Kudus, Harianblora.com - Ahmad Tohari cerpenis Asal
Banyumas ceramah pendidikan di UMK Kudus, Selasa (24/2/2015) yang bertempat di
auditorium Universitas Muria Kudus (UMK). Penulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk
ini di hadapan peserta Seminar Nasional memberi ceramah tentang guru. Menurut
dia, menjadi seorang guru berarti menjadi pribadi yang membimbing manusia.
Ahmad Tohari novelis asal Banyumas. Foto: Antara. |
Menjadi guru bukan hanya dituntut pintar saja, namun juga
mampu menjalankan apa yang disampaikan kepada murid.
Hal itu disampaikan penulis novel Bekisar Merah dalam seminar yang bertema “Melestarikan Nilai-nilai Budaya dalam Pendidikan”. Seminar nasional tersebut digelar oleh BEM FKIP Universitas Muria Kudus (UMK). Apa yang disampaikan guru, ujar dia, , harus sejalan dengan ungkapan guru, digugu dan ditiru.
“Apa yang dilakukannya harus sesuai dengan yang diajarkan kepada murid. Guru bukan hanya sekadar sebagai pegawai. Bekerja sesuai SK, absen dan mendapatkan gaji,” tegas pria kelahiran 1948 tersebut di hadapan peserta seminar.
Ahmad Tohari sangat prihatin jika guru tak mampu digugu dan ditiru. Semasa masih di bangku SMP, sekolahnya pernah mengalami petaka. Sepasang “guru” di sekolahnya secara blak-blakan pacaran. Ia menyebut kedua sosok itu belum mampu menjadi guru yang sesungguhnya. Menjadi guru, menurut peraih penghargaan dari The Fellow of The University of Iowa itu, harus menjadi contoh dan teladan yang baik untuk muridnya. (Red-HB29/Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi).
Hal itu disampaikan penulis novel Bekisar Merah dalam seminar yang bertema “Melestarikan Nilai-nilai Budaya dalam Pendidikan”. Seminar nasional tersebut digelar oleh BEM FKIP Universitas Muria Kudus (UMK). Apa yang disampaikan guru, ujar dia, , harus sejalan dengan ungkapan guru, digugu dan ditiru.
“Apa yang dilakukannya harus sesuai dengan yang diajarkan kepada murid. Guru bukan hanya sekadar sebagai pegawai. Bekerja sesuai SK, absen dan mendapatkan gaji,” tegas pria kelahiran 1948 tersebut di hadapan peserta seminar.
Ahmad Tohari sangat prihatin jika guru tak mampu digugu dan ditiru. Semasa masih di bangku SMP, sekolahnya pernah mengalami petaka. Sepasang “guru” di sekolahnya secara blak-blakan pacaran. Ia menyebut kedua sosok itu belum mampu menjadi guru yang sesungguhnya. Menjadi guru, menurut peraih penghargaan dari The Fellow of The University of Iowa itu, harus menjadi contoh dan teladan yang baik untuk muridnya. (Red-HB29/Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi).
0 comments:
Post a Comment