Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Tuesday, 24 March 2015

Cengkir Gading Kelapa Bergambar Janaka Srikandi dalam Upacara Adat Tingkepan



Blora, Harianblora.com – Seiring bergulirnya roda zaman, banyak masyarakat Kabupaten Blora, Pati, warga Rembang, Grobogan, warga Kudus, Demak, Semarang dan sekitarnya yang meninggalkan warisan leluhur, termasuk dalam mengabadikan budaya tingkepan. 
 
Cengkir gading (kelapa muda) yang digambar saat tingkepan atau mitoni. Foto: harianblora.com.
Budaya tingkepan merupakan salah satu budaya Jawa yang dilakukan saat hamil usia 7 bulan anak pertama. Uniknya, sampai detik ini masih banyak masyarakat Blora melestarikan cengkir gading kelapa bergambar Janaka Srikandi dalam upacara adat tingkepan tersebut.

Tiap daerah, memiliki keunikan budayanya sendiri. Budaya Blora, tentu berbeda dengan budaya Pati, budaya Grobogan, budaya Rembang dan sekitarnya di Jawa Tengah.

Sebelum acara kondangan atau puncak mitoni 7 bulanan, cengkir tersebut dipecah dan dijadikan rujak untuk disuguhkan saat selamaten.
 
Makna Cengkir Gading
Menurut Mbah Samirah (62) salah seorang warga Blora, mengatakan bahwa budaya menggambar Janaka dan Srikandi dalam adat tingkepan di Blora sudah berjalan saat ia masih kecil dulu. “Biasanya yang melakukan tingkepan pihak istri, tapi ada juga pihak suami yang melakukan kondangan atau selamaten,” ujarnya kepada Harianblora.com, Selasa (24/3/2015).

Kalau arti dan maknanya, Samirah mengatakan bahwa agar bayi yang lahir itu memiliki ruh kejawen. “Kalau anaknya lahir laki-laki biar seperti Janaka, dan kalau perempuan biar seperti Srikandi,” paparnya.
Tiap orang, memiliki pemaknaan dan representasi sendiri dalam memaknai sebuah budaya, termasuk memaknai kelapa bergambar saat adat tingkepan. Bahkan, di beberapa daerah, kelapa tersebut juga ditulisi kalimat Arab, berupa syahadat sebagai wujud penghambaan makhluk kepada Tuhannya.

Di sisi lain, ada juga yang memaknai bahwa kelapa atau cengkir (kepala muda) yang bergamar Janaka-Srikandi tersebut sebagai wujud pasangan suami istri agar setia selamanya.

Berbeda dengan budaya Blora, di Surakarta atau Solo, budaya cengkir gading justru dilakukan saat pernikahan yang serangkaian dilakukan dengan prosesi nikah tersebut. Maka wajar jika muncul cengkir gading wedding organizer dan saking uniknya, ada juga lagu cengkir gading.

Dalam konteks ini, cengkir gading atau buah kelapa muda adalah dimaknai sebagai pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.

Dalam bahasa Jawa, cengkir adalah buah kelapa yang masih muda. Sedangkan gading adalah jenis kelapa berwarna kuning dan pohonnya tidak terlalu tinggi.

Maka dalam pemaknaan Jawa, cengkir gading adalah wujud budaya yang dilakukan dalam momen mitoni atau tinkepan. Cengkir gading dimaknai sebagai sebuah simbol bahwa kaum muda atau pasangan tersebut adalah sebuah cengkir yang bentuknya bulat, jujur, apa adanya, suci, semangatnya tinggi, polos, belum terimbas oleh pamrih yang bisa membuat satu semangat tidak lagi bulat.

Warga Blora dan umumnya di Jawa Tengah, masih banyak yang melestarikan budaya ini. Meskipun dianggap kuno, namun budaya ini unik dan khas Jawa khususnya Blora yang harus dilestarikan. (Laporan Khusus Redaksi Harianblora.com).
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Cengkir Gading Kelapa Bergambar Janaka Srikandi dalam Upacara Adat Tingkepan Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora