Grobogan, Harianblora.com - Pengeboran Minyak di Desa Botoreco Blora diprotes warga, Kamis (15/1/2015). Lokasi pengeboran minyak PT Foster dan PT Sarana Patra Jateng (SPJ) di Dusun Trembes, Desa Botoreco, Kecamatan Kunduran, Blora diprotes warga dari Kecamatan Gabus, dan Kradenan Kabupaten Grobogan karena dinilai merusak tanaman padi milik warga.
Warga menilai, sejak 1, 5 tahun yang lalu sampai sekarang, sudah ada ribuan hekater padi, palawija mati, akibat tercemar limbah dari lokasi pengeboran minyak tersebut.
Warga juga mengeluh, pasalnya banyak ternak milik warga seperti sapi, ayam, kambing yang mati akibat minum air yang terkena limbah pabrik. Apalagi, limbah air tersebut dibuang ke sungai yang mengalir di rumah-rumah warga.
Saat demo pada Kamis (15/1/2015), aparat keamanan dari Grobogan yaitu Wakpolres Grobogan Kompol Wiyono Eko Prasetyo dan Dandim 0717 Letkol Inf Jaelan turut mengawal para pendemo sampai di lokasi pengeboran tersebut. Di lokasi tersebut, datang pula puluhan aparat gabungan kepolisian dan TNI dari Polres dan Kodim Blora sejak pagi sudah berada di lokasi.
Banyak media massa yang sudah meliput, bahkan di televisi nasional juga sudah ramai diberitakan kejadian ini. Warga yang berasal dari puluhan dusun tersebut, dimina 3 orang untuk menjadi wakil dalam menyampaikan keluh kesah dan aspirasi mereka.
Banyak spanduk yang dibawa warga. Salah satunya bertuliskan "Kami membutuhkan air bersih, korban air kotor dari Pertamina, dan jangan rusak lingkungan kami."
Kades Singonwetan Priyo Utomo yang mewakili warga, menatakan, sudah 1,5 tahun terakhir, ribuan petani di Desa Sengonwetan Kecamatan Kradenan, Bendoharjo, Kalipang, Banjarejo, Karangrejo, ketiganya Kecamatan Gabus, gagal panen padi dan palawija akibat air yang mengalir ke lahan pertanian tercemar limbah hasil pengeboran minyak yang dilakukan PT SPJ yang dibuang ke aliran Sungai Trembes hingga ke hilir daerah Bapo. Hal itu disampaikan dihadapan Bupati Blora Joko Nugroho.
Meskipun agak geram dan marah, demo tersebut berjalan lancar dan tidak ada kericuhan. Warga berharap, kegelisahannya tersebut segera teratasi dan tidak ada lagi pihak yang dikorbankan. (Red-HB30/Foto: Kr).
Warga menilai, sejak 1, 5 tahun yang lalu sampai sekarang, sudah ada ribuan hekater padi, palawija mati, akibat tercemar limbah dari lokasi pengeboran minyak tersebut.
Warga juga mengeluh, pasalnya banyak ternak milik warga seperti sapi, ayam, kambing yang mati akibat minum air yang terkena limbah pabrik. Apalagi, limbah air tersebut dibuang ke sungai yang mengalir di rumah-rumah warga.
Saat demo pada Kamis (15/1/2015), aparat keamanan dari Grobogan yaitu Wakpolres Grobogan Kompol Wiyono Eko Prasetyo dan Dandim 0717 Letkol Inf Jaelan turut mengawal para pendemo sampai di lokasi pengeboran tersebut. Di lokasi tersebut, datang pula puluhan aparat gabungan kepolisian dan TNI dari Polres dan Kodim Blora sejak pagi sudah berada di lokasi.
Banyak media massa yang sudah meliput, bahkan di televisi nasional juga sudah ramai diberitakan kejadian ini. Warga yang berasal dari puluhan dusun tersebut, dimina 3 orang untuk menjadi wakil dalam menyampaikan keluh kesah dan aspirasi mereka.
Banyak spanduk yang dibawa warga. Salah satunya bertuliskan "Kami membutuhkan air bersih, korban air kotor dari Pertamina, dan jangan rusak lingkungan kami."
Kades Singonwetan Priyo Utomo yang mewakili warga, menatakan, sudah 1,5 tahun terakhir, ribuan petani di Desa Sengonwetan Kecamatan Kradenan, Bendoharjo, Kalipang, Banjarejo, Karangrejo, ketiganya Kecamatan Gabus, gagal panen padi dan palawija akibat air yang mengalir ke lahan pertanian tercemar limbah hasil pengeboran minyak yang dilakukan PT SPJ yang dibuang ke aliran Sungai Trembes hingga ke hilir daerah Bapo. Hal itu disampaikan dihadapan Bupati Blora Joko Nugroho.
Meskipun agak geram dan marah, demo tersebut berjalan lancar dan tidak ada kericuhan. Warga berharap, kegelisahannya tersebut segera teratasi dan tidak ada lagi pihak yang dikorbankan. (Red-HB30/Foto: Kr).
0 comments:
Post a Comment