Blora, Harianblora.com – Budaya khas Blora, tarub
pernikahan bisa dimaknai sebagai lambang awal kehidupan rumah tangga. Hal
itu disampaikan K. Muslim Asslamy, pakar Bahasa Arab dalam suatu kesempatan di
acara walimatul ursy di Kabupaten Blora.
Tarub Blora yang didirikan di depan rumah saat acara pernikahan |
Tarub Blora adalah suatu bentuk gapura yang terbuat
dari berbagai macam bahan. Seperti pohon pisang yang masih utang yang dipajang
kanan-kiri di depan rumah sebelum acara pernikahan. Di atasnya juga dihias
dengan janur kuning, dedaunan, diberi galar atau bambu. Saat acara pernikahan,
di atasnya juga diberi semacam makanan, berupa pisang dan jajanan lainnya.
Tarub, sudah menjadi tradisi di Blora sejak dulu. Bahkan,
tarub juga dilakukan masyarakat Rembang, Pati, Demak dan sekitarnya saat acara
pernikahan.
Saat mau memasuki rumah yang akan menikah, warga juga
melewati tarub tersebut. Hal itu melambangkan doa restu agar pernikahan kedua
mempelai langgeng dan abadi.
Muslim Asslamy yang juga Ketua Forum Bahtsul Masa’il Kitab
Kuning se Karesidenan Pati itu mengataka, Tarub itu satu akar kata dengan
Ta’aruf, yang artinya perkenalan. “Arafa itu mengetahui, tahu, mengerti, maka
kalau orang Jawa menyebut alat untuk mengetahui adalah mripat,” ujarnya.
Selain itu, menurut kiai muda yang hafal Alquran 30 juz ini
juga mengatakan, tarub itu tradisi Jawa yang satu filosofi dengan Arab. “Kalau
Tarub, atau Tarup, itu artinya perkenalan, juga berarti lambang awal kehidupan
kehidupan rumah tangga,” jelas dia.
Bahkan dalam Islam, menurut makrifat adalah puncak tertinggi
dalam dunia tasawuf. Mulai dari syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. “Jadi,
dalam rumah tangga itu bisa menjadi alat ibadah bahkan untuk mencapai tingkat
kesuksesan seperti tingkatan dalam tasawuf,” ujarnya. (Red-HB19/Foto:
Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment