Blora, Harianblora.com- Di Kabupaten Blora Tradisi Krayahan Sapi Masih terus Diuri-uri. Salah satunya adalah Sarmin (53), warga Dukuh Triteh, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora ini masih mengadakan tradisi ini setelah sapi miliknya beranak.
"Saya masih melakukan tradisi ini karena saya meneruskan tradisi dari orang tua saya, yaitu setelah sapi milik saya beranak saya mengadakan krayahan" tutur Sarmin kepada Harianblora.com
Krayahan sapi berupa mengadakan doa bersama atau yang biasa warga Blora sebut dengan kajatan atau kondangan, kemudian membagikan makanan atau yang akrab disebut berkat, kepada kerabat atau tetangga dekat.
"Setelah sapi beranak, kami mengadakan kajatan kemudian membagikan berkat kepada kerabat dan tetangga" ujar lelaki yang berprofesi sebagai penjual pentol keliling ini.
Makanan yang dibagikan biasanya berupa nasi yang ditambahkan olahan mie, kacang, tahu, tempe, dan daging ayam.
"Saya membuat berkat yang terdiri dari nasi, mie goreng, oseng kacang, tempe, tahu, dan ayam goreng" papar Darni (49) yang merupakan istri Sarmin
Krayahan sapi ini diadakan dengan harapan mendapatkan keselamatan tidak hanya untuk sapi, tetapi juga untuk pemiliknya.
"Dengan tradisi krayahan sapi kami berharap mendapatkan keselamatan bagi sapi, bagi saya, dan bagi keluarga saya" kata Sarmin. (Red-HB33/Foto: Harianblora.com).
Baca juga : Tradisi Tingkeban Blora, Ngapati dan Mitoni
"Saya masih melakukan tradisi ini karena saya meneruskan tradisi dari orang tua saya, yaitu setelah sapi milik saya beranak saya mengadakan krayahan" tutur Sarmin kepada Harianblora.com
Krayahan sapi berupa mengadakan doa bersama atau yang biasa warga Blora sebut dengan kajatan atau kondangan, kemudian membagikan makanan atau yang akrab disebut berkat, kepada kerabat atau tetangga dekat.
"Setelah sapi beranak, kami mengadakan kajatan kemudian membagikan berkat kepada kerabat dan tetangga" ujar lelaki yang berprofesi sebagai penjual pentol keliling ini.
Makanan yang dibagikan biasanya berupa nasi yang ditambahkan olahan mie, kacang, tahu, tempe, dan daging ayam.
"Saya membuat berkat yang terdiri dari nasi, mie goreng, oseng kacang, tempe, tahu, dan ayam goreng" papar Darni (49) yang merupakan istri Sarmin
Krayahan sapi ini diadakan dengan harapan mendapatkan keselamatan tidak hanya untuk sapi, tetapi juga untuk pemiliknya.
"Dengan tradisi krayahan sapi kami berharap mendapatkan keselamatan bagi sapi, bagi saya, dan bagi keluarga saya" kata Sarmin. (Red-HB33/Foto: Harianblora.com).
Baca juga : Tradisi Tingkeban Blora, Ngapati dan Mitoni
0 comments:
Post a Comment