Judul
Buku : Buku Saku Ibadah Hati
Penulis
:
Muhammad Musa al-Shareef
Penerbit : Zaman
Tebal : 228 halaman
Tahun : cetakan 1, Desember 2014
ISBN : 978-602-1687-40-6
Sesungguhnya
di dalam diri manusia ada satu organ. Jika ia baik, akan baik seluruh amalnya,
Jika ia rusak, maka akan rusak seluruh amalnya. Ketahuilah, ia adalah hati
(HR Ahmad).
(HR Ahmad).
Hadits
tersebut mengisyaratkan pentingnya hati bagi seorang manusia. Hati menjadi
penggerak laku. Ia menjadi semacam poros yang menentukan; sejauh mana kebaikan
dan keburukan pemiliknya. Segala daya manusia, pada awalnya tumbuh dari hati.
Kreativitas yang muncul dari pikiran seseorang, tidak lepas dari hati yang
menjadi pemantiknya.
Hati
juga merupakan mata air yang mengalir menjadi sifat saling mengasihi. Hidup
dalam lingkungan sosial, mengharuskan adanya sikap saling mengasihi agar
tercipta kehidupan yang harmonis. Dan hati menempati posisi pertama yang bisa
mengikat sikap saling menyayangi dan mengasihi antar sesama manusia. Mengingat
keutamaan hati tersebut, menjadi penting untuk memahami bagaimana urgensi,
mengelola, dan merawat hati.
Buku
yang ditulis Muhammad Musa al-Shareef ini bisa disebut sebagai pedoman
bagaimana memahami urgensi, mengelola, dan merawat hati agar tetap berada di
jalan Allah SWT. Maka tepat jika judul yang digunakan adalah Buku Saku
Ibadah Hati.
Manusia
diciptakan untuk dua hal; beribadah kepada Allah (abid) dan menjadi
khalifah di bumi (khalifah fil ard). Untuk menjalankan tugas itu, selain
memiliki akal, manusia juga dibekali satu organ yang akan menjadi pelita dalam
tiap laku hidupnya. Organ tersebut tak lain adalah hati.
Ibadah
hati menjadi hal urgen yang harus dipahami dan disadari seorang muslim, sebab
ia akan menentukan kualitas amal. Sementara amal manusia kelak menjadi rekam
yang menentukan ke mana ia akan pergi setelah meninggalkan kehidupan. Dalam
buku ini, dijelaskan bahwa ibadah hati lebih unggul daripada ibadah fisik. Hal
ini mengisyaratkan betapa pentingnya posisi hati dalam tiap diri. Keunggulan
ibadah hati tidak bisa lepas dari tingkatannya yang lebih sulit untuk dilakukan
ketimbang ibadah fisik.
Kesulitan
tersebut dikarenakan, dalam keseharian manusia, kerap menjadikan hati menjadi
kotor dan keruh. Beberapa hal yang dapat merusak hati diantaranya; menyibukkan
hati dengan sesuatu selain Allah, melakukan perbuatan dosa, terlalu banyak
makan (berlebih-lebihan), dan terlalu banyak tidur. Hal-hal tersebut dapat
meredupkan hati yang awalnya menyala. Hati yang pada awalnya suci dan bersih,
menjadi berkerak dan keras. Jika sudah seperti itu, cahaya hati yang menuntun
langkah manusia akan sulit terpancar, terlebih redup sama sekali; gelap.
Sebab
hal tersebut, dalam buku ini dijelaskan bagaimana cara menghidupkan hati.
Diantaranya dengan selalu mengingat Allah, mengingat kematian, ziarah kubur,
dan mengunjungi kegiatan orang-orang saleh. Ketika hati kembali hidup dan
pelan-pelan mulai menampakkan sinarnya, kita baru dapat menjalankan ibadah
hati.
Beberapa
ibadah hati yang diuraikan dalam buku ini diantaranya; ikhlas, taubat, rasa
takut pada Allah (khauf’), dan beraharap (al-Raja’). Jika hal-hal
tersebut sudah menjadi “karakter hati”, niscaya akhlak mulia akan tercermin
dalam laku keseharian seseorang. Diantara akhlak mulia tersebut adalah jujur,
sabar, dan rendah hati (tawadhu’).
Dengan
memahami panduan ibadah hati, maka seseorang akan terhindar dari berbagai
penyakit hati. Ketika hati sudah terhindar dari berbagai macam penyakit hati,
ia akan memancarkan sinarnya lewat akhlak mulia pemiliknya.
-Diresensi
oleh Al Mahfud, penikmat buku dari Pati Jawa Tengah.
0 comments:
Post a Comment