Nglobo, Harianblora.com -Korban semburan lumpur Nglobo Blora dapat ganti rugi Rp 519 Juta dari Pertamina. Para korban tersebut adalah warga dan para petani pemilik lahan yang rusak parah karena dampak semburan lumpur yang terjadi di Desa Nglobo, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora.
Kepala Desa Nglobo Sujatmiko mengatakan uang sebesar itu dibagikan kepada 10 pemilik lahan. Menurutnya, rinciannya adalah 8 orang yang terkena dampak langsung dari semburan lumpur, dan 2 orang yang tidak mengalami dampak secara langsung dari semburan lumpur tersebut.
Sujatmiko mengatakan, ganti rugi yang diberikan Pertamina sangat beragam. Semua bergantung pada luas lahan yang rusak. Paling tinggi, menurutnya adalah Rp 169 jutaan, pasalnya di dalam lahan ada pohon jati yang saat ini mulai rusak dan mati. Untuk ganti rugi yang paling kecil, sekitar Rp 3,5 juta karena sesuai dengan luas lahan milik warga.
Dana tersebut, berlaku hanya satu tahun. Apalagi nanti melampaui batas, ke depan akan dibahas lagi. Kades Nglobo itu mengatakan ganti rugi adalah hak para warga. Pasalnya, mereka tak bisa menggapa sawah lagi setalah lahan terkena lumpur dan bercampur dengan gas.
Jika dihitung, semburan lumpur di Nglobo tersebut hampir 1 bulan. Menurutnya, semburan itu pertama kali adalah sejak tanggal 26 Desember 2014, jika dihitung sampai Minggu (18/1/2015) sore, maka sudah berlangsung selama 24 hari yang meresahkan para warga.
Sampai Minggu (18/1/2015) sore, masih ada 2 titik semburan gas bercampur air setinggi 10 meter di area tengah hutan jati Perhutani. Warga Nglobo belum bisa memastikan penyebab semburan tersebut, namun ada dugaan bahwa semburan lumpur tersebut akibat proyek pembersihan dan pengeboran ulang sumur minyak, hanya berjarak sekira 50 meter dari lokasi semburan.
Warga Nglobo berharap titik-titik semburan yang belum reda segera reda. Selain mencemaskan, warga juga takut jika hal itu menjadi lapindo mini di Kabupaten Blora. (Red-HB28/Foto: Harianblora.com).
 |
| Semburan lumpur di Nglobo beberapa waktu lalu |
Sujatmiko mengatakan, ganti rugi yang diberikan Pertamina sangat beragam. Semua bergantung pada luas lahan yang rusak. Paling tinggi, menurutnya adalah Rp 169 jutaan, pasalnya di dalam lahan ada pohon jati yang saat ini mulai rusak dan mati. Untuk ganti rugi yang paling kecil, sekitar Rp 3,5 juta karena sesuai dengan luas lahan milik warga.
Dana tersebut, berlaku hanya satu tahun. Apalagi nanti melampaui batas, ke depan akan dibahas lagi. Kades Nglobo itu mengatakan ganti rugi adalah hak para warga. Pasalnya, mereka tak bisa menggapa sawah lagi setalah lahan terkena lumpur dan bercampur dengan gas.
Jika dihitung, semburan lumpur di Nglobo tersebut hampir 1 bulan. Menurutnya, semburan itu pertama kali adalah sejak tanggal 26 Desember 2014, jika dihitung sampai Minggu (18/1/2015) sore, maka sudah berlangsung selama 24 hari yang meresahkan para warga.
Sampai Minggu (18/1/2015) sore, masih ada 2 titik semburan gas bercampur air setinggi 10 meter di area tengah hutan jati Perhutani. Warga Nglobo belum bisa memastikan penyebab semburan tersebut, namun ada dugaan bahwa semburan lumpur tersebut akibat proyek pembersihan dan pengeboran ulang sumur minyak, hanya berjarak sekira 50 meter dari lokasi semburan.
Warga Nglobo berharap titik-titik semburan yang belum reda segera reda. Selain mencemaskan, warga juga takut jika hal itu menjadi lapindo mini di Kabupaten Blora. (Red-HB28/Foto: Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment