Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Monday, 23 February 2015

Ujian Nasional Online 2015



Oleh Hamidulloh Ibda
Peneliti pendidikan pada Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Wacana Ujian Nasional (UN) online 2015 berbasis Computer Based Test (CBT) atau Evaluasi Nasional (Enas) perlu dikaji ulang. Sebab, kebijakan ini dinilai terburu-buru dan sejumlah daerah belum siap 100 persen menjalankannya, terutama di pelosok. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berdalih UN online untuk menghemat biaya, menjamin pelaksanaan UN yang jujur, bersih dan fleksibel. Namun bagaimana jika UN online masih tidak siap dan persiapannya kebut tayang? Tentu hasilnya tidak maksimal.

Menurut Kemendikbud, tahun 2015 ini tidak semua siswa mengikuti ujian online, tetapi hanya 500 ribu siswa. Sedangkan yang lain tetap mengerjakan UN dengan menggunakan lembar jawaban kertas. Sedangkan kepastian pelaksanaan UN online di semua sekolah adalah tahun 2016 nanti.

Model UN yang masih percobaan ini terkesan hanya formalistik-simbolis saja. Sebab, tiap tahun pemerintah selalu mengeluarkan kebijakan dan gagasan baru, namun selalu menimbulkan masalah baru pula karena dilakukan dengan persiapan yang pincang dan setengah hati. Di tiap provinsi, hanya sedikit sekolah yang siap menggelar UN online karena mereka belum siap 100 persen.

Gagasan UN online sangat brilian dan bernas. Selain pertimbangan penghematan dan kejujuran, UN online juga menjadi sarana untuk menguji tingkat orisionalitas pekerjaan pelajar. Apalagi jika UN tersebut ada ribuan bahkan jutaan variabel soal, maka akan meminimalkan potensi kecurangan.

Mengkaji Ulang
Alasan kecurangan menjadi salah satu dasar pemerintah mengeluarkan wacana UN online. Namun sangat paradoks jika UN ini belum siap namun dipaksakan tahun ini, seperti kurikulum 2013 yang justru menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri.

Kebijakan pendidikan harus benar-benar mengarah kepada perubahan, baik secara mental maupun ilmu pengetahuan. UN online harus mempertimbangkan berbagai aspek, semua harus memakai dasar, filosofi dan bebas kepentingan proyek. Sebab, jika UN ini hanya menjadi “kelinci percobaan”, maka yang rugi siswa dan tentu pendidikan secara nasional.

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menyatakan UN akan dilaksanakan sekitar pertengahan bulan April hingga Mei 2015. UN SMA akan dilakukan lebih awal, menyusul kemudian UN SMP. UN SMA akan dilaksanakan pada 13-15 April 2015. Sedangkan UN SMP akan dilaksanakan pada 4-6 Mei 2015 (Sinar Harapan, 23/1/2015). Sementara untuk SD, pelaksanaan UN akan diserahkan ke Dinas Pendidikan tingkat kota masing-masing. 

Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam menjelaskan belum semua siswa SMA dan SMK mengikuti UN online. Nizam merinci, 500 ribu siswa yang mengikuti UN online tersebut terdiri atas 50 ribu hingga 100 ribu siswa SMA serta 400 ribu siswa SMK. Sedangkan jenjang SMP dan SD belum ada pembahasan.

UN sistem ini secara teknis berbasis online. Namun, sistem evaluasi yang baru ini harus memperhatikan dari berbagai sudut pandang, baik secara epistemologi, pedagogi, evaluasi sampai teknis. Nizam menjelaskan UN online merupakan salah satu pemanfaatan teknologi informasi. Tujuannya mencegah beberapa masalah yang kerap terjadi saat UN, yaitu pemborosan penggunaan kertas, keamanan dan bocornnya soal.

Prinsip evaluasi bukan sekadar mengukur kemampuan intelektual, namun juga moral, karakter dan kejujuran. Jika UN online dilaksanakan, maka sudah mewakili substansi prinsip evaluasi tersebut. Dalam pendidikan, sangat haram jika ada kecurangan, salah satunya kecurangan di UN.

Di Indonesia, sistem UN sering berganti. Awalnya, tahun 1965-1971 disebut Ujian Negara, tahun 1972-1979 Ujian Sekolah, tahun 1980-2002 Evaluasi Belajar Tahap Nasional, kemudian Ujian Akhir Nasional pada 2003-2004 dan Ujian Nasional 2005 sampai sekarang. Pada tahun 2015 ini, muncul wacana UN online atau Enas.

