Blora, Harianblora.com – Batu akik Blora dan se
Karesidenan Pati jadi gaya hidup. Demam batu akik di Kabupaten Blora,
Rembang, Grobogan, Kudus dan Jepara dinilai sebagai gaya hidup. Jika dulu hanya
orang tertentu yang suka batu akik, namun di wilayah Karesidenan Pati meliputi
Pati, Blora, Rembang, Grobogan dan Kudus serta Jepara sudah menjadi tolok ukur
kekayaan orang-orang tertentu.
Pasalnya, saat ini banyak komunitas batu akik yang terdiri
atas orang-orang besar, mulai dari PNS, anggota DPR hingga ketua dinas sampai
bupati. Hal itu dinilai M Husni Arifin (29) penggemar batu akik Blora sebagai
fenomena baru dalam dunia sosial politik dan ekonomi.
“Batu akik di Blora, batu akik di Kudus, batu akik Rembang,
batu akik Pati, batu akik Jepara itu sudah jadi gaya hidup. Jika dulu orang
tidak memiliki batu akik tidak dianggap miskin, namun standar orang kaya atau
dianggap berduit saat ini ketika bisa membeli batu akik yang mahal,” ujar dia
kepada Harianblora.com, Senin (23/3/2015) siang.
Jika dulu ukuran kekayaan adalah emas dan permata, kata
Husni, namun saat ini justru batu akik menyaingi emas. Pecinta batu akik jenis
kecubung ini menilai, fenomena batu akik yang mewarnai dunia pasar dan ekonomi
di wilayah Blora dan sekitarnya dinilai sebagai dinamika ekonomi dadakan. “Saya
heran, sebelum demam batu akik pun, saya sendiri sudah pakai batu akik saat di
Pondok Pesantren dulu,” ujar Husni yang juga anggota komunitas batu akik Blora.
Akan tetapi, lanjut dia, saat ini yang tidak suka pun ikut
suka karena masih demam. “Setahu saya di Blora ini ada komunitas batu akik yang
anggotanya adalah pejabat-pejabat,” tukas dia.
Hilangnya Mitos dan Klenik Batu Akik
Menurut Husni, berbicara batu akik saat ini bukan lagi
berbicara tuah, klenik, mitos dan aura mistis, namun lebih pada keunikan,
ekonomi, kapital dan gaya hidup.
“Pokoknya kalau sudah menjadi gaya hidup, apa pun akan
dilakukan agar dianggap nggaya dan berwibawa,” jelas alumnus Ponpes tersebut.
Dulu, bapak saya, ujar dia, mengoleksi batu akik dengan
syarat njlimet. “Batu akik milik bapak saya dulu tidak dipakai, tapi disimpan
di dalam kantong kain dan dikasih makan kembang tujuh rupa dan kemenyan. Tiap
40 hari baru dikeluarkan. Kalau ada orang sakit, baru dikeluarkan dan direndam
dengan air, kemudian air tersebut diminumkan kepada orang yang sakit. Tapi kan
sekarang tidak urusan gitu-gituan. Namun lebih pada gaya hidup dan mengoleksi
barang mewah,” jelas dia sembari menunjukkan batu akik yang ia miliki.
Kalau orang tidak memiliki batu akik, jelas dia, saat ini
tidak dianggap orang kaya dan berduit. “Padahal itu saya kira hanya musiman,
atau bisa bertahan lama, karena memang batu akik memang benda unik. Beda dengan
tumbuhan dan makhluk hidup lain,” terang dia.
Pria yang suka dengan hal-hal gaib ini mengakui, saat ini
batu akik tidak ada urusannya dengan klenik. “Mungkin karena zaman sudah maju,
jadi hal-hal mistis dan klenik sudah tidak terlalu dipercaya. Padahal
sebenarnya memang ada, terutama pada batu akik, meskipun tidak semua batu akik
memiliki kekuatan gaib,” jelasnya. (Red-Harianblora.com44/Foto: Husni).
boleh2 saja menggunakan batu akik asal jangan musrik,trim artikel nya.
ReplyDelete