Blora, Harianblora.com - Batu
Akik di Blora, Kudus, Demak, Pati, Rembang, Semarang, dan Jawa Tengah mulai
demam tinggi sejak akhir tahun 2014 sampai sekarang awal 2015. Tak
hanya kalangan tua, namun banyak pemuda, perempuan dan remaja juga mulai
tertartik batu mulai atau yang akrab disebut batu akik tersebut.
Saat ini, jenis batu akik seperti
kecubung, badar besi, safir, amethyst, combong, ruby hingga kalimaya
sudah ramai dibicarakan publik, terutama di daerah Blora, Pati, Rembang, Demak,
Kudus dan di wilayah Jawa Tengah pada umumnya.
Jika dulu batu akik identik
dengan mistis, perdukunan, orang jadul, kuno, antik, namun saat ini batu akik
sudah dianggap sebagai barang mewah dan bisa dibeli dengan uang tanpa
mempertimbangkan aspek klenik atau mistisme.
Kabupaten Pati tak lama ini juga menggelar pameran batu perhiasan yang dikemas dalam Pati Visit Expo 2015 yang mempromosikan Batu Jalasutra asal Pegunungan Kendeng yang ramai dikunjungi para pecinta batu akik, baik dari Pati sendiri dan luar daerah.
Salah satu kolektor batu akik,
Ahmad Sauqi Rozak (29) di Blora, mengaku saat ini batu akik sudah menjadi
barang mewah dan mahal. Menurut dia, karena pengaruh media massa, banyak orang
yang awalnya tidak suka dan tidak tahu, kini sudah tergoda dengan batu akik.
Lebih aneh lagi, kata Sauqi, saat ini yang tertarik juga para pejabat dan bupati serta orang-besar. "Kemarin di Pati ada pameran batu akik, sebentar lagi di Semarang. Jika dulu kan cuma Tessi yang pakai sampai di semua tangan, itu dianggap aneh, tapi nyatanya sekarang hampir orang yang suka batu akik juga pakai di semua jarinya," beber dia.
Bahkan, menurut Sauqi, batu akik
kini menjadi sorotan publik yang mendatangkan berbagai fenomena, seperti
ekonomi. “Saya dengar kabar beberapa waktu lalu, kalau jual beli batu akik
nanti akan dikenakan pajak,” jelas dia, Selasa (24/2/2015). Hal itu menurut dia
memang wajar, namun pajak tersebut harus jelas, karena saat ini banyak batu
akik palsu atau aspal. (Baca: Cara Membedakan Batu Akik Asli dan Palsu dengan Mudah).
Jika dulu orang masih
memperdebatkan animisme dan dinamisme, lanjut dia, namun saat ini yang penting
ada uang ada batu akik, orang bisa mengoleksinya. “Kemarin saya juga dapat
pesanan dari Ngawi, katanya cari yang dari hutan atau kuburan. Entah dibuat apa
saya kurang paham,” beber pria tersebut.
Melebihi Harga Emas
Memang edan, kata dia, harga batu
akik justru melebihi emas. “Ini memang fenomena luar biasa dan di luar akal
sehat,” tandas dia.
Menurut Ali Muhson, warga
Mranggen Demak, batu akik sebenarnya sudah demam sejak dulu. “Namun karena
diekspos media, jadi batu akik yang awalnya tidak terlalu ramai kini mulai
diburu para warga dari berbagai kalangan,” tutur lulusan UIN Walisongo Semarang
tersebut kepada Harianblora.com, Selasa (24/2/2015).
Menurut Muhson, sapaannya, batu
akik dulu sering dipakai di lingkungan santri. “Namun ya asal pakai, tidak
seperti sekarang menjadi bahan perbincangan dengan berbagai sudut pandang,”
beber pria tersebut. Uniknya, kata Muhson, harga batu akik sekarang itu jutaan. "Mungkin besuk-besuk harganya melebihi intan dan permata," tuturnya.
Tak hanya Muhson, warga Blora,
Jusni (34) juga mengakui di Kabupaten Blora saat ini ramai membicarakan batu
akik. “Saya kira memang sudah menjadi bahan unik, langka dan mewah bahkan batu
akik sudah menjadi gaya hidup,” beber pria tersebut.
Ia juga termotivasi untuk
membeli. “Saya sudah punya dua macam, jenis Bacan dan katanya yang paling mahal
itu jenis Badar Sulaiman yang ada khadamnya,” tukas dia.
Di Tegal, menurut Izmi Naula
warga Tegal juga demikian. “Wah, sudah ramai sejak tahun 2014 lalu,” jelas
lulusan UIN Walisongo Semarang tersebut. Menurut dia, tak hanya kaum laki-laki,
di Tegal juga banyak perempuan mulai tertartik dan memakai batu akik dengan
cara ditempelkan atau dibuat asesoris di kalung maupun anting.
Mahasiswa yang dikatakan sebagai
kaum intelektual juga mulai memakai batu akik, salah satunya adalah Hakim Alif Nugroho,
mahasiswa Undip asal Pati. “Saya pakai karena saya tertarik,” jelas dia kepada
Harianblora.com.
Menurutnya, meskipun banyak orang
meyakini akik dengan berbagai macam alasan, batu akik tetaplah batu yang tidak
ada kekuatannya. “Kalau dulu yang pakai itu cuma orang-orang tertentu, kayak
dukun, orang tua, namun sekarang ya bisa dipakai semua kalangan. Karena batu
akik menurut saya tidak ada hubungannya dengan klenik-klenik semacam itu,”
bebernya. (Laporan Khusus Harianblora.com).
Beberapa foto-foto batu akik yang digemari di Blora, Pati, Demak, Kudus dan di Jawa Tengah.
0 comments:
Post a Comment