Oleh : Fadhiela Noer Hafieza
Finalis Lomba Karya Tulis BCB Tingkat Nasional Tahun 2014
Jejak Pemukiman di Situs Blungun
Ditemukannya berbagai macam bentuk dan jenis pecahan keramik di Situs Blungun memungkinkan adanya pemukiman pada masyarakat lampau pada abad X – XII M yaitu pada masa Dinasti Tang dan Dinasti Song. Tenggang kedatangan diantara kedua dinasti Cina yang relatif berdampingan melahirkan akulturasi kebudayaan yang baik antar kedua dinasti dengan masyarakat setempat kala itu.
Adanya “jalur sutera” di kawasan selat Malaka yang membawa sutera sebagai barang dagangan terbesar bangsa Cina mengubah keadaan awal pedagang Cina yang awalnya hanya tertarik untuk melakukan kontak perdagangan dengan Asia Barat saja, seiring meluasnya kerajaan Cina menimbulkan ketertarikan kepada kawasan Asia Tenggara yaitu Negara Indonesia khususnya, karena Indonesia juga kaya akan rempah-rempah seperti yang India miliki. Namun memungkinkan bahwa keramik juga mereka bawa untuk komoditi dagangnya dan sebagai suvenir persembahan para raja.
Adanya sebuah berita yang pasti mengenai pelayaran orang Indonesia ke Cina adalah berita mengenai datangnya utusan dari Ho-lo-tan, sebuah negeri di She-p’o. She-p’o adalah Jawa. Pada bulan ke-7 tahun 430 datang surat dari Ho-lo-tan yang memohon agar kapal miliknya diperlakukan dengan wajar dan mengembalikan hasil rampokan.
Dapat disimpulkan dengan banyaknya utusan-utusan dari kerajaan-kerajaan di Indonesia pada abad ke V M yang mengadakan hubungan dagang antara kerajaan di Indonesia dengan Cina telah terbentuk. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam memasuki perdagangan Internasional merupakan sebuah prestasi awal dari perkembangan perdagangan di Indonesia. Bangsa Cina yang awalnya meremehkan sumber daya di Indonesia, ternyata kekayaan Indonesia mampu memikat bangsa Cina untuk datang di kepulauan Nusantara dan mengadakan hubungan perdagangan.
Keramik saat itu digunakan bangsa Cina sebagai tanda balas jasa atas kedatangan perdagangan mereka di Indonesia yang diberikan kepada raja-raja di Indonesia sebagai suvenir barang yang mahal. Sedangkan di Indonesia sendiri telah ada tradisi penguburan sejak abad Megalithikum dengan membawakan bekal kubur yang kala itu dinilai barang mewah, maka keramik yang dinilai mahal tersebut dijadikan bangsa Indonesia sebagai bekal kubur untuk orang-orang yang kaya saja. Maka apabila ditemukan bekal kubur berupa keramik dan sebagainya menunjukkan daerah tersebut pernah terdapat pemukiman oleh masyarakat lampau.
Akulturasi budaya yang baik kala itu dimungkinkan bahwa masyarakat lampau mampu berkomunikasi dengan bangsa luar dalam hal perdagangan. Perdagangan oleh bangsa Cina di Indonesia mungkin tidak hanya melalui jalur pelayaran di tepian pantai atau sungai besar yang kemudian dijadikan bandar-bandar pelayaran besar namun juga melalui jalur darat bahkan di daerah yang terletak di pedalaman dijangkau oleh bangsa lain saat itu.
Analisis Keramik
Penemuan keramik di Situs Blungun terdiri dari pecahan-pecahan mangkuk, guci, piring, buli-buli, cepuk, dan pasu dan beberapa buah keramik yang masih utuh. Pecahan keramik yang paling banyak ditemukan adalah bentuk mangkuk yaitu berjumlah 128 pecahan yang terdiri dari bagian keramik utuh, tepian, badan dan dasar. Rata-rata keramik yang ditemukan di Desa Blungun belum dapat dikenali bagaimana teknik hias dan teknik membuatnya. Namun berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa teknik hias dan teknik membuat seperti teknik yang berhiaskan flora, sulur-suluran, lundang-lundang, dan garis bergelombang. Sedangkan teknik membuatnya berupa cetakan dan gores-goresan, hal tersebut ditemukan pada keramik yang bertipe Fujianware dan Stoneware.
Penemuan keramik pada masa Dinasti Song lebih mendominasi pada penemuan kali ini, mengingat bahwa pada masa Dinasti Song lebih lama dibandingkan dengan Dinasti Tang yaitu pada abad X Masehi hingga XIII Masehi.
Keramik jenis Fujianware yang ditemukan di Blungun rata-rata memiliki warna yang terang, biru muda terang (qingpai), putih abu-abu terang, putih krem, hijau celadon, biru/krem terang, dan putih. Perkembangan keramik dengan tipe ini juga terdapat beberapa proses, dengan bukti penemuan yang mengatakan bahwa terdapat beberapa keramik tipe Fujianware ada yang sudah diglasir maupun belum. Keramik berjenis Stoneware memiliki warna yang kurang beragam yaitu berdasarkan penemuan hanya memiliki warna hijau zaitun dan beberapa yang lain telah aus termakan usia. Sedangkan jenis keramik Yueware merupakan jenis keramik yang paling sedikit ditemukan di Blungun, hanya terdapat 24 pecahan keramik yang terdiri atas dua jenis warna, hijau celadon dan hijau zaitun.
Beragam jenis peninggalan di Situs Blungun merupakan bukti nyata adanya pemukiman kawasan ini. Pecahan keramik dimungkinkan digunakan sebagai alat dalam mempermudah kehidupan hidup yang lambat laun semakin kompleks permasalahannya. Semakin sulitnya permasalahan hidup harus didukung dengan perkembangan teknologi yang mengakibatkan masyarakat lampau mengadakan kontak kebudayaan dengan bangsa luar yang pada awalnya hanya untuk mengadakan tujuan dagang.
Baca juga : Waw, Agro Loko Tour Blora Jadi Ikon Kereta Tua Buatan Jerman di Blora
Finalis Lomba Karya Tulis BCB Tingkat Nasional Tahun 2014
Jejak Pemukiman di Situs Blungun
Ditemukannya berbagai macam bentuk dan jenis pecahan keramik di Situs Blungun memungkinkan adanya pemukiman pada masyarakat lampau pada abad X – XII M yaitu pada masa Dinasti Tang dan Dinasti Song. Tenggang kedatangan diantara kedua dinasti Cina yang relatif berdampingan melahirkan akulturasi kebudayaan yang baik antar kedua dinasti dengan masyarakat setempat kala itu.
Adanya “jalur sutera” di kawasan selat Malaka yang membawa sutera sebagai barang dagangan terbesar bangsa Cina mengubah keadaan awal pedagang Cina yang awalnya hanya tertarik untuk melakukan kontak perdagangan dengan Asia Barat saja, seiring meluasnya kerajaan Cina menimbulkan ketertarikan kepada kawasan Asia Tenggara yaitu Negara Indonesia khususnya, karena Indonesia juga kaya akan rempah-rempah seperti yang India miliki. Namun memungkinkan bahwa keramik juga mereka bawa untuk komoditi dagangnya dan sebagai suvenir persembahan para raja.
Adanya sebuah berita yang pasti mengenai pelayaran orang Indonesia ke Cina adalah berita mengenai datangnya utusan dari Ho-lo-tan, sebuah negeri di She-p’o. She-p’o adalah Jawa. Pada bulan ke-7 tahun 430 datang surat dari Ho-lo-tan yang memohon agar kapal miliknya diperlakukan dengan wajar dan mengembalikan hasil rampokan.
Dapat disimpulkan dengan banyaknya utusan-utusan dari kerajaan-kerajaan di Indonesia pada abad ke V M yang mengadakan hubungan dagang antara kerajaan di Indonesia dengan Cina telah terbentuk. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam memasuki perdagangan Internasional merupakan sebuah prestasi awal dari perkembangan perdagangan di Indonesia. Bangsa Cina yang awalnya meremehkan sumber daya di Indonesia, ternyata kekayaan Indonesia mampu memikat bangsa Cina untuk datang di kepulauan Nusantara dan mengadakan hubungan perdagangan.
