Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Saturday, 7 February 2015

Menanti Bupati Blora dari Kaum Perempuan



Blora, Harianblora.com – Wacana kepemimpinan perempuan sudah lama mencuat di Indonesia, tak terkecuali di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Memang benar, adagium pemimpin bukan masalah gender atau jenis kelamin, namun pemimpin adalah masalah mau dan mampu.


Hal itu diungkapkan M Shofi Falikul Isbach, pengurus Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah, Sabtu (7/2/2015) pagi. Menanti Bupati Blora dari kaum perempuan memang bukan mimpin, namun harus direalisasikan. Apalagi, genderang Pilkada Kabupaten Blora sudah di depan mata.

Menurut Shofi, memimpin bukan masalah jenis kelamin, namun di luar hal itu. “Memimpin itu soal kompetensi, integritas dan karakter, bukan jenis kelamin,” ujar dia kepada Harianblora.com. Pemimpin yang baik, kata Shofi, adalah yang minim kasus dan isu.

Mengenai siapa pemimpin perempuan di Blora, Shofi belum bisa merabanya, apalagi ia menilai saat ini partai sudah gagal melahirkan kader pemimpin yang dicintai rakyat. “Susah juga, soalnya partai saat ini juga sudah gagal melahirkan pemimpin yang jujur dan tanggung jawab,” ujar dia.

Ia juga menganjurkan, Pilkada Kabupaten Blora yang sesuai rencaha dihelat pada September 2015 atau bisa mundur pada 2016 harus dilakukan dengan cerdas. “Kuncinya ada pada pemilih cerdas,” pungkas aktivis pergerakan tersebut.

Saatnya Perempuan Memimpin Blora
Tanggapan juga diungkapkah salah satu pengurus Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Blora, Kunartiningsih, SPd, ia mengatakan sudah saatnya Blora dipimpin kaum hawa. “Sampai detik ini, desas-desus nama-nama hanya dari kaum laki-laki, seperti petahana Djoko Nugroho, Abu Nafi, Maulana Kusnanto, Mulgiyono, Gunawan S Pardji dan Rubiyanto,” bebernya.

Kan itu laki-laki semua, lanjut dia, padahal potensi perempuan di Blora sangat tinggi. “Hal itu bisa diusulkan parpol, seharusnya parpol di Blora memberi peluang bagi perempuan untuk maju di Pilkada Blora nanti, jangan orang itu-itu saja,” tegas sarjana tersebut.

Setahu saya, kata dia, sejak Bupati Blora dipegang Toemenggoeng Wilatikta sejak 1749 sampai Bupati Djoko Nugroho saat ini, belum terdengar wacana pemimpin perempuan di Blora.

“Sejak tahun 1967 juga laki-laki semua, yaitu dipimpin Bupati Srinardi 1967-1973, kemudian Blora dipimpin Soepandi Joedodarmo 1973 -1979, H. Soemarno, S.H tahun 1979-1989, H. Soekardi Hardjoprawiro, MBA 1989-1999, Ir. H. Basuki Widodo 1999-2007, R.M Yudhi Sancoyo 2007-2010 dan Djoko Nugroho    2010-sekarang, lalu selanjutnya siapa? Harus perempuan,” beber dia.

Selain dari parpol, peluang perempuan menjadi Bupati Blora bisa dimulai dari organisasi pemuda dan ormas. “NU, Muhammadiyah dan ormas lain di Blora saya kira harus membaca peluang ini,” tukasnya. Apalagi, lanjut dia, saat ini tak hanya aktivis, namun unsur guru, pengusaha juga bisa jadi bupati. “Jadi memang sudah saatnya Blora dipimpin perempuan,” harapnya dengan yakin. (Red-HB10 HB29/Foto: Bupati Blora). Baca juga: Inilah Kandidat Calon Bupati Blora.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Menanti Bupati Blora dari Kaum Perempuan Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora