Nglebak, Harianblora.Com – Selain
bertani, bagi warga Dukuh Kalikangkung, Desa Nglebak, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Blora, ngarit atau mencari rumput adalah pekerjaan umum dan sudah
wajar. Bahkan, ngarit dan bertani sudah menjadi pekerjaan pokok warga di desa
tersebut.
Selain bertani dengan menanam
padi, ketela, kacang tanah dan jagung, warga sekitar mengandalkan rojo koyo
atau sapi sebagai ternak yang juga membantu kehidupan mereka. Banyak ternak
seperti sapi, kerbau dan kambing menjadi bisnis dan menghasilkan rupiah untuk
bertahan hidup.
Lokasi desa yang jauh dari pusat
kota, membuat warga di Dukuh Kalikangkung Desa Nglebak harus mau turun ke sawah
dan menanam palawija. Mereka juga harus mau mencari rumput untuk makanan
ternak.
Perangkat desa Nglebak, kamituwo Bambang, mengatakan bahwa warga di desanya memang rata-rata adalah petani. "Ya kebanyakan kalau gak betah di sini merantau di luar negeri," ujar dia.
Uniknya, dalam mencari rumput,
mereka tidak menggunakan motor dan menggunakan karung. Sebab, mereka hidup di
sekitar hutan dan hanya membawa arit dan tali untuk mencari rumput. Salah satunya
adalah Mbah Samidi (63) yang sehari-hari mencari rumput untuk makanan sapinya.
Ia sudah beternak sapi sekitar 45
tahun lebih. “Tiap hari ya cari rumput untuk makanan sapi,” ujar dia kepada
Harianblora.com tak lama ini.
Bagi yang memiliki sawah, bertani
adalah pekerjaan utama. “Kalau gak punya sawah yang ternak sapi sudah jadi
pekerjaan pokok,” ujar dia.
Selain kuat, karena ia mengangkat
rumput yang ditali tersebut di atas kepala, ia juga tidak pernah naik sepeda
dalam mencari rumput. “Sudah biasa dan tidak pegel,” katanya.
Tidak hanya rumput, Samidi juga
mengandalkan jerami, kacang dan pohon jagung atau teboh untuk makanan
sapi-sapinya.
Meskipun hidup serba susah, namun
Samidi tetap tegar dalam menjalani kehidupannya. Sehari-hari, selain mencari
rumput untuk binatang ternaknya, ia juga mengolah sawah yang ditanami padi dan
jagung.
Menurutnya, hampir semua warga di
sana beternak sapi. “Sebagian besar petani, namun juga ada yang pedagang, guru
dan kebanyakan pemudanya merantau di luar Jawa dan luar negeri,” tukas dia.
Susahnya mencari pekerjaan di
desa tersebut, mengharuskan para pemudanya, baik kaum laki-laki dan perempuan
harus banting setir dan memberanikan diri ke luar Jawa atau pun pergi ke luar
negeri untuk mencari nafkah. (Laporan Khusus Redaksi Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment