Oleh Faranida Rifqi
Penulis adalah Siswi SMA Negeri 1
Blora
Petang ini aku berkelana
Dalam sayup-sayup redup
matahari kota
Gemericik tetes hujan,
Sadarkan aku yang sedari tadi
hanya merangkak kedepan,
dan tak ingat arah jalan
pulang
Aku tertegun dalam langit
yang semula biru
Lamunkan sejuta bintang
berapi tiba-tiba jatuh tepat dihidung mancungku
Kubongkar segala rupa gubuk
kecil di ujung kota ini
Disebuah gang buntu, ku amati
gemetar gerik tingkahmu
Tulang kering yang membopong
tubuh ringkuh itu
Seakan telah terbiasa kau
paksa berkeringat
Ku cekikikan tepat dihadapan
wajahmu yang teduh mengaduh
Hingga rasanya air ludahku
muncrat membasahi pipimu
Tingkah lucumu itu
menggelitik seluruh jiwa yang tahu
Celingukan mencari-cari
seperangkat peralatan ritual harianmu
Kerikil-kerikil bacaan,
sehelai kain lusuh rajutan nenek moyang
Tudung kepala hitam butut
itupun masih saja kau cari-cari
Saat matamu mulai memerah dan
kantung matamu mulai menghitam
Pikirku takkan kau temukan
yang kaucari itu
Sekali kau cari. Dua kali.
Tiga kali kau tak menyerah
Dan kau temukan yang kau cari
itu dibalik peralatan ritual istrimu
Akhirnya bergegas kau
kumandangkan
Sebait kata-kata seruan
penghantar menghadap Tuhan
0 comments:
Post a Comment