Semarang, Harianblora.com - Penerapan
Kurikulum 2013 dan KTSP di Blora tak ganggu pembelajaran, baik di tingkat SD, SMP, SMA
dan sederajat. Sebelumnya, Mohammad
Abduhzen Ketua Litbang PB PGRI telah menjelaskan di Kompas pada 05 Januari 2015
tentang kurikulum ganda. Ia menilai, pemikirian Mendikbud sejalan dan didukung
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang menyatakan problem implementasi
Kurikulum 2013 merupakan lanjutan dari inkoherensi beragam unsur
fundamentalnya.
Implementasi
yang tidak koheren menghasilkan sebuah konsep operasional yang sukar dipahami,
apalagi diterapkan. Pemberlakuan
Kurikulum 2006 sekaligus Kurikulum 2013 pada semester ganda 2014/2015 merupakan
jalan tengah Mendikbud untuk tak menghapus atau mengimplementasikan
Kurikulum 2013 begitu saja.
Menanggapi
hal itu, Ahmad Muslih Ketua Lembaga Pengawas Pendidikan (LP2) Jawa Tengah
mengatakan sebenarnya di mana saja lokasinya, asal gurunya siap, maka penerapan
kurikulum apa pun tidak bermasalah. “Kemarin ada berita kalau SMA Negeri 1
Blora buku K13 belum datang, nah itu seharusnya menjadi pembelajaran, bahwa
sekolah, guru, siswa harus siap dan jangan mengandalkan dari pemerintah,”
ujarnya kepada Harianblora.com, Minggu (25/1/2015). Dalam catatannya, hanya
sedikit sekolah di Blora yang menerapkan K13.
Kalau masalah teknis, ujarnya, letak kesuksesan tidak
hanya pada buku, namun juga guru dan siswanya. “Kan bisa download buku di
internet, memang pemerintah mau tidak mau harus mau dikatakan belum siap
menerapkan K13, sehingga hal itu dihentikan Mendikbud Anies Baswedan,”
paparnya.
Selaku aktivis LSM, Muslih menilai pemerintah memang suka ganti-ganti kebijakan tanpa melihat dampak negatif pelaksanaan dan implementasinya di kalangan bawah, terutama bagi guru.
Muslih berharap, apa pun kurikulumnya, guru-guru di Blora
harus tetap kuat dan siap menjalankan proses pembelajaran. “Yang namanya guru
kan sumber ilmu, jadi harus cerdas, dan jangan terlalu bergantung pada
pemerintah,” pungkasnya. (Red-HB13/Foto: Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment