Blora, Harianblora.com - Penerapan Kurikulum 2013 dihentikan dan diganti KTSP, guru di Blora mumet atur jadwal, khususnya guru-guru SD. Pada tahun ajaran semester genap ini, hanya sebagian sekolah yang menerapkan K13, mulai dari SD sampai SMA. SD yang kembali menerapkan K13 memang harus menyesuaikan lagi dan kembali ke KTSP.
Secara resmi, pembelajaran di Blora dimulai hari ini, Senin (5/1/2015) pada semester genap mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA. Ada sebagian sekolah yang masih menerapkan K13 dan kebanyakan kembali ke KTSP. Kebijakan pemerintah yang mengembalikan penerapan K13 menjadi KTSP dirasakan sekolah menjadi dilematis dan membuat bingung para guru dalam mengatur jadwal pembelajaran.
Kepala SDN 1 Tawangrejo Blora, Sumardjan, SPd, M.MPd mengaku harus mengatur jadwal ulang. "Awalnya pada K13 jam untuk mapel agama dan PJOK itu kan 4 jam perminggu, sedangkan kalau ke KTSP ya kembali 2 jam lagi," ujarnya kepada Harianblora.com, Senin (5/1/2015). Sesuatu yang dipaksakan, menurut Ketua Kwarran Tunjungan tersebut sangat lah tidak baik. Apalagi, ujarnya, kurikulum itu sangat berkaitan erat dengan kesuksesan pendidikan di negeri ini. "Sangat dilema jika satu negera menerapkan dua kurikulum sekaligus, ini kok saya kira hanya ada di Indonesia," katanya. Padahal, katanya, buku K13 sudah datang sebelum UAS semester gasal selesai.
"Pemerintah ini sama saja membingungkan guru-guru SD, harus kerja dua kali dan buku K13 tidak terpakai sia-sia," paparnya. Stigma ganti menteri ganti kebijakan memang benar. "Kalau Pak Anies Baswedan ini tak ganti kurikulum, tapi menghentikannya ya sama saja. Sudah berapa juta uang terbuang untuk K13 ini," jelas Sekretaris PGRI Tunjungan tersebut.
Tak hanya Sumardjan, hal sama juga disampaikan Eka Nur Shofa (23), ia mengaku kebijakan pengembalian K13 ke KTSP blunder. Ia menilai, pengentikan K13 dan pengembalian ke KTSP sangat mumetkan guru. "Pemerintah dengan alasan apa pun, menghentikan K13 ke KTSP bukan solusi, sebaiknya tetap dilanjut namun diimbangi dengan perbaikan-perbaikan," katanya.
Kebijakan tersebut, lanjutnya, sama saja membuat guru berpikir kembali dan menata jadwal, menyiapkan buku-buku untuk KTSP. "Sistem pembelajaran yang di kelas tinggi awalnya tematik, kalau kembali ke KTSP juga harus kembali permapel," terangnya.
Terpisah, Ahwani Addakhil, peneliti kurikulum di FTIK Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengatakan kebijakan penghentikan K13 dan penggantikan ke KTSP justru berdampak di semua hal. "Tidak hanya mengacaukan jadwal para guru, namun juga berdampak pada akademisi kampus juga mahasiswa yang menyusun skripsi dan tesis. Kasihan para mahasiswa yang sudah capek-capek menyusun skripsi atau tesis K13, namun terkendala karena diganti KTSP. Mereka harus mencari sekolah lagi, mengubah setting penelitian, materi, dan desain penelitian," jelasnya. (Red-HB12/Foto: Harianblora.com).
Baca juga: Jurusan PGSD Lebih Diminati Mahasiswa Asal Blora.
Secara resmi, pembelajaran di Blora dimulai hari ini, Senin (5/1/2015) pada semester genap mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA. Ada sebagian sekolah yang masih menerapkan K13 dan kebanyakan kembali ke KTSP. Kebijakan pemerintah yang mengembalikan penerapan K13 menjadi KTSP dirasakan sekolah menjadi dilematis dan membuat bingung para guru dalam mengatur jadwal pembelajaran.
Kepala SDN 1 Tawangrejo Blora, Sumardjan, SPd, M.MPd mengaku harus mengatur jadwal ulang. "Awalnya pada K13 jam untuk mapel agama dan PJOK itu kan 4 jam perminggu, sedangkan kalau ke KTSP ya kembali 2 jam lagi," ujarnya kepada Harianblora.com, Senin (5/1/2015). Sesuatu yang dipaksakan, menurut Ketua Kwarran Tunjungan tersebut sangat lah tidak baik. Apalagi, ujarnya, kurikulum itu sangat berkaitan erat dengan kesuksesan pendidikan di negeri ini. "Sangat dilema jika satu negera menerapkan dua kurikulum sekaligus, ini kok saya kira hanya ada di Indonesia," katanya. Padahal, katanya, buku K13 sudah datang sebelum UAS semester gasal selesai.
"Pemerintah ini sama saja membingungkan guru-guru SD, harus kerja dua kali dan buku K13 tidak terpakai sia-sia," paparnya. Stigma ganti menteri ganti kebijakan memang benar. "Kalau Pak Anies Baswedan ini tak ganti kurikulum, tapi menghentikannya ya sama saja. Sudah berapa juta uang terbuang untuk K13 ini," jelas Sekretaris PGRI Tunjungan tersebut.
Tak hanya Sumardjan, hal sama juga disampaikan Eka Nur Shofa (23), ia mengaku kebijakan pengembalian K13 ke KTSP blunder. Ia menilai, pengentikan K13 dan pengembalian ke KTSP sangat mumetkan guru. "Pemerintah dengan alasan apa pun, menghentikan K13 ke KTSP bukan solusi, sebaiknya tetap dilanjut namun diimbangi dengan perbaikan-perbaikan," katanya.
Kebijakan tersebut, lanjutnya, sama saja membuat guru berpikir kembali dan menata jadwal, menyiapkan buku-buku untuk KTSP. "Sistem pembelajaran yang di kelas tinggi awalnya tematik, kalau kembali ke KTSP juga harus kembali permapel," terangnya.
Terpisah, Ahwani Addakhil, peneliti kurikulum di FTIK Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengatakan kebijakan penghentikan K13 dan penggantikan ke KTSP justru berdampak di semua hal. "Tidak hanya mengacaukan jadwal para guru, namun juga berdampak pada akademisi kampus juga mahasiswa yang menyusun skripsi dan tesis. Kasihan para mahasiswa yang sudah capek-capek menyusun skripsi atau tesis K13, namun terkendala karena diganti KTSP. Mereka harus mencari sekolah lagi, mengubah setting penelitian, materi, dan desain penelitian," jelasnya. (Red-HB12/Foto: Harianblora.com).
Baca juga: Jurusan PGSD Lebih Diminati Mahasiswa Asal Blora.
0 comments:
Post a Comment