulusan S1 S.H.I IAIN Surakarta
Wirausaha atau enterpreunership bagi sebagian orang
menganggapnya sebagai suatu pekerjaan yang kurang menarik. Berbagai alasan
diungkapkan mengapa pekerjaan sebagai seorang wirausaha sangat tidak diminati,
dari hambatan modal, tempat, ataupun jenis usaha yang harus dibangun dari nol.
Sehingga masyarakat tidak begitu tertarik dengan dunia wirausaha dan lebih
memilih untuk menjadi seorang pegawai swasta ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang sampai menjadi ajang perlombaan ribuan orang untuk menempati suatu jabatan
sebagai PNS yang notabenenya memiliki gaji tetap. Namun apakah hanya dengan
menjadi seorang pegawai suatu instansi dapat menjadikan Indonesia lebih maju
dan mandiri? Sedangkan tingkat pencari kerja di Indonesia lebih tinggi
dibanding dengan lowongan pekerjaan yang tersedia.
Namun isu tentang ketidaktertarikan masyarakat dengan
dunia wirausaha mulai luntur dan jarang kita dengar saat ini. Berbagai usaha
kecil yang didirikan perseorangan atau kelompok mulai banyak dibentuk, dan
sebagian besar peminatnya adalah pemuda. Fenomena tersebut dapat kita lihat
secara langsung, dimulai dari gadget yang kita miliki. Saat kita membuka social
media, pasti terdapat toko – toko yang menawarkan barang/jasa secara online
atau lebih tren dikenal dengan sebutan online-shop. Kemudian menjamurnya kafe
atau tempat makan yang menjajakan makanan dan minuman yang dikemas dengan
inovatif dan kreatif yang sebagian besar di, prakarsai oleh kalangan pemuda.
Hal ini membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap wirausaha meningkat terutama
minat para pemuda.
Data hasil survei oleh Badan
Statistik Pusat (BPS) pada Februari 2014 menunjukkan bahwa jumlah wirausahawan di
Indonesia mencapai 44,20 juta orang dari 118,17 juta penduduk Indonesia yang
bekerja, dibandingkan data pada Februari 2013 yang hanya mencapai 44,01 juta
penduduk (Republika, 2014). Dari data tersebut
tergambarkan bahwa memang jumlah wirausahawan meningkat, namun sebagian besar
hanya bermodalkan nekat dan uang modal tanpa didasari adanya pengetahuan
tentang berbisnis atau berwirausaha. Sehingga banyak para kalangan muda yang
awalnya bersemangat membangun usaha, namun setelah mendapat masalah dalam menjalankan
usahanya, mereka cenderung putus semangat dan berhenti.
Selain permasalahan modal yang sering dielu – elukan
oleh masyarakat dalam membangun wirausaha, kurangnya pengetahuan wirausahawan
muda tentang pemahaman usaha, tempat usaha, strategi pemasaran, bahkan
kurangnya kehandalan dalam mengelola administrasi keuangan serta pengendalian
modal & kredit sering menjadi faktor kegagalan sesorang dalam berwirausaha.
Semangat untuk menjadi pemuda mandiri namun tidak disertai pemahaman yang baik
tentang dunia usaha menjadi kelemahan Indonesia dalam menciptakan negeri yang
mandiri dan kreatif.
Peran Dunia Pendidikan bagi dunia Kewirausahaan
Pada UU no. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan PP No.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah memberikan banyak ruang
bagi lembaga – lembaga pendidikan utuk membuat dan mengelola kurikulumnya
sesuai dengan potensi lingkungan yang dimiliki.
Kesempatan yang diberikan ini hendaknya dapat
dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih
terarah dan terampil. Seperti yang telah dilakukan oleh hampir semua perguruan
tinggi di Indonesia yang telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam
kurikulum sebagai salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa.
Hal ini dilakukan guna mempersiapkan mahasiswa agar mampu bersaing dan dapat
memulai lahan usaha mandiri dengan memiliki pengatahuan, pengalamanan,
keterampilan untuk mengembangkan minatnya ke dalam bentuk sebuah bisnis. Dengan
adanya kurikulum kewirausahaan tersebut juga banyak menambah motivasi para
mahasiswa untuk menjadikan wirausahawan sebagai karir yang menjanjikan.
Selain pendidikan kewirausahaan yang telah diberikan
oleh lembaga pendidikan, juga berbagai program telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia dalam mengembangkan minat pelajar dalam berwirausaha
seperti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM),
atau program Wirausaha Pemuda yang dicanangkan oleh Dinas kepemudaan dan
Keolahragaan. Berbagai usahayang telah pemerintah lakukan tersebut dimaksudkan
untuk menggali motivasi pemuda dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang
kreatif dan mandiri. Namun semua itu tidak akan bernilai baik jika masih banyak
pengangguran dikalangan pemuda.
Meski sekarang banyak pemuda yang berminat dalam
berwirausaha, selain pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki, masih banyak hal
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan minat wirausaha para pemuda. Salah
satunya masalah klasik dalam mendirikan usaha baru adalah terkendalanya modal
usaha. Berbagai instansi pemerintah kebanyakan hanya menyediakan bekal
pengalaman dan pengetahuan, namun belum mampu menyediakan lahan penyediaan
modal yang mudah didapatkan bagi para wirausaha.Para wirausahawan pemula juga
butuh pendampingan dalam mengembangkan usahanya. Seperti halnya pendampingan
dalam bentuk konseling sangat diperlukan bagi para pemula untuk mendapatkan
arahan dalam menjalankan bisnisnya.
Selain pendidikan wirausaha, program pendampingan
usaha / konseling bagi pemuda diharapkan dapat menjadi salah satu terobosan
baru sebagai pendorong bagi para pemuda untuk terus berkarya menghasilkan
lapangan pekerjaan yang inovatif dan mandiri. Sehingga tujuan Indonesia mandiri
dapat terwujud..
0 comments:
Post a Comment