Keramik saat itu digunakan bangsa Cina sebagai tanda balas jasa atas kedatangan perdagangan mereka di Indonesia yang diberikan kepada raja-raja di Indonesia sebagai suvenir barang yang mahal. Sedangkan di Indonesia sendiri telah ada tradisi penguburan sejak abad Megalithikum dengan membawakan bekal kubur yang kala itu dinilai barang mewah, maka keramik yang dinilai mahal tersebut dijadikan bangsa Indonesia sebagai bekal kubur untuk orang-orang yang kaya saja. Maka apabila ditemukan bekal kubur berupa keramik dan sebagainya menunjukkan daerah tersebut pernah terdapat pemukiman oleh masyarakat lampau.
Akulturasi budaya yang baik kala itu dimungkinkan bahwa masyarakat lampau mampu berkomunikasi dengan bangsa luar dalam hal perdagangan. Perdagangan oleh bangsa Cina di Indonesia mungkin tidak hanya melalui jalur pelayaran di tepian pantai atau sungai besar yang kemudian dijadikan bandar-bandar pelayaran besar namun juga melalui jalur darat bahkan di daerah yang terletak di pedalaman dijangkau oleh bangsa lain saat itu.
Analisis Keramik
Penemuan keramik di Situs Blungun terdiri dari pecahan-pecahan mangkuk, guci, piring, buli-buli, cepuk, dan pasu dan beberapa buah keramik yang masih utuh. Pecahan keramik yang paling banyak ditemukan adalah bentuk mangkuk yaitu berjumlah 128 pecahan yang terdiri dari bagian keramik utuh, tepian, badan dan dasar. Rata-rata keramik yang ditemukan di Desa Blungun belum dapat dikenali bagaimana teknik hias dan teknik membuatnya. Namun berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa teknik hias dan teknik membuat seperti teknik yang berhiaskan flora, sulur-suluran, lundang-lundang, dan garis bergelombang. Sedangkan teknik membuatnya berupa cetakan dan gores-goresan, hal tersebut ditemukan pada keramik yang bertipe Fujianware dan Stoneware.
Penemuan keramik pada masa Dinasti Song lebih mendominasi pada penemuan kali ini, mengingat bahwa pada masa Dinasti Song lebih lama dibandingkan dengan Dinasti Tang yaitu pada abad X Masehi hingga XIII Masehi.
Keramik jenis Fujianware yang ditemukan di Blungun rata-rata memiliki warna yang terang, biru muda terang (qingpai), putih abu-abu terang, putih krem, hijau celadon, biru/krem terang, dan putih. Perkembangan keramik dengan tipe ini juga terdapat beberapa proses, dengan bukti penemuan yang mengatakan bahwa terdapat beberapa keramik tipe Fujianware ada yang sudah diglasir maupun belum. Keramik berjenis Stoneware memiliki warna yang kurang beragam yaitu berdasarkan penemuan hanya memiliki warna hijau zaitun dan beberapa yang lain telah aus termakan usia. Sedangkan jenis keramik Yueware merupakan jenis keramik yang paling sedikit ditemukan di Blungun, hanya terdapat 24 pecahan keramik yang terdiri atas dua jenis warna, hijau celadon dan hijau zaitun.
Beragam jenis peninggalan di Situs Blungun merupakan bukti nyata adanya pemukiman kawasan ini. Pecahan keramik dimungkinkan digunakan sebagai alat dalam mempermudah kehidupan hidup yang lambat laun semakin kompleks permasalahannya. Semakin sulitnya permasalahan hidup harus didukung dengan perkembangan teknologi yang mengakibatkan masyarakat lampau mengadakan kontak kebudayaan dengan bangsa luar yang pada awalnya hanya untuk mengadakan tujuan dagang.
Baca juga : Waw, Agro Loko Tour Blora Jadi Ikon Kereta Tua Buatan Jerman di Blora
Situs Blungun Blora
ReplyDeleteOleh Fadhiela Noer Hafieza
Finalis Lomba Karya Tulis BCB Tingkat Nasional Tahun 2014