Blora, Harianblora.com - Pernikahan paling unik di Blora telah
dilakukan banyak orang. Akan tetapi, keunikan itu hanya dipatronkan pada mahar
berupa uang banyak, dan perhiasan mewah, bukan pada ilmu pengetahuan dan nalar.
Dari beberapa pernikahan, yang paling unik adalah yang dilakukan
pasangan Hamidulloh Ibda dan Dian Marta Wijayanti. Pernikahan Paling Unik di Blora dengan Mahar Buku Stop Pacaran Ayo
Nikah telah dilakukan dua pasangan dari Pati dan Blora, yaitu Hamidulloh
Ibda dan Dian Marta Wijayanti. Mereka berdua menikah pada 1 Juni 2014 dan menggelar resepsi pada 7
Juni 2014.
Pernikahan mereka unik, karena Hamidulloh Ibda memberikan mahar
pernikahan berupa buku yang ia tulis sendiri, yaitu berjudul "Stop Pacaran Ayo Nikah" yang diterbitkan Lintang Rasi Aksara Books Jogjakarta. Saat
resepsi, para tamu undangan diberi buku gratis. Selain mahar buku setebal 115
halaman tersebut, Ibda yang juga Direktur Utama Forum Muda Cendekia (Formaci)
Jawa Tengah itu memberi mahar juga berupa uang senilai Rp 161.400 dan motor
Beat berwarna merah.
Selama ini, sudah ada beberapa tokoh inspiratif yang memberikan mahar
buku kepada istrinya.
Pertama adalah pernikahan Mohammad Hatta, wakil presiden pertama
Indonesia yang mendampingi Ir Soekarno. Beliau menghadiahkan buku yang berjudul
Alam Pikiran Yunani kepada istrinya Rahmi Rachim dan dijadikannya sebagai mahar
pernikahan.
Kedua, pernikahan Prof Dr H Din Syamsuddin atau yang memiliki nama asli
Sirajudin Syamsudin. Beliau adalah tokoh nasional, Ketua Umum PP Muhammadiyah
dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia menikah dengan Novalinda Jonafrianty.
Istrinya ini adalah istri kedua, karena istri pertamanya meninggal dunia.
Profesor ini memberi mahar satu set buku Islam dan juga mushaf Alquran.
Ketiga, pernikahan Apung Widadi. Ia merupakan alumnus Undip yang juga
peneliti di ICW. Ia menikah pada 1 September 2012 dengan istrinya Arnedia.
Istrinya tersebut diberi mahar buku yang ditulis sendiri dengan judul
"Korupsi Politik, Gurita Politik Transaksional". Bukunya tersebut
juga dibagikan gratis saat resepsi pernikahan. Uniknya, ia melakukan kegiatan
bertemakan “Pengantin Ngedan” yang digelar di Jl Pahlawan Semarang. Sebagai
aktivis ICW, saat menjalankan Pengantin Ngedan, ia juga ditemani beberapa
aktivis KP2KKN (Komisi Penyelidikan dan Pemberatasan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) Jawa Tengah dan The Jateng Institute. Meskipun mahar bukunya tentang
politik dan korupsi, namun hal itu menjadi wujud cintanya pada perubahan di
Indonesia yang ia tuangkan lewat buku mahar sebagai wahana penyadaran masyarakat.
Keempat, pernikahan Hamidulloh Ibda dan Dian Marta Wijayanti yang
digelar di Dukuh Triteh, Desa Tambahrejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora.
Pernikahan mereka berlangsung dua kali, 1 Juni 2014 akad nikahnya dan 7 Juni
2014 adalah resepsinya sekaligus pembagian buku berjudul Stop Pacaran Ayo Nikah
kepada setiap tamu yang datang. Buku tersebut, hanya ditulis singkat, yaitu
kurang lebih hanya satu minggu.
Banyak orang mengapresiasi mahar tersebut,
salah satunya KUA Tunjungan, akademisi, juga tamu undangan. Jefrey Oxianus
Sabarua, Ketua Program Studi PGSD Universitas Halmahera juga mengapresiasi
pernikahan tersebut. Dosen muda tersebut mengatakan buku tersebut sangat
menginspirasi dan baru kali ini ia menjumpai pemuda yang menjadikan buku sebagai
mahar pernikahan. "Saya mengapresiasi pernikahan Hamidulloh Ibda dengan
mahar buku Stop Pacaran Ayo Nikah," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Kaprodi PGSD Universitas Halmahera juga dijadikan patner untuk menjadi pengantar buku tersebut. Sudah tiga buku yang ditulis Hamidulloh Ibda, dan buku Stop Pacaran Ayo Nikah adalah buku keduanya.
Selain buku, Ibda juga memberi mahar motor Beat berwarna merah juga
uang sebesar Rp 161.400. Tak hanya itu, buku tersebut juga sudah dibedah di
berbagai tempat. Salah satunya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Semarang,
Universitas Negeri Semarang (Unnes), Forum Muda Cendekia (Formaci) Jateng,
Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Pati, GPN Cabang Blora dan sebagainya.
Selaku aktivis, Muharom Alrosid yang juga mantan Direktur Badan Pengelola Latihan (BPL) Cabang Semarang juga mengapresiasi pernikahan tersebut. "Saya rela datang rombongan dari Semarang ke Blora untuk menghadiri pernikahan tersebut," paparnya. (Laporan Khusus Redaksi Harianblora.com/Foto: Harianblora.com).
Baca jugga: Tradisi Tingkeban Mitoni di Blora.
Selaku aktivis, Muharom Alrosid yang juga mantan Direktur Badan Pengelola Latihan (BPL) Cabang Semarang juga mengapresiasi pernikahan tersebut. "Saya rela datang rombongan dari Semarang ke Blora untuk menghadiri pernikahan tersebut," paparnya. (Laporan Khusus Redaksi Harianblora.com/Foto: Harianblora.com).
Baca jugga: Tradisi Tingkeban Mitoni di Blora.
Jadi mahar itu bukan permintaan calon istri ya.? Bukannya mahar itu berupa sesuatu yg di minta calon istri.?
ReplyDelete