Pidato Kebudayaan 2015 di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto ini terbuka untuk umum. Direktur
Eksekutif Nusantara Centre, M Yudhie Haryono mengatakan mengundang semua
kalangan untuk hadir dalam agenda tersebut.
“Kami mengundangnya ke Purwokerto kota revolusi. Berbagi ilmu sejarah. Mengapa kolonialisme begitu culas dan kita kalah melulu? Adakah strategi mengalahkannya? Bagaimana sejarah keculasan itu berulang-ulang? Bagaimana kolonialisme membentuk mental kolonial? Bagaimana kita sulit menyadarinya? Itulah tema dan pertanyaannya. Ia lahir di Burma,” tegas dia tak lama ini.
“Kami mengundangnya ke Purwokerto kota revolusi. Berbagi ilmu sejarah. Mengapa kolonialisme begitu culas dan kita kalah melulu? Adakah strategi mengalahkannya? Bagaimana sejarah keculasan itu berulang-ulang? Bagaimana kolonialisme membentuk mental kolonial? Bagaimana kita sulit menyadarinya? Itulah tema dan pertanyaannya. Ia lahir di Burma,” tegas dia tak lama ini.
Kini profesor tamu di UI dan Oxford, katanya, menjadi sejarawan
Inggris terkemuka karena karya-karya monumentalnya. Salah satunya
"Diponegoro (Gramedia/2014)." Ia menghidupkan Che Guevaranya
Nusantara. “Ia menghadirkan pahlawan kita secara lengkap dan dramatik melebihi
para sejarawan lokal. Ia mengajarkan sejarah secara berbeda karena ada unsur
cinta dan nasionalisme yang membara. Sejarah menjadi hidup dan menghidupi suatu
bangsa,” bebernya.
Kalian yang suka kajian postkolonial, lanjutnya, silahkan
datang ke UMP pada Sabtu 14 Maret 2015. Kami tunggu dengan cinta dan tangan
terbuka kritis dan progresif. Detil acaranya klik di www.pkpk.ump.ac.id dan www.ahmadtohari.com.
0 comments:
Post a Comment