Suksesnya UN online yang sudah diterapkan di beberapa SMK di Indonesia juga menjadi motivasi Kemendikbud menerapkan ujian ini di seluruh sekolah. Namun pola pendidikan di SMK tentu berbeda dengan SMA yang bukan mengarah ke skill saja. Maka, UN online sebenarnya tidak cocok diterapkan di semua sekolah. Sebab, tiap sekolah memiliki karakter dan gaya belajar sendiri dan tidak bisa dipukul rata. Sekolah di kota jelas berbeda dengan di desa apalagi di pelosok.

Meskipun UN online memiliki sisi positif, namun selayaknya konsep ujian tersebut harus matang. UN online mengandungun unsur perkembangan dan teknologi pendidikan, namun harus dibarengi dengan berbagai persiapan. Semua sekolah mendukung, asalkan persiapan matang dan tidak sekadar formalistik saja.

Di negara maju saja, seperti Amerika, Australia, Finlandia, Kanada, Jerman tidak mengadakan UN. Linda Hammond (1994) menyatakan mengapa negara-negara maju tidak mau menggelar UN, sebab sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Menurutnya, sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda. Namun tidak bagi Indonesia, karena masih “mengagungkan UN” sebagai salah satu bentuk evaluasi terjitu untuk mengukur kesuksesan pembelajaran siswa.

Matangkan Persiapan
Salah satu kelebihan tes model ini yaitu bermanfaat meningkatkan mutu, fleksibilitas, dan keandalan UN. Hasilnya juga bisa lebih rinci dan lebih cepat diperoleh siswa, orangtua, dan sekolah. Mulai tahun ini akan dilakukan perintisan atau uji coba UN dengan target beberapa sekolah pada setiap jenjang di setiap provinsi. Untuk tahun-tahun berikutnya, UN dengan sistem komputer akan dilakukan dengan cakupan lebih luas di 34 provinsi pada jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK, serta Paket B dan C. Soal-soalnya sama atau setara dengan tes berbasis kertas.

Sebelum dilaksanakan, persiapan matang UN perlu dilakukan agar tidak terjadi “kegagalan nasional”. Pertama, Kemendikbud perlu menyosialisasikan UN ini kepada semua sekolah, baik yang percobaan maupun tidak. Perlu juga dirembuk, pola dan karakter soal, apalagi di Indonesia saat ini menjalankan dua kurikulum, yaitu K13 dan KTSP.

Kedua, perlu persiapan, pembenahan, perluasan akses internet di daerah-daerah yang sulit dijangkau sinyal. Ketiga, persiapan teknis harus matang, meliputi persiapan komputer, jaringan internet, kesiapan daya listrik dan sebagainya. Jika saat UN listrik padam, maka kacaulah UN tersebut.

Keempat, perlu adanya ribuan bahkan jutaan variabel soal seperti seleksi CPNS berbasis CAT. Tujuannya, agar potensi kecurangan semakin minim. Kelima, pemerintah melalui dinas pendidikan juga perlu menggelar try out atau latihan UN online. Tujuannya agar siswa tahu teknis pelaksanaan UN tersebut.

Keenam, perlu adanya soal yang menekankan pada 3 ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebab, tahun lalu ada beberapa soal yang menggunakan standar Programme for International Student Assessment (PISA). Soal-soal high order thinking ini dibuat tim guru yang telah mendapat pelatihan dari tim PISA yang masih menekankan ranah kognitif saja. Pelajar saat ini membutuhkan soal-soal yang mengonstruk pola pikir mereka agar menjadi insan kamil, berkarakter dan religius tidak hanya terpaku pada angka dan teori saja.

Prinsip ujian, baik memakai kertas maupun online adalah kejujuran. Sebab, tanpa kejujuran dan UN yang autentik, maka UN online sama saja mengaburkan substansi evaluasi pendidikan. Pemerintah, LPTK, dinas pendidikan, peneliti, akademisi, LSM dan masyarakat harus turut serta mengawal UN online. Sebab, masih banyak potensi kecurangan UN yang harus dikawal.

Substansi UN bukan sekadar pengukuran, namun juga mendidik anak berbuat jujur. Maka dari itu, jika UN online nanti masih ada kecurangan, apakah pantas disebut UN?
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Ujian Nasional Online 2015 Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora