Oleh Retno Wihyanti
Untuk Juni, aku masih
diberi waktu Maret-April-Mei.
Akhir Februari 2015
ini, harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Khususnya untukku yang mulai dari
awal lagi.
Penempaan ini akan
berbuah di masa yang akan datang dan di sanalah mungkin aku baru akan paham
mengapa aku perlu melalui jalanan ini. Yang aku pahami adalah seseorang
akan terus berusaha berjalana terus tanpa henti ketika ia memiliki arah
yang jelas. Dan ia akan lebih memilih berhenti, berbalik, atau bahkan berganti
arah dari perencanaan ketika tak punya tujuan mengapa ia berjalan.
Layaknya seseorang di
tengah kehausan yang mana jalan itu tak ada penjual minuman.
Ia begitu haus, tetapi
harus berjalan. Kata orang, di ujung jalan yang tengah dilewati ada sebuah
warung yang menjual minuman.
Nah, ia pun punya
tujuan untuk mencari warung itu, maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk
terus berjalan ke arah sana.
Di sanalah ia akan
menemukan targetnya, yaitu air yang akhirnya akan mengobati rasa hausnya.
Bukankah berusaha
tetap berjalan yang tempatnya belum tahu sejauh apa akan ditemukan banyak
kendala?
Mungkin ia akan
beristirahat menelan air liur hingga kering mulutnya, sakit tenggorokannya,
bercucur keringatnya, habis tenaganya, dan sebagainya.
Namun, ia tahu, ketika
ia tetap berusaha, ia akan menemukan apa yang diinginkan.
Itulah mengapa ia
harus tetap berjalan, kecuali yang ia pilih adalah mati.
Analogi itu, ibarat
kemelut skripsi yg tengah aku hadapi. Orang yang memberi tahu di sana ada
warung penjual minuman ibarat janji Allah, hadist rasul, nasihat orang-orang,
info akademik tteng revisi, jadwal wisuda dan sebagainya.
Warung minuman itu
ibarat cita-citaku. Targetku.
Jalanan sepi, panas
itu ibarat putaran waktu proses yang berjalan, proses revisi, proses
penelitian, dan sebagainya. hingga proses wisuda.
Kesakitan selama
menuju warung itu ibarat berbagai hal yang tak diharapkan atau tak diinginkan.
Contoh: Aku
ingin lolos tes CPNS
Yang tak diinginkan:
proses belajar yang menguras pikiran, waktu, tenaga, uang; perjalanan ke
sana-ke sana, dan sebagainya.
Mengapa belajar masuk
ke yang tak diinginkan? Mneurutku karena yang kita inginkan adalah ilmunya,
atau hasilnya. Kita itu ingin jadi dokter, bukan ingin proses menujunya. Kita
ingin bisa membaca Al quran, bukan tahap menuju bisanya. Kita ingin ke luar
negeri, bukan seleksinya. Kita ingin lulus sidang dapet A, bukan proses menuju
itunya.
Layaknya ungkapan dr
Pak Mario Teguh: ketika kita ingin sesuatu, kita harus melewati banyak hal yang
tak kita inginkan dulu.
Begitu.
Mengapa mempunyai
target itu bukan hal yang tak penting.
- Penulis adalah Mahasiswi
PGSD Universitas Negeri Semarang
0 comments:
Post a Comment