Tommy Sutomo. Pria kelahiran
Kabupaten Blora ini memiliki kisah yang berliku. Kisah Tommy Sutomo
pengusaha sukses Blora dengan penghasilan 500 juta perbulan ini disuguhkan
bagi warga Blora untuk berbagai inspirasi, khususnya bagi sedulur Blora.
Menjadi orang sukses, memang tak mudah, begitu juga tak terlalu sulit jika ada
usaha keras.
Sejak Tommy kecil, ia sudah mandiri
dan pekerja keras. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini sudah terbiasa hidup
susah dan prihatin. Gaji ayahnya sebagai PNS di Blora selalu tak sisa untuk
membiayai sekolah keluarganya. Meskipun demikian, orang tua Tommy ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana.
Saat kecil, Tommy dan
saudara-saudaranya saat sekolah hanya punya sepasang seragam dan sepatu untuk
sekolah. Tommy mengaku, ia sudah biasa makan “tiwul” karena tidak ada uang
untuk membeli beras, bahkan lauk yang hebat adalah telur ceplok yang harus
dibagi dengan keempat saudaranya. Tommy memang nakal, namun ia sejak SD sampai
SMA selalu mendapat rangking 1. Maka tak heran jika ia diterima di Universitas
Diponegoro karena ia pintar.
Saat kuliah di Undip Semarang, pria
kelahiran Blora ini berjulan gorengan untuk kebutuhan hidupnya di Kota Atlas
tersebut. “Saya membeli sendiri tahu dan pisang ke pasar, membuat bumbu dan
jualan gorengan di dekat kampus,” kata Tommy sembari mengenal masa lalunya.
Selain itu, Tommy juga membuka jasa menerjemahkan skripsi bahasa Inggris di
kalangan mahasiswa.
Pekerjaan serabutan sudah dijalani
Tommy Sutomo sejak kuliah di Semarang. Namun ia merasa terjun ke dunia kerja
sesungguhnya saat ia lulus jadi sarjana sekitar tahun 1990. Ia memulai
kariernya sebagai tenaga penjual Grup Astra International. Target utamanya
yaitu menjual mobil Daihatsu dalam jumlah yang banyak. “Orang miskin dari
kampung kok disuruh jualan mobil,” katanya sembari tertawa.
Tommy bosan menjadi penjual mobil, ia akhirnya nekat
membuat usaha pribadi. Sudah berkali-kali gagal, ia akhirnya serius di dunia
bisnis komoditas atau sering disebut barang dagangan utama atau benda
niaga. Ia aktif memasok rempah-rempah ke beberapa perusahaan di dalam negeri.
Bosan jadi pegawai
Sarjana sastra lulusan Universitas Diponegoro ini memang
pria yang pantang menyerah. Saat bisnis menjaul mobil, ia pernah mendapat
pesanan 50 movil dari institusi pemerintah. Tommy yang terkenal rajin, dalam
waktu 5 tahun ia diangkat bosnya menjadi supervisor. Setelah beberapa waktu
kemudian, ia ditunjuk kembali menjadi kepala Cabang Astra International di
Jogyakarta. Luar biasa.
Bosan jadi pegawai, bawahan orang,
dan setelah 12 tahun jadi penjual mobil, sejak 2003 ia mengundurkan diri dan
justru mendirikan usaha jual-beli mobil. Namun nasib tidak seperti jalan yang
lurus, tak lama ia mendirikan usaha itu, ia tertipu puluhan juta rupiah.
Tommy gulung tikar dan beralih bisnis
tanaman hias. Ia membeli bunga yang sedang booming saat itu, yaitu jenis
anturium dengan sedikit modal, kurang lebih Rp 1 juta. Tommy membeli 1.000
anakan gelombang cinta. Karena cerdas mencari peluang, pria kelahiran Blora ini
menjual buang tersebut Rp 5.000 hingga Rp 50.000 per unit. Ia untung lumayan
besar dari bisnis tanaman hias tersebut.
Dikarenakan untung besar, ia pun
kemudian konsen di usaha sektor agribisnis. Tommy tertarik usaha jarak pagar
untuk biodiesel. Namun karena miskin pengalaman di usaha tersebut, ia malah
rugi sampai Rp 400 juta. Akibat kerugian tersebut, Tommy harus menjual rumahnya
untuk menutupi kerugian.
Setelah bangkrut, ia kebingungan mau
kerja apa lagi. Namun kakaknya yang bekerja di Telkom menawarkan posisi staf
pengajar di PT Telkom, Bandung. Tommy justru menjadi pengajar para pensiunan
dini Telkom mengelola uang dan menjadi pengusaha selama kurang lebih 6 bulan.
Saat itu juga, sekitar tahun 2007, ia mulai bisnis teh
bunga Rosela. Tommy memberi modal para petani di Semarang untuk menanam bunga Rosela
dan menjualnya lewat online. Tommy menyatakan kualitas hasil panennya lebih
bagus dan permintaan ekspor terus bertambah.
Akan tetapi, nasib baik tak selalu menimpanya. Sarjana
lulusan Undip Semarang ini juga pernah rugi saat bisnis markisa. Pasalnya, ia
pernah mendapat pesanan dari Amerika, ia sudah menyiapkan lahan dan menanam
markisa. Namun saat panen dan siap dikirim, pembeli asal Amerika tersebut
justru membatalkan kontrak. Ia rugi sampai Rp 200 juta dan terpaksa mengirim
buah tersebut ke Makassar untuk bahan sirup.
Go Internasional
Kemudian, pria kelahiran Blora ini memanfaatkan lahan
bekas markisa tersebut denan tanaman jahe, rempah-rempah untuk melayani pesanan
dari Eropa juga dalam negeri. Hebatnya, perbulan totoalnya bisa menjual 1.000
ton. Tidak hanya dari kebun sendiri, Tommy juga memberdayakan petani di Blora,
Temanggung, Pekalongan dan Jogyakarta. Jika ditotal, luas lahannya sekitar 700
hektar.
Tommy kini sangat sukses. Ia selain memiliki lahan untuk
rempah-rempah dan jahe, Tommy juga mempunyai 6.000 meter persegi lahan ditanami
kelapa. Hasilnya berupa kopra ia kirim ke Surabaya, Perbulan, Tommy bisa memasok hingga 20 ton kopra.
Sebagai pekerja keras, Tommy berprinsip bahwa sukses akan
menjemput kita jika kita bekerja keras dan tidak mudah menyerah. Tommy yang
juga pemilik PT Semesta Alam Petro ini sangat berpengalaman dalam dunia
prihatin, namun berkat keuletannya itu lah, ia kini menikmati hasil jerih
payahnya.
Tommy kini menjadi orang sukses. Ia menjadi pemasok berbagai
produk rempah-rempah ke sejumlah perusahaan obat dan makanan minuman, seperti
Grup Orang Tua, PT Sido Muncul dan Grup Mustika Ratu. Perusahaan besar seperti
mereka secara rutin membeli rempah dari Tommy.
Tak heran, jika penghasilannya perbulan mencapai Rp 500
juta, karena ia mengekspor ke beberapa negara dengan jangkauan pasar yang amat
besar tersebut. Tommy adalah salah satu contoh orang inspiratif dari Blora yang kini sudah mendunia. Pantas kita jadikan motivasi untuk menjadikan kita orang yang gigih, ulet dan sukses pula. (Laporan Khusus Redaksi Harianblora.com).
Baca juga: Kisah-kisah Tokoh Inspiratif dari Blora.
0 comments:
Post a Comment