Oleh Fitria Ningsih
Aktivis Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formasi) STAIN Tulungagung
Sengaja kutulis cerpen tentang buku ini agar aku cinta buku. Pagi ini tiba-tiba pengen lihat-lihat buku-buku saya di bufet yang ada di rumah. Kebanyakan buku-buku saya novel. Ternyata setelah saya lihat banyak buku yang hanya saya beli tapi belum minat membacanya.
Beberapa novel tulisan Tere Liye seperti negeri di ujung tanduk, moga bunda disayang Alloh, bidadari-bidari surga belum juga saya sentuh, padahal awalnya pengen banget membelinya. Setelah terbeli malas membacanya, hmm.
Saya lihat lagi novel yang sudah pernah saya baca, seperti ranah 3 warna dan Rantau 1 muara. Tiba-tiba tangan saya tergerak mengambil rantau 1 muara. kembali saya baca acak sebentar. Saya berhenti di halaman 8, penggalan cerita ketika Alif Fikri terpilih menjadi Duta Muda Ke Kanada. Teman-teman Alif berkata " Enaknya kamu Lif, bisa jalan-jalan ke Kanada Gratis. Beruntung Banget".
Tentulah aku beruntung . Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai "beruntung". Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca,menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (Alif Fikri). Rantau 1 Muara. Hal:8.
Untuk mencapai beruntung butuh usaha, bukan hanya kebetulan. Ada usaha diatas rata-rata kebanyakan orang untuh meraih yang namanya beruntung. Namun, yang berkembang disekitar saya, kata beruntung lebih diidentikkan dengan kebetulan, tanpa usaha.
Masih tentang buku, siang tadi sekitar pukul 10 pagi saya kembali ke Tulungagung. Sudah saya niatkan hari rabu untuk mengunjungi Tulungagung Islamic Book Fair 2015 di balai rakyat Tulungagung. Sesampainya ditempat kost, saya bingung, mau ke sana sama siapa? Saya belum tau mana balai rakyat? (hehe...nemen ya di Tulungagung hampir 4 tahun belum tau Balai Rakyat Tulungagung).
Alhamdulillah Ty Intan El Mumtaza mau mengantarkan dan menemani saya membeli buku. Enam buku saya bawa pulang. Selesai beli buku Ty Intan mengajak ngobrol-ngobrol di salah satu gazebo Alun-Alun Tulungagung. Jika berbicara / ngobrol-ngobrol soal hidup waktu serasa begitu singkat, meski sudah ngomong ngetan-ngulon. Hampir satu jam ngobrol-ngobrol kitapun pulang, di tengah jalan Ty Intan rela kehujanan... Terimakasih Ty, ayo ceritakan tentang pengemisnya tadi Ty..hehe.
Tulungagung, 11 Februari 2015
Aktivis Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formasi) STAIN Tulungagung
Sengaja kutulis cerpen tentang buku ini agar aku cinta buku. Pagi ini tiba-tiba pengen lihat-lihat buku-buku saya di bufet yang ada di rumah. Kebanyakan buku-buku saya novel. Ternyata setelah saya lihat banyak buku yang hanya saya beli tapi belum minat membacanya.
Beberapa novel tulisan Tere Liye seperti negeri di ujung tanduk, moga bunda disayang Alloh, bidadari-bidari surga belum juga saya sentuh, padahal awalnya pengen banget membelinya. Setelah terbeli malas membacanya, hmm.
Saya lihat lagi novel yang sudah pernah saya baca, seperti ranah 3 warna dan Rantau 1 muara. Tiba-tiba tangan saya tergerak mengambil rantau 1 muara. kembali saya baca acak sebentar. Saya berhenti di halaman 8, penggalan cerita ketika Alif Fikri terpilih menjadi Duta Muda Ke Kanada. Teman-teman Alif berkata " Enaknya kamu Lif, bisa jalan-jalan ke Kanada Gratis. Beruntung Banget".
Tentulah aku beruntung . Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai "beruntung". Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca,menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (Alif Fikri). Rantau 1 Muara. Hal:8.
Untuk mencapai beruntung butuh usaha, bukan hanya kebetulan. Ada usaha diatas rata-rata kebanyakan orang untuh meraih yang namanya beruntung. Namun, yang berkembang disekitar saya, kata beruntung lebih diidentikkan dengan kebetulan, tanpa usaha.
Masih tentang buku, siang tadi sekitar pukul 10 pagi saya kembali ke Tulungagung. Sudah saya niatkan hari rabu untuk mengunjungi Tulungagung Islamic Book Fair 2015 di balai rakyat Tulungagung. Sesampainya ditempat kost, saya bingung, mau ke sana sama siapa? Saya belum tau mana balai rakyat? (hehe...nemen ya di Tulungagung hampir 4 tahun belum tau Balai Rakyat Tulungagung).
Alhamdulillah Ty Intan El Mumtaza mau mengantarkan dan menemani saya membeli buku. Enam buku saya bawa pulang. Selesai beli buku Ty Intan mengajak ngobrol-ngobrol di salah satu gazebo Alun-Alun Tulungagung. Jika berbicara / ngobrol-ngobrol soal hidup waktu serasa begitu singkat, meski sudah ngomong ngetan-ngulon. Hampir satu jam ngobrol-ngobrol kitapun pulang, di tengah jalan Ty Intan rela kehujanan... Terimakasih Ty, ayo ceritakan tentang pengemisnya tadi Ty..hehe.
Tulungagung, 11 Februari 2015
0 comments:
Post a Comment