Blora, Harianblora.com – Wacana
kepemimpinan perempuan sudah lama mencuat di Indonesia, tak terkecuali di
Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Memang benar, adagium pemimpin bukan masalah
gender atau jenis kelamin, namun pemimpin adalah masalah mau dan mampu.
Hal itu diungkapkan M Shofi
Falikul Isbach, pengurus Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah, Sabtu
(7/2/2015) pagi. Menanti Bupati Blora dari kaum perempuan memang bukan
mimpin, namun harus direalisasikan. Apalagi, genderang Pilkada Kabupaten Blora
sudah di depan mata.
Menurut Shofi, memimpin bukan masalah
jenis kelamin, namun di luar hal itu. “Memimpin itu soal kompetensi, integritas
dan karakter, bukan jenis kelamin,” ujar dia kepada Harianblora.com. Pemimpin yang
baik, kata Shofi, adalah yang minim kasus dan isu.
Mengenai siapa pemimpin perempuan
di Blora, Shofi belum bisa merabanya, apalagi ia menilai saat ini partai sudah
gagal melahirkan kader pemimpin yang dicintai rakyat. “Susah juga, soalnya
partai saat ini juga sudah gagal melahirkan pemimpin yang jujur dan tanggung
jawab,” ujar dia.
Ia juga menganjurkan, Pilkada
Kabupaten Blora yang sesuai rencaha dihelat pada September 2015 atau bisa
mundur pada 2016 harus dilakukan dengan cerdas. “Kuncinya ada pada pemilih cerdas,”
pungkas aktivis pergerakan tersebut.
Saatnya Perempuan Memimpin Blora
Tanggapan juga diungkapkah salah
satu pengurus Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Blora, Kunartiningsih, SPd,
ia mengatakan sudah saatnya Blora dipimpin kaum hawa. “Sampai detik ini,
desas-desus nama-nama hanya dari kaum laki-laki, seperti petahana Djoko
Nugroho, Abu Nafi, Maulana Kusnanto, Mulgiyono, Gunawan S Pardji dan Rubiyanto,”
bebernya.
Kan itu laki-laki semua, lanjut
dia, padahal potensi perempuan di Blora sangat tinggi. “Hal itu bisa diusulkan
parpol, seharusnya parpol di Blora memberi peluang bagi perempuan untuk maju di
Pilkada Blora nanti, jangan orang itu-itu saja,” tegas sarjana tersebut.
Setahu saya, kata dia, sejak
Bupati Blora dipegang Toemenggoeng Wilatikta sejak 1749 sampai Bupati Djoko Nugroho
saat ini, belum terdengar wacana pemimpin perempuan di Blora.
“Sejak tahun 1967 juga laki-laki
semua, yaitu dipimpin Bupati Srinardi 1967-1973, kemudian Blora dipimpin
Soepandi Joedodarmo 1973 -1979, H. Soemarno, S.H tahun 1979-1989, H. Soekardi Hardjoprawiro, MBA 1989-1999, Ir.
H. Basuki Widodo 1999-2007, R.M Yudhi Sancoyo 2007-2010 dan Djoko Nugroho 2010-sekarang, lalu selanjutnya siapa? Harus
perempuan,” beber dia.
Selain dari parpol, peluang
perempuan menjadi Bupati Blora bisa dimulai dari organisasi pemuda dan ormas. “NU,
Muhammadiyah dan ormas lain di Blora saya kira harus membaca peluang ini,”
tukasnya. Apalagi, lanjut dia, saat ini tak hanya aktivis, namun unsur guru,
pengusaha juga bisa jadi bupati. “Jadi memang sudah saatnya Blora dipimpin
perempuan,” harapnya dengan yakin. (Red-HB10 HB29/Foto: Bupati Blora). Baca juga: Inilah Kandidat Calon Bupati Blora.
0 comments:
Post a Comment