Blora, Harianblora.com - Penjual getuk lindri keliling dengan gerobak dangut di Blora memang getuknya bergoyang-goyang di lidah. Penjual getuk gerobak seperti ini sangat banyak kita jumpai di Bumi Samin. Tak hanya di daerah kota namun juga di pelosok desa.
Biasanya, mereka memanfaatkan tape yang dipasang spekaer TOA yang suaranya berdentum di telinga. Lagu-lagu kuno seperti Ani, Begadang, Syahdu, Perpisahan, dan sebagainya menjadi andalan diputar saat berjualan.
Getuk lindri merupakan salah satu jenis getuk yang disajikan berwarna-warni. Sebagian besar, getuk ini disajikan di atas daun pisang dan di atasnya ditaburi kelapa yang sudah parut.
Salah satu pedagang getuk lindri keliling di Blora, Yatno (51) mengaku sudah berjualan getuk lindri keliling sejak tahun 2007 lalu. "Wah, pun dangu dodolane, tahun 2007 pun keliling," tukas dia, Sabtu (31/1/2015). Ia mengaku, berjualan seperti ini menjadi ciri khas. "Biasane jeh disade teng pasar, tapi nek getuk lindri disurung ngeten niki," papar pria tersebut.
Getuk yang ia jual, adalah buatan sendiri. Rata-rata pembeli juga beragam, ada yang membeli mulai dari Rp 5000 ada juga yang membeli Rp 30000. Tak hanya menjual getuk, Yatno juga memanfaatkan tape recorder dan kaset-kaset lawas untuk mengiringi ia mendorong gerobaknya.
Meskipun sederhana, namun ia bersyukur bisa hidup dari hasil penjualan getuk lindri tersebut.
Getuk lindri yang dijual keliling ini menjadi ciri khas di Blora dan daerlah lain. Sebab, di daerah lain seperti Demak, Kudus, Pati, Rembang, Semarang juga banyak penjual getuk lindri keliling yang memanfaatkan musik dangdut lawas tersebut. (Red-HB13/Foto: Harianblora.com).
Biasanya, mereka memanfaatkan tape yang dipasang spekaer TOA yang suaranya berdentum di telinga. Lagu-lagu kuno seperti Ani, Begadang, Syahdu, Perpisahan, dan sebagainya menjadi andalan diputar saat berjualan.
Getuk lindri merupakan salah satu jenis getuk yang disajikan berwarna-warni. Sebagian besar, getuk ini disajikan di atas daun pisang dan di atasnya ditaburi kelapa yang sudah parut.
Salah satu pedagang getuk lindri keliling di Blora, Yatno (51) mengaku sudah berjualan getuk lindri keliling sejak tahun 2007 lalu. "Wah, pun dangu dodolane, tahun 2007 pun keliling," tukas dia, Sabtu (31/1/2015). Ia mengaku, berjualan seperti ini menjadi ciri khas. "Biasane jeh disade teng pasar, tapi nek getuk lindri disurung ngeten niki," papar pria tersebut.
Getuk yang ia jual, adalah buatan sendiri. Rata-rata pembeli juga beragam, ada yang membeli mulai dari Rp 5000 ada juga yang membeli Rp 30000. Tak hanya menjual getuk, Yatno juga memanfaatkan tape recorder dan kaset-kaset lawas untuk mengiringi ia mendorong gerobaknya.
Meskipun sederhana, namun ia bersyukur bisa hidup dari hasil penjualan getuk lindri tersebut.
Getuk lindri yang dijual keliling ini menjadi ciri khas di Blora dan daerlah lain. Sebab, di daerah lain seperti Demak, Kudus, Pati, Rembang, Semarang juga banyak penjual getuk lindri keliling yang memanfaatkan musik dangdut lawas tersebut. (Red-HB13/Foto: Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment