Oleh Fitria Ningsih
Aktivis Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Cabang Tulungagung
Sudah lama saya tidak
mengikuti agenda Gema Abjad Jagad Maya. Hari Kamis (19/3/2015) ini, kembali
saya nimbrung pada agendanya Mbak Fafa. Hari Kamis agendanya mengulas buku. Saya
akan mengulas buku Ketika Tasbihku Bertahmid karya teman Saya, Mbak
Nina. Karena ini buku terbaru yang saya beli, maka buku ini yang akan sedikit
saya ulas.
Ketika membaca judulnya
sekilas mungkin kawan-kawan ingat Novel Ketika cintaku Bertasbih (KCB) karya
Habibur Rohman El-Sirazy. Namun sangat beda dengan buku ini, ini bukanlah sebuah
novel. Ini adalah buku antologi cerpen.
Cerpen-cerpen dalam buku ini
banyak mengisahkan keindahan cinta karena- Nya. Ketika membaca antologi cerpen
dalam buku ini mungkin akan terbesit rasa menyesal dan merasa bersalah ketika
pernah menjalin pacaran, perasaan tersebut menghampiri saya ketika menikmati
narasi nan indah dalam buku ini.
Saat banyak anak muda yang
bangga pamer kemesraan dengan status pacaran, dalam buku ini akan berbalik 180
derajat. Banyak cerpen dalam buku ini yang menarasikan betapa indahnya menjalin
cinta karena Alloh. Semisal dalam cerpen yang berjudul “Sujud Terindah
Pengantin Surga”.
Dalam cerpen ini dikisahkan
seorang putri tunggal bernama Nina yang dari kecil hidup di pondok-pesantren.
Ketika di pondok ada yang diam-diam menaruh hati pada Nina, dia adalah Fatih
seorang santri putra dan pengurus asrama di pondok.
Fatih menceritakan
perasannya tentang Nina pada seorang Ustadz di pondok tersebut, namanya ustadz
Anwar. Ini penggalan respon Ustadz Anwar Fatih, mungkin memang sudah waktunya
kamu butuh teman hati, seorang pendamping. Tapi tenanglah, jangan tergesa-gesa
melabuhkan cintamu pada seseorang. Bisa jadi rasa itu hanya ujian dari Allah.
Nantikan saja saat yang
tepat, saat sekiranya Nina siap menerima cintamu. Siapkan dulu dirimu untuk
pantas dicintai idaman hatimu. Jaga hatimu jangan terkontaminasi oleh nafsu.
Kamu harus malu, jika kamu tergesa-gesa mengungkapkan perasaanmu lalu
bayanganmu mengganggu konsentrasi belajarnya.
Kamu harus malu jika wajahmu
menghantuinya di saat dia sujud pada Sanga Pencipta. Kalau kamu memang
mencintainya, arahkan cintamu itu untuk beribadah dan memperbaiki diri. Jika
Alloh ridho, kalian pasti akan dipersatukan dengan mitsaaqon gholidho (perjanjian
yang berat/ akad nikah).
Fatih cukup tenang dengan nasihat ustadznya. Dia terus berusaha agar cinta dalam hatinya akan indah pada waktunya. Pernikahan itu suci. Maka jalan untuk menuju pernikahanpun harus suci.
Singkat cerita setelah Nina
lulus Fatih menghitbah Nina. Khitbahnyapun diterima, ketika mau akad nikah ada
kejadian yang ketika membacanya saya ikut terharu. Pernikahan Fatih dan Nina
berlangsung ba'da Isya'. Ketika masuk waktu Isya' Nina minta izin pada mamanya
untuk menunaikan Sholat Isya' terlebih dahulu. Otomatis dia harus menghapus
riasan diwajahnya, karena wudunya telah batal saat bermushafahah (jabat tangan)
dengan sepupunya.
" Apa kamu sudah gila Nina? Mereka sudah menunggu kamu. Kamu bisa shalat Isya' setelah selesai acara, Sayang" mamanya emosi.
"Maaf, Ma.. tapi Nina harus shalat dulu sekarang".
" Nanti make-up mu hiolang, Nin.... shalat nanti saja . Kamu mau saat akad nikah nanti atanpa riasan? Tidak malu dengan semua yang hadir"
"Ma... maaf, Nina lebih malu jika mengabaikan panggilan Allah. Biarkan Nina shalat dulu, Ma... tolong , jangan halangi Nina"
Dua puluh menit berlalau,
semua sudah menunggu, tinggal menunggu mempelai wanita. Nina dipanggil-panggil
tidak menjawab, akhirnya mama dan papanya masuk kamar. Mereka mendapati Nina
masih sujud, terpaksa papanya menggoyang tubuh putrinya, tiba-tiba tubuh Nina
terjatuh di pangkuan papanya. Nina telah dipanggil Sang Maha Pencipta. Semua
Shock, termasuk Fatih calon suami Nina.
Ingin sekali Fatih mendekap dan mengecup Nina untuk pertama dan terakhir. Namun meski Nina sudah tidak bernyawa , Fatih tidak ingin Nina kecewa padanya. Dia akan selalu menjaga iffah (pandangan) nya sampai kapanpun. Jika raga Fatih tak mampu mendekap Nina, biarlah doa-doanya yang akan merengkuh kekasih hatinya. Selesai. (hal. 28-41)
Sungguh saya suka banget dengan cerpen STPS ini. Penulis berhasil menyampaikan pesannya dengan narasi yang indah dan mengena di hati.
0 comments:
Post a Comment